METROPOLITAN - Lagi-lagi kecelakaan yang melibatkan truk terjadi di Jalan Raya Bogor – Sukabumi. Kali ini, tepat terjadi didepan pabrik PT Mayora yang berlokasi di Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin. Seorang kernet truk Wahyudin harus meregang nyawa akibat terhimpit dua truk besar tersebut. Kejadian yang terjadi di turunan jembatan Cigombong, dari pantauan kamera CCTV yang berada di lokasi kejadian, sebelum terjadinya tabrakan Wahyudin yang berada didalam kabin truk berwarna kuning sempat mencoba untuk menyelamatkan diri dengan cara meloncat. Walaupun sudah berhasil membuka pintu kabin, nyatanya Wahyudin tidak sempat meloncat keluar. Karena laju truk yang terlalu kencang. Alhasil, Wahyudin terjepit didalam kabin truk, karena bagian sisi kiri kabin merupakan bagian yang terdampak paling parah. Sempat menerima pertolongan pertama, Wahyudin menghembuskan nafas terakhirnya saat diperjalanan menuju RSUD Ciawi. Berdasarkan hasil olah TKP yang dilakukan oleh Kanit Laka Lantas, Polres Bogor, Ipda Suyatmo, truk box yang dikendarai oleh Rana Tirta ternyata membawa muatan gula pasir, yang menyebabkan laju truk bertambah kencang saat menuruni jembatan Cigombong. Truk yang dikemudikan oleh Rana Tirta dengan nomor polisi L-8957-UH ternyata mengalami rem blong saat menuruni ruas jalan sebelum memasuki kawasan pabrik PT Mayora. Rana yang panik memutuskan untuk meninggalkan kemudinya dan mencoba untuk melompat. Karena kemudi yang ia lepas, akhirnya truk sedikit bergeser ke sisi kanan jalan, yang menyebabkan posisi Wahyudin tepat berada diekor truk berwarna hitam yang sudah sedikit berbelok untuk memasuki pabrik PT Mayora. Beruntung, nasib baik masih menyertai Rana Tirta, karena tidak ada sedikitpun luka yang ia derita. Sebab bagian kanan truk yang ia kemudikan, tidak menghantam bagian belakang truk dengan nomor polisi L-8939-UH. “Itu adalah truk milik PT. Mayora, jadi memang seharusnya truk berwarna kuning menunggu truk berwarna hitam masuk. Karena rem blong, akhirnya terjadilah tabrakan,” kata Ipda Suyatmo saat dihubungi oleh Metropolitan, kemarin (17/12). Proses evakuasi pun langsung dilakukan oleh jajaran Polres Bogor, guna mengurai kemacetan yang terjadi akibat kecelakaan. Salah seorang warga bernama Ikin (38) yang mengaku sering melintasi jalur tersebut, menilai memang turununan jembatan Cigombong merupakan jalur tengkorak. Sebab, kontur jalananan yang menurun secara landai sejauh kurang lebih 10 km itu, terkadang membuat pengguna jalan lupa untuk mengerem kendaraannya. “Iya memang sering terjadi disitu mah. Biasa disebut jalur tengkorak. Kadang ada juga truk yang tidak kuat nanjak sampe mundur lagi,” katanya kepada Metropolitan. Terlebih, menurut pantauannya, kendaraan-kendaraan yang sering melewati jalur tersebut memang kendaraan-kendaraan besar dengan muatan yang jika dilihat kasat mata bisa dikategorikan sebagai kelebihan muatan. “Tapi sejak ada tol Bocimi, jadi sudah jarang truk gede lewat situ. Paling yang mau ke Mayora aja yang lewat jalanan situ mah,” jelasnya. Kecelakaan yang disebabkan karena kontur jalan yang dinilai bahaya ini memang pernah terjadi. Berdasarkan catatan Metropolitan, kejadian tersebut terjadi Senin (10/7). Sebuah truk hino dutro dari arah Sukabumi menuju Ciawi, tidak kuat menanjak dan berhenti di bahu jalan. Setelah dua jam berhenti, akhirnya supir mencoba untuk memacu laju truk untuk menanjak. Karena tidak kuat menanjak, akhirnya truk tersebut kehilangan kendali dan bergerak mundur dan menghantam sebuah mobil jazz. Tiga orang pengendara mobil Jazz meninggal dunia. Dua diantaranya masih anak-anak. Selain kejadian tersebut. Jalanan yang memiliki kontur menurun sepanjang 10 km ini, pernah juga merenggut nyawa dua orang anak-anak. Tepatnya pada 10 Juli 2019. Sebuah truk hino dutro yang datang dari arah Sukabumi, tidak kuat menanjak saat melintas di depan pabrik PT. Mayora. Truk yang diparkirkan dibahu jalan selama dua jam, akhirnya coba untuk dipaksakan menanjak. Karena tidak kuat, akhirnya truk bergerak mundur dan menghantam sebuah mobil jazz dan merenggut nyawa tiga orang penumpangnya. Dua diantaranya adalah anak-anak. Pada awal tahun, tepatnya 12 Februari, kecelakaan juga terjadi di jalur yang menjadi pilihan utama bagi bus MGI trayek Bogor – Sukabumi ini. Walaupun tidak memakan korban jiwa, tiga orang penumpang minibus harus dilarikan ke RSUD Ciawi untuk mendapatkan perawatan intensif karena mengalami luka berat. Kecelakaan diakibatkan oleh supir bus yang tidak disiplin dalam berkendara. Menurut catatan Metropolitan, kecelakaan terjadi karena bus MGI dari arah Sukabumi menuju ke Bogor mencoba untuk menyalip kendaraan didepannya. Setelah melewati pembatas jalan, ternyata datang minibus avanza dari arah berlawanan. Tabrakan pun tidak dapat terhindarkan. Bnegitu juga dengan seorang mahasiswa Universitas Djuanda juga pernah menjadi korban keganasan jalur tengkorak. Kejadian yang terjadi pada 28 September, silam ini mengakibatkan seorang mahasiswi Unida bernama Riska harus meregang nyawa setelah dilindas oleh truk. Korban yang sedang mengendarai motor itu, kehilangan keseimbangan karena kontur jalan yang tidak rata disisi kiri jalan. Sehingga ia pun terjaatuh saat mencoba mendahului truk dari sisi kiri. Kecelakaan yang terjadi antara truk dan sepeda motor juga pernah terjadi pada 15 Januari silam. Sebuah sepeda motor tertabrak truk tangki yang mengakibatkan pengendaranya mengalami luka berat. Sementara itu, saat dikonfirmasi, Kapolsek Caringin, AKP Nandan, membantah kalau turunan jembatan Cigombong dicap sebagai jalur tengkorak. Tetapi, saat ditanyakan terkait jumlah kecalakaan yang terjadi sepanjang 2019, ia sendiri mengaku tidak bisa memberitahukan karena data ada di Kanit Lantas Polres Bogor. “Kata siapa jalur tengkorak. Himbauan saya, patuhi saja rambu-rambu lalu lintas,” pungkasnya.(dil/c/mam)