Senin, 22 Desember 2025

PLN Putuskan Listrik Bangli Puncak

- Jumat, 30 Agustus 2019 | 10:18 WIB

METROPOLITAN - Pembongkaran bangunan liar (bangli) di Kampung Naringgul, RT 01/17, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, ter­paksa dihentikan. Banyaknya bangunan yang mesti dibongkar hingga sulitnya medan jadi penyebab pembongkaran itu ditunda hingga Senin (2/9).

Meski begitu, 324 petugas gabungan yang ber­tugas berhasil meratakan 23 bangunan tak berizin di lokasi tersebut. Dihentikannya pem­bokaran itu juga lantaran kondisi waktu yang tidak memungkinkan. Rencananya sekitar 30 bangunan dipastikan akan rata dengan tanah pada Senin (2/9), saat pembongkaran tahap dua nanti.

Kendati pembokaran lanjutan bakal dilakukan Senin men­datang, pil pahit kembali harus ditelan warga Kampung Na­ringgul. Pasalnya, sambil me­nanti punggusuran sesi II berlangsung, pemilik rumah dan bangunan harus rela hidup tanpa aliran listrik. Hal itu juga sempat diumumkan pe­tugas saat penutupan pem­bongkaran, sore kemarin.

Kepala Bidang Penegakkan Perundang-undangan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bogor Agus Ridho mengamini hal tersebut. Usai pembongkaran, petugas juga memutus aliran listrik ke sejumlah bangunan dan rumah warga yang berada di lokasi penertiban. “Kan sudah dise­gel itu,” singkatnya.

Sementara itu, Humas PLN Wilayah Bogor Deni mengaku tidak bisa berkomentar ba­nyak lantaran pihaknya belum menerima laporan dari Rayon PLN Cipayung. Meski begitu, Deni mengaku hal tersebut bisa saja diberlakukan lantaran demi keselamatan dan men­cegah hal yang tidak dinging­kan terjadi saat pembongkaran berjalan.

“Kalau itu masuknya ke Rayon Cipayung, kita juga belum menerima laporan dari pihak sana. Biasanya sih kalau ada penertiban bangunan liar, se­cara prosedur juga pasti diter­tibkan, termasuk aliran listrik. Kalau petugas membongkar bangunannya, kami PLN mem­bongkar dari sisi instalasi list­riknya agar aman, tidak ada insiden kesetrum atau keba­karan karena korsleting listrik,” katanya.

Sementara itu, pihak PLN Rayon Cipayung belum bisa memberi keterangan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Bahkan camat Cisarua juga enggan berkomentar menge­nai nasib warganya yang te­rancam hidup tanpa aliran listrik. Hingga berita ini di­terbitkan, baik Rayon PLN maupun camat Cisarua masih belum memberi penjelasan alias belum terkonfirmasi.

Di lain tempat, anggota DPRD Kabupaten Bogor Dapil III Usep Supratman me-warning Pe­merintah Kabupaten (Pemkab) Bogor usai melakukan pem­bongkaran bangli di Kampung Naringgul, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua. Menurut­nya, tak jarang tempat yang sudah dibongkar malah aktif kembali di masa mendatang, jika tanpa diikuti pengawasan yang ketat dan tindak lanjut yang konsisten.

“Dalam RDTR (Rencana De­tail Tata Ruang, red) kan jelas, mana lahan kebun dan basah. Kebun boleh perkantoran. Kalau ada rencana wisata, ya jangan rusak lingkungan. Ini harus jadi perhatian. Kedua, kalau itu lokasi Naringgul, lihat jelas kepemilikan dan peruntukannya,” kata Usep kepada Metropolitan, kema­rin.

Untuk itu, ia meminta mulai dari kepala desa, camat hing­ga Satpol PP kecamatan harus tegas tidak hanya saat pem­bongkaran. Tetapi soal peng­amanan dan pengawasan ke depan menjadi sangat penting. “Mereka garda terdepan, harus selesai dan amankan lokasi supaya nggak muncul lagi,” ucapnya.

Sebab, sambungnya, tindakan pencegahan seharusnya bisa dilakukan. Misalnya dengan lebih dahulu memberi pe­ringatan tentang keharusan adanya Izin Mendirikan Bangu­nan (IMB). Apalagi di kawasan Puncak, terutama tanah yang kemungkinan milik negara atau tanah garapan.

Usep menuturkan, Pemkab Bogor juga harus koordinasi dengan BUMN atau kemen­terian terkait adanya tanah-tanah yang ada di Kabupaten Bogor dan pemberian izin lokasi, serta izin prinsip juga harus diawasi. Jangan sampai adanya penelantaran yang disengaja, apalagi tidak bayar PBB.

“Intinya jangan membiasakan tindakan represif, tindakan preventif harus selalu dikede­pankan sehingga kerugian yang timbul tidak terlalu besar. Pembongkaran itu pakai ang­garan lho. Jangan sampai ha­nya buang-buang anggaran tapi nggak mempan,” imbuh politisi PPP itu.

Jika nantinya lahan itu diu­payakan jadi fasilitas rest area, ia mengingatkan Pemkab Bo­gor agar tetap mengutamakan warga setempat, apalagi me­reka yang terdampak penggu­suran dan kehilangan sumber nafkah. “Itu kan sesuai keingi­nan bupati yang ingin kurangi pengangguran. Bukan kita ng­gak suka pendatang, tapi saya ingin semua warga terakomo­dasi untuk bekerja, tentunya dengan kompetensi untuk ja­batan tertentu mah,” ujar Usep. (ogi/ryn/c/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X