Senin, 22 Desember 2025

Mahasiswa Kendari Ditembak dari Dekat

- Jumat, 27 September 2019 | 13:26 WIB

METROPOLITAN - Seorang maha­siswa tewas tertembak saat menggelar aksi demonstrasi menolak RUKPK dan RKUHP di Kota Kendari, Kamis (26/9). Korban atas nama La Randi (21), ma­hasiswa Fakultas Perikanan angkatan 2016. Ketua BEM Universitas Halu Oleo (UHO), Maco, menceritakan krono­logi penembakan tersebut. Awalnya massa berusaha bertemu ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. Namun, pihak DPRD tidak berkenan. Kejadian itu kemudian memicu mun­durnya ribuan mahasiswa UHO dan mengepung kantor DPRD. Saat proses pengepungan yang sudah berlangsung sekitar tiga jam lebih, Ran­di tertembak. Maco menda­pat informasi penembakan mahasiswa UHO dari peserta aksi yang bersama Randi. Menurut pengakuan rekan-rekan­nya, korban ditembak dari jarak sekitar sepuluh meter. ”Saat itu korban berada di depan Seko­lah Tinggi Amik Catur Sakti,” ujar Maco.­ Ia menjelaskan, saat itu ma­hasiswa yang berada di sekitar kantor DPRD dipukul mundur oleh polisi. Sejumlah anggota polisi tiba-tiba mengejar ma­hasiswa dari arah kantor Bulog Divisi Regional Sulawesi Teng­gara. Di situ sejumlah saksi melihat seorang polisi mengeluarkan senjata. Kemudian mengelu­arkan tembakan hingga me­nyebabkan seorang maha­siswa tewas. ”Menurut sejum­lah saksi, korban ditembak dengan timah panas, tapi kami belum tahu seperti apa,” ujarnya. Salah seorang saksi lainnya, Herman, mengatakan bahwa setelah korban tertembak dan jatuh di trotoar, ia ditolong rekan-rekannya. Korban dila­rikan ke RS Dr Ismoyo Ken­dari menggunakan mobil bak terbuka. ”Dia sempat dibopong ramai-ramai dalam posisi ter­baring. Saat dibopong, dia sudah terlihat pingsan,” beber Herman. Mahasiswa Kendari yang ter­tembak sudah dipulangkan ke rumah orang tuanya. Hasil visum korban, kini sementara dipegang dokter RS Ismoyo Kendari dan belum dinyatakan secara resmi. ”Korban dibawa sudah dengan kondisi terluka di dada sebelah kanan selebar 5 cm, kedalaman 10 cm akibat benda tajam. Luka tembak, belum bisa dipastikan peluru karet atau peluru tajam,” kata dokter Yudi Ashari yang me­nangani korban. Yudi menuturkan, untuk me­mastikan jenis peluru yang menewaskan Randy, tim dok­ter masih menunggu hasil autopsi. Dokter Yudi menje­laskan, peluru tidak mengenai organ vital, tapi udara yang masuk ke rongga dada tidak bisa keluar atau menekan ke dalam. ”Udara terjebak di da­lam rongga dada atau nemo­torax, sehingga menyebabkan korban meninggal dunia,” ujar Yudi. Terpisah, Kabid Humas Pol­da Sultra AKBP Harry Gol­denhart mengatakan, dalam pengamanan aksi unjuk rasa mahasiswa di gedung DPRD Sultra, pihaknya membe­kali anggota dengan tameng, tongkat, water canon dan gas air mata. ”Anggota tidak pakai peluru tajam, peluru karet maupun peluru hampa dalam penga­manan aksi hari ini. Untuk cari penyebab korban mening­gal dunia masih kita tunggu hasil autopsi di RS Kendari,” kata Harry. Dalam aksi demo berujung rusuh itu, ada 15 orang ter­luka dan dilarikan ke rumah sakit. Sebanyak 15 orang itu di antaranya sebelas maha­siswa, satu staf DPRD dan tiga polisi. Selain itu ada be­berapa fasilitas yang dibakar, seperti gedung DPRD dan motor. (dtk/mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X