METROPOLITAN - Sejak 2016, delapan terduga teroris berhasil diamankan Densus 88 anti teror diwilayah Bogor. Para pelaku teror ini kebanyakan berbaur dengan masyarakat sehingga cukup merepotkan petugas untuk mendeteksinya. Bahkan baru-baru ini warga Perumahan Griya Parungpanjang Block E2/C RT04/05, Desa Kabasiran, Kecamatan Parungpanjang di hebohkan dengan penangakapan salah seorang warganya. Pria berinisiap P (35) di RT 05/04. Diduga P terlibat dalam rencana penggagalan pelantikan presiden yang digelar (20/10) kemarin. Ketua RT 04 Perumahan Griya Parungpanjang, Sri Mulyadi membenarkan, adanya penangkapan tersebut. menurutnya penangkapan dilakukan pada malam hari. Saat penangkapan, polisi mengamankan barang bukti satu buah tas berwarna hitam dirumahnya. "Sekitar pukul 01:00 WIB. Saat itu saya sedang tidur, dibangunin warga pas saya keluar tahu-tahunya sudah banyak polisi," kata Sri Mulyadi, kepada Metropolitan. Sri Mulyadi menjelaskan, terduga pelaku baru 8 bulan menetap di Perumahan Griya Parungpanjang di Block E2/C nomor 7 bersama istrinya. Semenjak tinggal, pelaku tertutup jarang bergaul dengan warga sekitar. "Yang ditangkap bernama Pepep, istrinya tidak di tangkap. Dirumah pelaku, polisi mengamankan barang bukti berupa tas warna hitam," kata Sri Mulyadi. Sementara salah seorang warga lainnya Yulianti mengungkapkan pasca penangkapan P, sedangkan sang istri langsung pergi tanpa diketahui. Selain itu, keduanya telah menetap delapan lalu. Mereka berjualan madu untuk tambahan penghasilannya. "Selain batu akik, pelaku juga suka jualan madu. Namun untuk istrinya sehari-hari hanya menjahit dirumahnya, tapi sekarang rumah itu sudah kosong," kata Yulianti saat ditemui dilokasi. Selain mengamankan terduga teroris ini, pihak kepolisian pun mengamankan sejumlah barang bukti berupa tas berwarna hitam. “Saya tidak tahu isi tasnya, karena pas penangkapan saya tidak nanya-nanya. Bahkan sebelum dibawa, terduga malah memohon maaf dengan posisi tangan di Borgol,'' terangnya. Terpisah, Kapolres Bogor AKBP Joni menjelaskan, terkait penangkapan tersebut dilakukan Densus 88. Terkait maraknya sejumlah pelaku teroris yang diciduk diwilayah Kabupaten Bogor, Joni mengaku pihaknya sudah bekerjasama dengan Pemda, tokoh agama (MUI) untuk menjelaskan kepada masyarakat untuk melihat pergerakan masyarakat yang terindikasi radikalisme. “Kita sudah lakukan kanalisasi aliran – aliran yang kita anggap radikal, untuk itu setiap kegiatan tersebut yang di kita lakukan, sedini mungkin harus dicegah,” katanya. Adapun, lanjut Joni, paparan radikalisme salah satu faktor. Saat ini, orang bisa belajar melalui media sosial (medsos, atau youtube, red) sehingga dalam internalnya sendiri (orang tersebut) bisa mendapatkan ilmu tanpa adanya guru. Untuk menekan hal ini, keluarga menjadi garda terdepan secara keseluruhan, termasuk elemen masyarakat untuk menekan angka radikalisme. Ditempat berbeda, Ketua MUI Kabupaten Bogor Mukri Adji menambahkan, area wilayah Kabupaten Bogor dengan 40 wilayah kecamatan menjadi indikasi banyaknya teroris yang bersembunyi diwilayah tersebut. Selain itu, latar belakang seseorang yang bertempat tinggal harus diketahui secara detail. “Ya harus diperketat. Termasuk dimana orang itu sebelumnya mengenyam pendidikan. Semoga kejadian ini tidak kembali ada untuk Kabupaten Bogor,” jelasnya. Hal senada diungkapkan Ketua MUI Kota Bogor Toto. Menurutnya, para terduga terorisme menganut faham yang menyimpang. Tidak ada pakem, menurutnya. Seharusnya, mereka tidak tersasar arah apabila tidak egois akan jalan fikirannya yang selalu merasa beda dan selalu benar. “Saya menghimbau agar kembali kepada Al Quran dan Hadizt. Termasuk, jangan pengen beda sendiri yang nanti ujung-ujungnya celaka sendiri,” tandasnya. (mul/yos/b/mam/run)