METROPOLITAN –Demonstrasi mahasiswa di depan gedung MPR/DPR Jakarta mulai ricuh. Belasan mahasiswa menjebol pagar DPR di salah satu sisi pagar. Aparat kepolisian memblokade mahasiswa menggunakan tameng agar massa tidak masuk melalui pagar yang jebol. Sementara mahasiswa lainnya terus menggoyang pagar. Mereka berusaha merobohkan pagar. Massa mahasiswa lainnya mendorong pagar gedung DPR dan berusaha masuk ke kompleks Parlemen Senayan. Sebagian mahasiswa tampak memanjat pagar. Mereka memaksa bertemu pimpinan DPR RI malam ini (tadi malam, red) untuk menegosiasikan sejumlah tuntutan yang diusung massa aksi. Aparat kepolisian lantas berusaha menenangkan massa. Dari atas mobil water cannon, Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan meminta mahasiswa tidak terprovokasi dalam aksi tersebut. Pagar betis yang dibentuk pasukan Sabhara pun bubar. Sementara aparat kepolisian nampak berusaha melindungi Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono, dengan membentuk lingkaran. Aksi saling dorong terjadi antara mahasiswa dengan pasukan Sabhara. Koordinator Lapangan dari kubu mahasiswa meminta massa aksi mundur dari barisan. ”Semua satu komando, tenangkan hati dulu kawan-kawan,” ujarnya. Sementara itu, massa yang menggelar unjuk rasa di depan kantor DPRD Jawa Barat membakar ban dan merusak pagar gedung. Aksi tersebut dilakukan setelah mahasiswa dari berbagai elemen kampus di Jawa Barat mendesak masuk ke gedung dewan namun dihalangi aparat. Saat ini polisi berusaha membubarkan massa aksi, karena dianggap sudah melebihi batas waktu demonstrasi. Awalnya, aksi yang dimulai sekitar pukul 14:00 WIB itu berjalan tertib. Para mahasiswa tampak mengenakan jas almamater masing-masing. Mereka secara bergantian melakukan orasi dan menyoroti berbagai permasalahan, seperti pasal karet pada RKUHP, RUU Pertanahan dan RUU Pemasyarakatan (PAS) hingga menolak revisi UU KPK. Mereka juga menuntut DPR dan pemerintah membatalkan RUU yang dianggap merugikan masyarakat. Selanjutnya, aksi teatrikal dilakukan sebagai bentuk sikap atas dukungan terhadap penyelamatan KPK. Setelah dua jam aksi berlangsung, mahasiswa terus berteriak mendesak masuk ke gedung, namun tidak ditanggapi. Situasi pun berubah. Para demonstran mulai membakar ban di tengah Jalan Diponegoro. Dua perwakilan DPRD Jabar turun langsung menghadapi mahasiswa. Keduanya yaitu anggota DPRD Jabar dari fraksi PAN Hasbullah Rahmad dan Reynaldi Putra dari Partai Golkar. Hasbullah juga memberikan kesempatan pendemo untuk audiensi di dalam gedung. Namun karena alasan ruangan tidak cukup, dia meminta perwakilan demonstran. ”Beberapa poin dalam penyampaian aspirasi ini sudah saya tangkap pesannya dan harus kita dorong ke tingkat pusat. Kalau berkenan saya menerima perwakilan di dalam, boleh? Karena kalau ruangannya tidak cukup,” kata Hasbullah. Tawaran audiensi tersebut diacuhkan sebagian demonstran. Massa justru berteriak agar mereka masuk ke gedung DPRD. Memasuki pukul 16:30 WIB, peserta aksi mulai merangsek masuk menembus gerbang masuk Kantor DPRD. Bentrokan antara peserta demo dengan petugas kepolisian tak terelakan. Aksi dobrak pagar dilakukan massa aksi agar bisa masuk kantor DPRD. Namun aparat kepolisian yang berjaga mengamankan aksi itu mengabaikan peserta aksi. Polisi yang sudah membuat pagar betis membuat massa tak bisa memasuki halaman gedung DPRD. Sementara massa mulai melakukan pelemparan botol mineral, batu hingga sandal ke halaman gedung DPRD Jawa Barat. Dalam aksi ini, mahasiswa mengusung empat tuntutan. Pertama, batalkan semua Rancangan Undang-Undang (RUU) yang merugikan masyarakat di atas (RUU KPK, RUU KUHP, RUU Pertanahan dan RUU PAS). Kedua, khusus pada RUU KPK, mahasiswa Jawa Barat menuntut presiden segera mengeluarkan Perppu UU KPK untuk menggantikan UU KPK hasil revisi. Ketiga, ultimatum kepada DPR RI dan presiden untuk menghentikan persekongkolan demokrasi yang menghasilkan RUU yang merugikan rakyat. “Keempat, apabila tuntutan kami diabaikan, maka kami akan bergerak secara kolektif menuju pusat untuk mencabut mandat rakyat dari DPR RI dan presiden,” pungkasnya. (cn/mam/py)