Setelah ribuan mahasiswa mengepung gedung DPR RI pada Selasa (24/9), kini giliran para pelajar SMK yang menyambangi gedung wakil rakyat itu. Bahkan ratusan pelajar tersebut cukup membuat aparat kewalahan menghadangnya. Dengan seragam putih abu, sebagian siswa itu berhasil dihadang Satgas Pelajar dan pihak kepolisian di Stasiun Bogor lantaran hendak ke ibu kota. SEKITAR pukul 12:30 WIB, 400-an pelajar dari berbagai sekolah di Bogor kumpul di Stasiun Bogor. Mereka tiba di stasiun secara bertahap. Saat hendak membeli tiket kereta untuk berangkat ke Jakarta, ratusan pelajar tersebut langsung dihalau dan digiring Satgas Pelajar dan pihak kepolisian ke depan stasiun untuk diberi pengarahan. Namun, ratusan pelajar itu kukuh ingin pergi ke Jakarta hingga akhirnya petugas membubarkan paksa agar pulang ke rumah masing-masing. “Mereka kita berikan arahan dan masukan, tapi tetap menolak. Akhirnya kami bubarkan secara paksa,” ujar Ketua Satgas Pelajar Kota Bogor, Mohammad Iqbal, di Stasiun Bogor, kemarin. Setelah membubarkan paksa pelajar, di tengah jalan, tepatnya di depan Mako Polresta, kerumunan pelajar tersebut berhamburan lantaran ketakutan melihat sejumlah petugas kepolisian yang berjaga di depan Mako Polresta Bogor Kota. Pelajar yang berhamburan ke tengah jalan langsung dikejar petugas kepolisian. Aksi tersebut sempat membuat kemacetan dan kepadatan lalu lintas. Satu per satu dari mereka diamankan dan digiring ke Mako Polresta Bogor Kota untuk dimintai keterangan. Pengejaran tersebut sempat menjadi bahan tontonan warga dan para pengguna jalan. Satu unit mobil dinas milik Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Bogor pun mengalami kerusakan akibat ulah oknum pelajar tersebut. Sebanyak 26 pelajar berhasil diamankan dari petugas. Berdasarkan hasil pemeriksaan petugas kepolisian, para pelajar mengaku berniat melakukan aksi unjuk rasa ke gedung DPR RI. Mereka mengaku resah melihat keadaan bangsa ini lantaran sejumlah kebijakan pemerintah yang dinilai kontroversial. “Kamu mau ngapain ke Jakarta?” tanya salah seorang petugas kepolisian saat melakukan pemeriksaan kepada para pelajar. “Saya mau membela negara seperti orang-orang,” jawab polos salah seorang pelajar saat dimintai keterangan pihak kepolisian di Lapangan Upacara Mako Polresta Bogor Kota, kemarin. Petugas yang ingin mengetahui siapa dalang di balik semua ini terus melontarkan sejumlah pertanyaan kepada para pelajar tersebut. “Apa yang mau kamu bela? Negara yang mana? Orang-orang yang mana? Yang dibela apanya? Lho... lho... makanya kalau tidak tahu apa-apa diam. Tidak ngerti apa-apa,” cetus petugas. Para pelajar tersebut hanya bisa terdiam dan menunduk saat dijejali sejumlah pertanyaan oleh petugas. Usai dimintai keterangan, para petugas pun langsung memeriksa barang bawaan mereka. Tas dan handphone pelajar langsung digeledah dan dilihat petugas untuk mengetahui informasi lebih lanjut. Satgas Pelajar Bogor Iqbal mengatakan, ratusan pelajar tersebut terhasut sejumlah ajakan yang sempat beredar di sejumlah media sosial. “Dari pagi kita sudah dapat informasi mau ada pelajar Bogor berangkat demo. Kita langsung koordinasi dengan pihak PT KAI untuk tidak memberikan tiket kereta kepada para pelajar yang hendak ke Jakarta,” terangnya. Merasa tak terima dengan pembubaran paksa yang dilakukan petugas, sejumlah oknum pelajar melampiaskan kekesalannya kepada salah satu mobil dinas milik Polresta Bogor Kota. Mobil dinas yang tengah parkir di pinggir jalan tak jauh dari Balai Kota Bogor itu jadi bulan-bulanan kekesalan pelajar. “Itu tadi mobil yang dirusak punya Kasat Lantas Polresta Bogor Kota,” kata Paur Sub Bag Humas Polresta Bogor Kota Ipda Desty Irianti. Menanggapi hal tersebut, Dewan Pendidikan Kota Bogor Deddy Djumiawan Karyadi mengaku sangat menyayangkannya. Bagaimana tidak, melibatkan pelajar untuk melakukan demonstrasi ke Jakarta tentu merupakan kekeliruan yang besar lantaran kondisi emosional mereka masih labil dan gampang terhasut. “Kita kan tahu, kalau pelajar SMA sederajat itu emosinya gampang terpancing dan gampang digiring opininya karena masih sangat labil. Mereka ini kan masih usia sekolah, jadi jangan disamakan dengan usia mahasiswa. Apalagi dari mereka juga banyak yang masih di bawah umur. Jadi mereka masih perlu pendampingan,” tegasnya. Deddy berharap pihak berwenang sesegera mungkin menemukan pelaku pembuat seruan aksi di sejumlah media sosial tersebut, yang diduga menjadi salah satu penyebab adanya kejadian tersebut. “Para pelajar ini adalah korban penipuan dan penghasutan. Kasihan dong mereka. Saya berharap aparat dapat sesegera mungkin menemukan aktor pembuat seruan aksi di media sosial ini. Ini poin pentingnya,” tandasnya. Terpisah, Kepala Kantor Cabang Daerah (KCD) Jawa Barat Wilayah II Kota Bogor Aang Karyana membenarkan bahwa ada sejumlah pelajar Kota Bogor yang berhasil lolos dari pemantauan Satgas Pelajar. Pihaknya juga saat ini tengah melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak untuk memastikan kondisi para pelajar Kota Bogor tetap aman saat berada di Jakarta. Berkoordinasi dengan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) se-Bogor dan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) adalah sejumlah langkah yang kini tengah diambil pihaknya. Ia mengaku akan bergerak cepat untuk memastikan kondisi pelajar. Sebab, kondisi Jakarta kini sangat berbahaya untuk para pelajar, mengingat mereka minim pengalaman. Meski begitu, Aang mengaku belum bisa memastikan berapa jumlah pelajar yang berhasil lolos ke Jakarta. “Kita juga belum tahu pelajar kita yang berhasil pergi ke Jakarta itu ada berapa dan dari sekolah mana saja. Data sementara, jumlah pelajar yang berangkat ke Jakarta itu ada sekitar 900 pelajar, itu berasal dari Kabupaten Bogor, Kota Bogor,” paparnya. Berhasil lolosnya pelajar Bogor ke Jakarta lantaran mereka menggunakan jalur lain dan menghindari Stasiun Bogor, titik di mana para petugas disiagakan. “Sebanyak 241 pelajar berhasil kita gagalkan di Stasiun Bogor. Sementara pelajar yang lolos, mereka berangkat melalui Stasiun Cilebut, Bojonggede, itu yang tidak kami ketahui karena tidak terpantau,” akunya. Meski begitu, pihaknya sudah menginstruksikan kepada pihak sekolah agar esok (hari ini, red) melakukan pendataan melalui absensi siswa. Pihak sekolah diminta agar memastikan ada berapa jumlah peserta didiknya yang tidak masuk pada hari itu. Pihaknya juga meminta agar sekolah langsung berkoordinasi dengan pihak orang tua murid jika mendapati kejanggalan. “Kita juga sudah meminta kepada pihak sekolah untuk melakukan pendataan sesegera mungkin, serta berkoordinasi dengan pihak keluarga pelajar jika ada murid yang tidak masuk. Kalau memang murid itu tidak masuk karena sakit, pihak sekolah akan menghubungi keluarga untuk memastikan. Tapi kalau tidak masuk karena hal lain, itu yang perlu ditelusuri,” tutupnya. (ogi/c/mam/run)