METROPOLITAN - Beberapa hari terakhir masyarakat dihebohkan dengan wabah virus corona atau Covid-19 yang konon sudah masuk ke tanah air. Hal ini juga cukup membuat masyarakat resah, mereka berlomba-lomba memborong sejumlah produk kesehatan. Seperti masker, antiseptik, pencuci tangan (hand sanitizer), begitu juga dengan rempah-rempah yang dianggap mempunyai khasiat dapat menangkal virus corona. Keberadaan jahe, kunyit dan temulawak serta komoditas rempah-rempah lainnya saat ini cukup sulit ditemukan. Tidak seperti biasanya mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional. Sekalinya ada, harga rempah-rempah pun cukup fantastis bisa naik hingga 10 kali lipat. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Bogor, Nuradi mengatakan, kenaikan sejumlah harga rempah-rempah memang sudah sempat didengar oleh pihaknya. Meski begitu pihaknya tak bisa berkomentar banyak, lantaran pengendalian harga rempah tak masuk dalam kontrol dan pengawasan. "Dalam hal pengawasan rempah-rempah itu, memang tidak termasuk dalam pemantauan kita. Karna itu sifatnya langsung ke petani, kita juga tidak ada standar harganya untuk hal rempah-rempah," katanya saat dikonfirmasi Metropolitan, kemarin. Nuradi juga mengaku etap melakukan kontroling ke sejumlah pasar tradisional, untuk mengantisipasi lonjakan harga yang terlalu tinggi. Bahkan pihaknya juga memantau sejumlah minimarket dan pasar modern lainnya, sebagai langkah antisipasi dini kenaikan terus meningkat. "Saya akan turunkan tim untuk melakukan pengecekan langsung soal ini. Kita juga akan pantau sejumlah pasar tradisional, khususnya soal menyikapi naiknya harga rempah-rempah. Minimal kenaikannya tidak terlalu meroket," ujarnya. Di Pasar Cibinong harga jahe merah dari sebelumnya Rp45 ribu per kilogram, kini menjadi Rp60 ribu per kilogram. Sementara temulawak, dari Rp20 ribu per kilogram kini melonjak jadi Rp50 ribu per kilogram. Komoditi lain seperti jahe biasa naik dari Rp35 ribu per kilogram menjadi Rp40 ribu per kilogram dan sementara serai dari Rp7 ribu menjadi Rp10 ribu. Lalu harga kayu manis, di Pasar Cibinong dari sebelumnya Rp110 ribu per kilogram, kini naik menjadi Rp120 ribu per kilogram. Kunyit pun mengalami kenaikan, dari sebelumnya Rp10 ribu per kilogram kini menjadi Rp15 ribu per kilogram. Salah satu pedagang rempah-rempah di Pasar Tradisional Parung Irfan mengatakan, sejak munculnya kabar jika jamu tradisional mampu menakal virus corona, banyak masyarakat yang sengaja mencari rempah-rempah untuk diolah menjadi ramuan dan jamu. Biasanya jenis rempah yang dicari masyarakat seperti, jahe, kunyit, kayumanis, sereh hingga temulawak. Menurut keyakinan masyarakat, sejumlah rempah tersebut dapat menangkal virus corona, lantaran dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Tak heran jika sejak satu pekan lalu, bahyak masyarakat yang memburu rempah-rempah tersebut. Tak heran jika omset Irfan melonjak hingga lima kali lipat dari biasanya. "Dari seminggu kemarin alhamdulillah rame terus yang belanja rempah-rempah," tuturnya. Irfan juga mengaku, sejak tersiarnya kabar jamu tradisional mampu menangkal korona, sejumlah bahan rempah alami kenaikan. Seperti harga temulawak yang semula hanya berkisar Rp 15 ribu perkilogram, kini melonjak menjadi Rp 40 ribu perkilogram. Sementara kunyit yang semula Rp 15 ribu, kini menjadi Rp 30 ribu. Jahe merah yang awalnya Rp 40 ribu saat ini mencapai Rp 70 ribu perkilogram. "Ada kenaikan lebih dari dua kali lipat, sejak ramainya kabar virus corona. Kenaikan harga ini bukan kami yang atur, tapi harga dari tengkulak yang juga mahal. Kalau kami tidak ikut naikan harganya, kita kan rugi. Jadi mau tidak mau kalau dari tengkulak naik, kami juga ikut naik," ungkapnya. Begitu juga di Kota Bogor, selain masker dan antiseptik yang sulit ditemukan rupanya sejumlah harga komiditas di kota hujan ini melonjak. Berdasarkan data pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor saat ini komoditi pangan seperti gula pasir, cabe merah, bawang merah dan bawang bombay mengalami kenaikan dan kelangkaan. Untuk komoditi gula pasir di Pasar Kebon Kembang (Pasar Anyar) mengalami kenaikan sebanyak Rp2 ribu. Sedangkan untuk komoditi cabai merah, mengalami kenaikan sampai Rp5 ribu dan bawang merah naik hingga Rp2 ribu. “Yang mengalami kelangkaan itu ada pada gula pasir dan bawang bombay. Sementara di retail-retail modern, ada kecenderungan masyarakat banyak yang memborong komoditi seperti masker dan hand sanitizer. Ini membuat stok masker sudah mulai kosong,” jelas Kepala Disperindag Kota Bogor, Ganjar Gunawan. Ia juga mengimbau kepada masyarakat, agar tidak melakukan penimbunan. Sebab, ia mengaku sudah melakukan koordinasi dengan pihak Polresta Bogor Kota untuk melakukan pemantauan kondisi di lapangan, serta melakukan pemetaan terkait adanya potensi penimbunan. “Tapi sejauh ini belum ada temuan ataupun laporan terkait kejadian tersebut,” imbuhnya. Kelangkaan ini pun langsung ditindaklanjuti oleh Satreskrim Polresta Bogor Kota. Saat ini, beberapa tim reskrim Polresta Bogor Kota tengah melakukan peninjauan langsung di lapangan, sekaligus pemetaan. "Ya ini kan kami juga sudah mendapatkan perintah langsung dari Kapolri ya. Jadi kalau ada temuan langsung akan kami tindaklanjuti," ujar Kasatreskrim Polresta Bogor Kota, AKP Firman Taufik. Namun sejauh ini, menurut Firman, pihaknya belum menemukan adanya lokasi penimbunan masker ataupun hand sanitizer di Kota Bogor. Lamun didapati adanya penimbunan, oknum tersebut bisa dikenakan sanksi Pasal 29, Pasal 30, Pasal 107 dan pasal 108 dengan ancaman denda Rp50 miliar atau kurungan paling lama 5 tahun. Baru-baru ini terdapat penemuan baru terkait penangkal virus Corona hasil riset Universitas Airlangga. Penemuan tersebut berdasarkan dari hasil riset yang telah dilakukan oleh Guru Besar Biologi Molekuler Unair Chaerul Anwar Nidom. Hasil dari riset tersebut menyatakan jika sari rempah-rempah atau curcuma asli Indonesia dipercaya dapat menangkal virus Corona. Ia menjelaskan masyarakat dapat mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung curcuma. "Di beberapa tempat saya tawarkan apa yang bisa digunakan untuk menangkal virus Corona. Kita bisa mengatasinya dengan mengonsumsi makanan maupun minuman yang mengandung curcuma seperti jahe, kunyit dan temulawak," ujar Prof Nidom. Salah satu sari rempah-rempah yang disebutkan oleh Guru Besar Unair tersebut ialah jahe. Rempah asli Indonesia ini diyakini mampu menangkal virus Corona. Masyarakat dapat mengonsumsi jahe dengan olahan makanan atau minuman. Prof Nidom mengatakan bahwa formulasi yang dibuat tidak jauh berbeda dengan pengunaan curcumin sehari-hari. Selain jahe, rempah yang bisa disebut mampu menangkal virus Corona adalah kunyit. Herbal ini juga mengandung kurkumin. Kurkumin merupakan komponen penting dalam kunyit yang memberikan warna kuning yang khas. Kunyit memang dikenal memiliki kandungan kurkumin yang telah lama dipercaya mampu menyembuhkan maag, perut kembung hingga nyeri haid. Kurkumin yang terkandung dalam kunyit juga diyakini mampu meningkatkan antibodi dan menguatkan sel-sel tubuh. Prof Nidom meyakini jika virus Corona masih satu kingdom dengan influenza yang bisa ditangkal dengan kandungan kurkumin. Rempah lainnya yang juga mengandung kurkumin ialah temulawak. Masyarakat Indonesia tentunya juga sudah tak asing dengan rempah satu ini. Temulawak mengandung kurkumin 1,60 % - 2,20 %. Selain kurkumin, temulawak juga mengandung nutrisi lain seperti serat, vitamin, karbohidrat, kalsium dan banyak lagi. Temulawak juga dapat meningkatkan nafsu makan, antioksidan, atasi mual hingga membantu proses metabolisme tubuh. Hal tersebutlah yang membuat Guru Besar Biologi Molekuler Unair Chaerul Anwar Nidom mengatakan jika temulawak dapat membantu menangkal virus Corona. (dil/ogi/c/mam)