Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejatinya dapat memutus mata rantai penularan virus corona atau Covid-19. Namun tidak di Kota Bogor. Jelang Hari Raya Idul Fitri, sejumlah pasar semakin ramai. SEPERTI dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, yang menunjukkan ramainya Pasar Anyar dikunjungi masyarakat hingga berdesak-desakan. Begitu juga dengan pengendara di Jalan MA Salmun, yang seperti lautan manusia. Mereka antre menyeberangi perlintasan kereta untuk menuju pasar. Para pengunjung itu hendak belanja berbagai macam komoditas, mulai dari pakaian hingga bumbu dapur untuk hari raya nanti. Salah seorang warga yang berhasil diwawancarai Metropolitan, Umi Tati (55), mengaku kebiasaan belanja jelang Lebaran tidak bisa ditinggalkan walau di tengah pandemi. Umi Tati yang belanja seorang diri itu juga mengaku telah membeli pakaian baru dan beberapa bumbu dapur untuk Lebaran nanti. ”Baju harus baru tentunya, walaupun belum tahu nanti mau salat Ied atau tidak,” katanya. ”Kalau masak ya mau masak opor, rendang, sayur godok. Pokoknya kayak biasa saja setiap tahun,” sambungnya. Walaupun tahu ada salah seorang pedagang di Pasar Bogor yang dinyatakan positif corona, Umi Tati mengaku tidak ciut untuk berbelanja. ”Yang penting kan pakai masker. Kalau kita nggak belanja, terus pemerintah mau nganterin ke rumah?” ujarnya. Jika melihat kondisi tersebut, PSBB yang sedang diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor seperti tidak ada gunanya. ”Bukan berkerumun lagi, itu lautan manusia. Tadi hampir dua jam setengah lah kita mengurai kerumunan tersebut,” kata Kepala Satpol PP Kota Bogor Agustiansyah. Ia menyebut kerumunan itu terjadi karena banyak masyarakat yang ingin membeli kebutuhan Lebaran, bahkan membeli pakaian untuk anaknya. Karena itu, pihaknya melakukan penutupan jalan untuk mengurai kepadatan di Pasar Anyar, meski lama terselesaikan lantaran kurangnya jumlah personel. Agustiansyah juga mengaku bahwa Satpol PP telah memberi sanksi kepada 16 orang, yakni pejalan kaki dan pedagang di Pasar Anyar, serta memberi teguran lisan kepada pengelola PD Pasar karena penumpukan tersebut. ”Ada 16 orang yang kita kenakan sanksi. Kita berikan SPTB. Kemudian kita berikan sanksi hukuman sosial langsung di lokasi,” kata Agus. ”Iya, tadi selama tiga hari ini kita berikan opsi. Mau denda atau mau membersihkan fasilitas publik. Mereka rata-rata memilih membersihkan fasilitas publik,” sambungnya. Agar hal tersebut tidak terulang lagi, Satpol PP bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor akan melakukan penyekatan di Pasar Anyar mulai besok. Penyekatan itu dilakukan di lima titik area sekitar pasar. ”Ini PR (Pekerjaan Rumah, red). Karena penginnya kita setelah PSBB tahap satu dan dua ini timbullah disiplin dan kesadaran kolektif dari warga, gitu. Kenyataannya warga kita masih belum (patuh social dan physical distancing, red),” tandasnya. Keramaian sejumlah pasar di Kota Bogor rupanya tidak luput dari pantauan Wali Kota Bogor Bima Arya. Ia juga mewanti-wanti agar penerima bantuan tidak menggunakan uang tersebut untuk membeli baju baru, dan mengancam akan mencabut bantuan sosial tersebut. Sepekan jelang Lebaran ini, masyarakat memang tampak memadati sejumlah pasar di Kota Bogor meski tengah diberlakukan PSBB. Mereka berbelanja kebutuhan dapur, pakaian dan kebutuhan lainnya jelang Lebaran. “Kalau belanja sembako sih kita maklumi. Tapi kalau belanja pakaian, ini yang agak mengecewakan. Sudah saya katakan bahwa Lebaran tahun ini kita prihatin dulu. Kalau bantuan dari pemerintah dipakai beli baju, akan kita cabut bantuannya,” tegas Bima, Minggu (17/5). Karena itu, Bima juga melakukan inspeksi mendadak (sidak) kepada penjual pakaian maupun aksesori di Pasar Kebonkembang. Ia memerintahkan Satpol PP Kota Bogor menutup lapak-lapak tersebut. “Ini kok malah pada bersenang-senang di saat para tenaga medis berjuang melawan pandemi ini. Saya perintahkan Satpol PP mengawasi terus lapak-lapak di sini,” pintanya. Tak hanya itu, Bima juga mengaku mendapat kabar adanya oknum yang melakukan pungutan kepada pedagang agar tetap bisa berjualan di tengah PSBB tahap tiga ini. Karena itu, pihaknya akan menelusuri informasi tersebut. “Akan kita telusuri. Setorannya ke siapa. Pokoknya nggak boleh ada yang jualan selain sembako di sini,” ungkapnya. Kondisi itu pun sontak mendapat sorotan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor. Menurut Wakil Ketua Satgas Covid-19 DPRD Kota Bogor, Akhmad Saeful Bakhri, harusnya Pemkot Bogor memberikan sikap tegas terkait dibuka atau ditutupnya pasar yang ada di Kota Bogor. ”PSBB diperpanjang tapi tidak ada tindakan. Pemkot seharusnya jangan tutup mata melihat ini,” tegasnya. Pria yang akrab disapa ASB itu juga tidak menampik apa yang saat ini tengah terjadi merupakan buntut kebijakan yang setengah-setengah. Jika saja Pemkot Bogor mau menegaskan aturan dan sanksi sedari awal, mungkin kesadaran dan rasa takut masyarakat bisa menjadi benteng dan mengurungkan niatnya untuk keluar rumah. ”Di sampaing itu, bantuan yang disalurkan juga harus tepat sasaran. Sekarang mereka (masyarakat, red) teriak dan menjerit tapi tidak diperhatikan. Ya mereka akan berjalan sesuai keinginan mereka,” pungkasnya. (dil/b/ mer/fin/mam/run)