METROPOLITAN - Seorang mahasiswa tewas tertembak saat menggelar aksi demonstrasi menolak RUKPK dan RKUHP di Kota Kendari, Kamis (26/9). Korban atas nama La Randi (21), mahasiswa Fakultas Perikanan angkatan 2016. Ketua BEM Universitas Halu Oleo (UHO), Maco, menceritakan kronologi penembakan tersebut. Awalnya massa berusaha bertemu ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. Namun, pihak DPRD tidak berkenan. Kejadian itu kemudian memicu mundurnya ribuan mahasiswa UHO dan mengepung kantor DPRD. Saat proses pengepungan yang sudah berlangsung sekitar tiga jam lebih, Randi tertembak. Maco mendapat informasi penembakan mahasiswa UHO dari peserta aksi yang bersama Randi. Menurut pengakuan rekan-rekannya, korban ditembak dari jarak sekitar sepuluh meter. ”Saat itu korban berada di depan Sekolah Tinggi Amik Catur Sakti,” ujar Maco. Ia menjelaskan, saat itu mahasiswa yang berada di sekitar kantor DPRD dipukul mundur oleh polisi. Sejumlah anggota polisi tiba-tiba mengejar mahasiswa dari arah kantor Bulog Divisi Regional Sulawesi Tenggara. Di situ sejumlah saksi melihat seorang polisi mengeluarkan senjata. Kemudian mengeluarkan tembakan hingga menyebabkan seorang mahasiswa tewas. ”Menurut sejumlah saksi, korban ditembak dengan timah panas, tapi kami belum tahu seperti apa,” ujarnya. Salah seorang saksi lainnya, Herman, mengatakan bahwa setelah korban tertembak dan jatuh di trotoar, ia ditolong rekan-rekannya. Korban dilarikan ke RS Dr Ismoyo Kendari menggunakan mobil bak terbuka. ”Dia sempat dibopong ramai-ramai dalam posisi terbaring. Saat dibopong, dia sudah terlihat pingsan,” beber Herman. Mahasiswa Kendari yang tertembak sudah dipulangkan ke rumah orang tuanya. Hasil visum korban, kini sementara dipegang dokter RS Ismoyo Kendari dan belum dinyatakan secara resmi. ”Korban dibawa sudah dengan kondisi terluka di dada sebelah kanan selebar 5 cm, kedalaman 10 cm akibat benda tajam. Luka tembak, belum bisa dipastikan peluru karet atau peluru tajam,” kata dokter Yudi Ashari yang menangani korban. Yudi menuturkan, untuk memastikan jenis peluru yang menewaskan Randy, tim dokter masih menunggu hasil autopsi. Dokter Yudi menjelaskan, peluru tidak mengenai organ vital, tapi udara yang masuk ke rongga dada tidak bisa keluar atau menekan ke dalam. ”Udara terjebak di dalam rongga dada atau nemotorax, sehingga menyebabkan korban meninggal dunia,” ujar Yudi. Terpisah, Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart mengatakan, dalam pengamanan aksi unjuk rasa mahasiswa di gedung DPRD Sultra, pihaknya membekali anggota dengan tameng, tongkat, water canon dan gas air mata. ”Anggota tidak pakai peluru tajam, peluru karet maupun peluru hampa dalam pengamanan aksi hari ini. Untuk cari penyebab korban meninggal dunia masih kita tunggu hasil autopsi di RS Kendari,” kata Harry. Dalam aksi demo berujung rusuh itu, ada 15 orang terluka dan dilarikan ke rumah sakit. Sebanyak 15 orang itu di antaranya sebelas mahasiswa, satu staf DPRD dan tiga polisi. Selain itu ada beberapa fasilitas yang dibakar, seperti gedung DPRD dan motor. (dtk/mam/run)