Senin, 22 Desember 2025

PSBB Jilid III, Pada Sibuk Beli Baju

- Senin, 18 Mei 2020 | 03:51 WIB

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejatinya dapat memutus mata rantai penularan virus corona atau Covid-19. Namun tidak di Kota Bogor. Jelang Hari Raya Idul Fitri, sejumlah pasar semakin ramai. SEPERTI dalam sebuah vi­deo yang tersebar di media sosial, yang menunjukkan ramainya Pasar Anyar dikun­jungi masyarakat hingga berdesak-desakan. Begitu juga dengan pengendara di Jalan MA Salmun, yang se­perti lautan manusia. Mereka antre menyeberangi perlinta­san kereta untuk menuju pa­sar. Para pengunjung itu hendak belanja berbagai macam ko­moditas, mulai dari pakaian hingga bumbu dapur untuk hari raya nanti. Salah seorang warga yang berhasil diwawan­carai Metropolitan, Umi Tati (55), mengaku kebiasaan be­lanja jelang Lebaran tidak bisa ditinggalkan walau di tengah pandemi. Umi Tati yang belanja seorang diri itu juga mengaku telah membeli pakaian baru dan beberapa bumbu dapur untuk Lebaran nanti. ”Baju harus baru tentunya, walaupun be­lum tahu nanti mau salat Ied atau tidak,” katanya. ”Kalau masak ya mau masak opor, rendang, sayur godok. Po­koknya kayak biasa saja setiap tahun,” sambungnya. Walaupun tahu ada salah seorang pedagang di Pasar Bogor yang dinyatakan posi­tif corona, Umi Tati mengaku tidak ciut untuk berbelanja. ”Yang penting kan pakai mas­ker. Kalau kita nggak belanja, terus pemerintah mau ngan­terin ke rumah?” ujarnya. Jika melihat kondisi tersebut, PSBB yang sedang diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor seperti tidak ada gu­nanya. ”Bukan berkerumun lagi, itu lautan manusia. Tadi hampir dua jam setengah lah kita mengurai kerumunan tersebut,” kata Kepala Satpol PP Kota Bogor Agustiansyah. Ia menyebut kerumunan itu terjadi karena banyak masy­arakat yang ingin membeli kebutuhan Lebaran, bahkan membeli pakaian untuk anaknya. Karena itu, pihaknya melakukan penutupan jalan untuk mengurai kepadatan di Pasar Anyar, meski lama terselesaikan lantaran kurang­nya jumlah personel. Agustiansyah juga mengaku bahwa Satpol PP telah mem­beri sanksi kepada 16 orang, yakni pejalan kaki dan peda­gang di Pasar Anyar, serta memberi teguran lisan ke­pada pengelola PD Pasar ka­rena penumpukan tersebut. ”Ada 16 orang yang kita kena­kan sanksi. Kita berikan SPTB. Kemudian kita berikan sank­si hukuman sosial langsung di lokasi,” kata Agus. ”Iya, tadi selama tiga hari ini kita berikan opsi. Mau denda atau mau membersi­hkan fasilitas publik. Mereka rata-rata memilih member­sihkan fasilitas publik,” sam­bungnya. Agar hal tersebut tidak terulang lagi, Satpol PP bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor akan melakukan penyekatan di Pasar Anyar mulai besok. Penyekatan itu dilakukan di lima titik area sekitar pasar. ”Ini PR (Pekerjaan Rumah, red). Karena penginnya kita setelah PSBB tahap satu dan dua ini timbullah disiplin dan kesadaran kolektif dari warga, gitu. Kenyataannya warga kita masih belum (patuh so­cial dan physical distancing, red),” tandasnya. Keramaian sejumlah pasar di Kota Bogor rupanya tidak luput dari pantauan Wali Kota Bogor Bima Arya. Ia juga mewanti-wanti agar pe­nerima bantuan tidak meng­gunakan uang tersebut untuk membeli baju baru, dan mengancam akan mencabut bantuan sosial tersebut. Sepekan jelang Lebaran ini, masyarakat memang tampak memadati sejumlah pasar di Kota Bogor meski tengah di­berlakukan PSBB. Mereka berbelanja kebutuhan dapur, pakaian dan kebutuhan lain­nya jelang Lebaran. “Kalau belanja sembako sih kita maklumi. Tapi kalau be­lanja pakaian, ini yang agak mengecewakan. Sudah saya katakan bahwa Lebaran tahun ini kita prihatin dulu. Kalau bantuan dari pemerintah di­pakai beli baju, akan kita ca­but bantuannya,” tegas Bima, Minggu (17/5). Karena itu, Bima juga mela­kukan inspeksi mendadak (sidak) kepada penjual pa­kaian maupun aksesori di Pasar Kebonkembang. Ia me­merintahkan Satpol PP Kota Bogor menutup lapak-lapak tersebut. “Ini kok malah pada bersenang-senang di saat para tenaga medis berjuang melawan pandemi ini. Saya perintahkan Satpol PP menga­wasi terus lapak-lapak di sini,” pintanya. Tak hanya itu, Bima juga mengaku mendapat kabar adanya oknum yang melaku­kan pungutan kepada peda­gang agar tetap bisa berjua­lan di tengah PSBB tahap tiga ini. Karena itu, pihaknya akan menelusuri informasi tersebut. “Akan kita telusuri. Setorannya ke siapa. Pokoknya nggak bo­leh ada yang jualan selain sembako di sini,” ungkapnya. Kondisi itu pun sontak mendapat sorotan dari ang­gota Dewan Perwakilan Ra­kyat Daerah (DPRD) Kota Bogor. Menurut Wakil Ketua Satgas Covid-19 DPRD Kota Bogor, Akhmad Saeful Bakhri, harusnya Pemkot Bogor mem­berikan sikap tegas terkait dibuka atau ditutupnya pasar yang ada di Kota Bogor. ”PS­BB diperpanjang tapi tidak ada tindakan. Pemkot seha­rusnya jangan tutup mata melihat ini,” tegasnya. Pria yang akrab disapa ASB itu juga tidak menampik apa yang saat ini tengah terjadi merupakan buntut kebijakan yang setengah-setengah. Jika saja Pemkot Bogor mau me­negaskan aturan dan sanksi sedari awal, mungkin kesada­ran dan rasa takut masyarakat bisa menjadi benteng dan mengurungkan niatnya untuk keluar rumah. ”Di sampaing itu, bantuan yang disalurkan juga harus tepat sasaran. Se­karang mereka (masyarakat, red) teriak dan menjerit tapi tidak diperhatikan. Ya mereka akan berjalan sesuai keinginan mereka,” pungkasnya. (dil/b/ mer/fin/mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X