Senin, 22 Desember 2025

Polisi Pemukul Driver Ojol Dimutasi Jadi Staf

- Senin, 7 Oktober 2019 | 10:02 WIB

METROPOLITAN - Jagat dunia maya dihebohkan dengan tindak arogansi oknum anggota Polresta Bogor Kota yang tega memukul dan menendang salah seorang pengendara ojek online (ojol) di kawasan Tugu Kujang, Sabtu (5/10). Dalam rekaman video yang berhasil diabadikan warganet, terlihat dua petugas kepolisian mendatangi pengendara ojol dengan penuh rasa kesal. Dengan gagah, keduanya berjalan menuju pengemudi ojol sambil menunjuk dan memanggil pengendara ojol itu. Dengan nada tinggi dan penuh amarah, polisi yang diketahui berpangkat Aipda dan bernama Rizham itu langsung menendang kaki pengemudi tersebut sambil mendorong mundur pengendara ojol yang diketahui bernama Holil (25). Tak hanya menendang dan mendorong Holil, Aipda Rizham juga sempat memukul kepala Holil dengan keras. Salah seorang rekan Aipda Rizham, yang belum diketahui identitasnya, juga sempat meneriaki Holil dengan kalimat kasar. Video dengan durasi 30 detik itu pun menjadi viral lantaran Holil, sang driver ojol, mendatangi petugas kepolisian sambil mengajukan permohonan maaf. Holil juga sempat membungkukkan badannya sebagai bentuk permohonan maaf atas kesalahan yang dilakukannya siang itu. Holil mengaku saat itu dirinya tengah membawa penumpang dari Jalan Raya Pajajaran menuju Jalan Otista. Ia juga mengaku tidak mengetahui jika sedang ada pengamanan jalan untuk rombongan presiden. “Saya lagi bawa penumpang ke Sukasari lewat Jalan Otista. Di daerah Tugu Kujang saat itu lalu lintas lagi padat. Saya tidak tahu sedang ada pengamanan jalan, karena waktu itu terhalang oleh mobil angkot,” kata Holil kepada awak media. Ia juga mengaku salah dan khilaf lantaran sudah menerobos jalan saat ada rombongan orang nomor satu di negara ini. “Ya memang saya salah. Ke depannya saya akan lebih berhati-hati dan taat terhadap lalu lintas,” singkatnya. Sementara itu, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Hendri Fiuser mengatakan, secara umum kejadian tersebut bermula saat rombongan kepresidenan tengah melintas di kawasan Tugu Kujang usai menghadiri HUT TNI di kawasan Halim. “Saat itu jalan harus clear karena sedang ada kegiatan pengamanan VVIP R1. Karena ini rangkaian kebesaran, jadi jalur harus clear radius lima kilometer. Siapa pun tidak bisa melintas. Beda dengan rangkaian biasa. Kalau rangkaian biasa, jalan masih terbuka,” jelasnya. Menurut Hendri, apa yaang dilihat masyarakat dalam video tersebut pasti ada sebab terlebih dahulu sebelum ada akibatnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan keterangan saksi, keduanya juga sama-sama bersalah. “Pengemudi ojol ini sudah diberhentikan tetapi dia ngotot untuk tetap masuk sampai petugas menghadang dan memberhentikannya. Karena anggota merasa kesal, terjadilah tindakan emosi seperti yang dilihat di video itu,” bebernya. Hendri mengaku permasalahan tersebut sudah selesai. Baik dari pihak ojol maupun petugas di lapangan masing-masing sudah mengaku kesalahan dan khilafnya. Meski begitu, Hendri mengaku akan memberi sanksi kepada petugas tersebut agar menjadi perhatian bagi seluruh elemen satuannya. “Anggota yang melanggar itu saya pindahtugaskan menjadi staf di kantor agar tidak bersentuhan dengan masyarakat. Saya sudah teken surat pemindahannya. Karena bagaimanapun petugas harus bisa menahan diri. Bagaimanapun keadaannya. Capek, lelah, itu harus bisa menahan diri,” tegasnya. Praktisi Hukum R Muhammad Mihradi mengaku sangat menyayangkan tindakan arogan yang dilakukan oknum kepolisian. Meski terjadi keselahan maupun pelanggaran, seharusnya pihak kepolisian mengedepankan penanganan persuasif kepada siapa pun. Ia juga meminta pihak kepolisian senantiasa menjauhi atau meninggalkan pola-pola penanganan berbau arogansi. Sebab pada hakikatnya kepolisian merupakan institusi untuk mengayomi dan melindungi masyarakat. “Kepolisian harus memperbaiki pola-pola penanganan yang agak berbau represif. Karena pada hakikatnya polisi adalah pengayom masyarakat, dan mereka seharusnya mengayomi masyarakat. Karena masyarakat bukan musuh. Tugas kepolisian itu kan membina dan meluruskan masyarakat yang salah,” ujarnya. Praktisi Hukum dari Universitas Pakuan Bogor itu juga berharap ke depannya kepolisian lebih membuka diri untuk segala jenis masukan dan kritikan tentang kinerjanya selama ini di mata masyarakat. “Kepolisian juga harus membuka diri terhadap segala bentuk masukan dan kritikan dalam segala persoalan yang dilayangkan masyarakat. Tapi saya apresiasi respons cepat dari pihak polresta meredam permasalahan ini, terlebih untuk mengoreksi satuannya,” katanya. Sekadar diketahui, usai viralnya video tersebut, tersiar kabar bahwa pihak Polresta Bogor Kota tengah mencari dan mengejar pelaku perekan video tindak arogansi kepolisian tersebut. Namun, hal itu dibantah pihak Polresta Bogor Kota. “Tidak ada. Kami dari pihak kepolisian sudah menyelesaikan terkait video viral tersebut. Jadi kabar kami sedang mencari dan memburu peng-upload video tersebut tidak benar,” tandas Paur Sub Bag Humas Polresta Bogor Kota Ipda Desty Irianti saat dikonfirmasi. (ogi/c/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X