Senin, 22 Desember 2025

Warga Bogor Tes Corona Massal

- Senin, 23 Maret 2020 | 11:17 WIB

Virus corona atau Covid-19 kian menakutkan. Sedikitnya ada 284 orang di Kota dan Kabupaten Bogor yang kini menyandang status Orang Dalam Pemantauan (ODP), dengan sebelas orang positif dan dua orang meninggal dunia. Rupanya hal itu menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar). Bahkan dalam beberapa hari ke depan akan dilakukan tes secara massal untuk warga Bogor. TEKNIS pemeriksaan yang dilakukan bakal mengguna­kan sistem drive thru atau layanan tanpa turun dari kendaraan. Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, cara ini bertujuan mencegah kontak fisik antarwarga yang mengikuti pemeriksaan. Lokasi pengujian Covid-19 dilakukan di tiga stadion. Pertama Stadion Patriot un­tuk warga Kota Bekasi, Ka­bupaten Bekasi dan Karawang. Kemudian Stadion Pakan­sari untuk warga Depok dan Bogor, sementara Stadion Jalak Harupat bakal pengu­jian warga selain Bogor, De­pok dan Bekasi. ”Ya bayang­kan kalau tesnya di ruangan, orang akan parkir dan ba­nyak lagi. Jadi paling efisien drive thru,” kata Ridwan, Minggu (22/3). Pria yang akrab disapa Kang Emil itu menjelaskan meka­nisme pengetesan warga terlebih dahulu harus mendaf­tar melalui internet. Namun, menurutnya, tidak semua orang bisa mengikuti peme­riksaan tersebut. Ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Jika sudah terkonfirmasi, kemudian warga datang meng­gunakan kendaraan. Jika tidak punya kendaraan, bisa min­ta diakomodasi pejabat RT dan RW setempat. Ridwan menyebut pengetesan drive thru ini mengikuti arah jarum jam dengan mengelilingi luar stadion. ”Warga yang diperiksa ini pada (jarum, red) jam tiga, kemudian bergerak dan da­pat hasilnya pada (jarum) jam sembilan. Di sana ketahuan negatif atau positif. Kalau negatif, pulang. Positif, akan diminta masuk ke stadion,”jelas Ridwan Kamil. Bagi yang positif akan se­gera ditindaklanjuti, salah satunya dengan pengetesan dahak dan wawancara. Rid­wan menambahkan, peng­etesan massal ini tidak bisa disamakan dengan sensus. Kriteria yang boleh ikut tes, pertama ODP, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Suspect dan positif terinfeksi Covid-19. ”Jadi ODP dengan 50 orang teman dekatnya, kemudian PDP dan 50 orang lagi, be­gitu seterusnya. Tenaga medis dan pihak-pihak yang me­nangani kasus ini juga masuk kriteria yang harus ikut pengetesan,”ujar Ridwan. Ridwan melanjutkan, alat-alat kegiatan tersebut dijan­jikan tiba pada Senin (23/3), sedangkan pengetesannya berlangsung paling lambat pada Rabu (25/3) pekan de­pan. Untuk tahap awal ini, pengetesan akan berlaku untuk 2.000 orang. Namun, Bupati Bogor Ade Yasin mengaku keberatan dengan ide tersebut. Sebab jika melakukan tes di satu lokasi, misalnya Stadion Pa­kansari yang berada di Cibi­nong, justru akan memicu penyebaran Covid-19 lanta­ran mengumpulkan orang dalam satu lokasi. Apalagi, sambungnya, yang direncanakan datang ke Ci­binong yakni warga di tiga wilayah, yaitu warga Kabu­paten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok. Baginya, lebih aman jika melakukan Rapid Test massal di berbagai rumah sakit dan didahulukan warga yang sudah ditetapkan sta­tusnya sebagai ODP atau PDP. ”Kalau tes massal di (Sta­dion, red) Pakansari, apala­gi yang hadir datang dari wilayah endemik virus, ya berbahaya. Kalaupun ada alat-alat buat tes, lebih baik dikonsentrasikan di berbagai rumah sakit dan didahulukan yang sudah ODP atau PDP. Itu rapid test namanya,” ka­tanya kepada Metropolitan, Minggu (22/3). Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu pun meminta tes corona massal tersebut dilakukan di rumah sakit ketimbang mengum­pulkan orang di Stadion Pa­kansari. ”Ya begitu. Kemun­gkinan alatnya juga sedikit, nggak bisa massal. Lebih baik prioritaskan orang yang sta­tusnya sudah ODP dan PDP,”tegasnya. Ia pun menyarankan agar Rapid Test corona dilakukan di rumah sakit atau puskes­mas. Bila memungkinkan dan lebih diutamakan warga dengan status ODP dan PDP, dan tidak dilakukan secara acak. Sebab, mereka dengan status ODP dan PDP saja be­lum dites lantaran minimnya alat pemeriksaan. ”Saran saya lebih baik di­fokuskan di rumah sakit atau puskesmas, bila memungkin­kan. Lalu lebih diutamakan yang ODP dan PDP, tidak dilakukan secara acak. Ka­rena yang ODP dan PDP pun sampai hari ini belum dites karena minimnya alat. Ba­rangnya pun belum kelihatan,” pungkasnya. (ryn/c/mam/ run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X