Di balik temuan empat pedagang Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, yang positif Covid-19, memunculkan fakta mengejutkan. Seorang bayi berusia 1,5 tahun dinyatakan positif corona, tertular orang tuanya yang merupakan seorang pedagang. Mirisnya lagi, sang ayah bayi perempuan tersebut harus meregang nyawa, sehari setelah dinyatakan terjangkit virus asal Wuhan itu. KEPALA Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor dr Dedi Syarif menuturkan, bayi 1,5 tahun itu termasuk klaster Pasar Cileungsi. Kasus itu bermula saat empat pedagang Pasar Cileungsi terkonfirmasi positif, yakni pedagang daging, pedagang ikan asin dan dua pedagang buah. ”Nah, dia itu anaknya. Dari bapaknya yang meninggal dunia, selain itu istrinya dan adiknya juga yang usia 20 tahun, positif juga. Satu klaster Pasar Cileungsi, dari suami/bapak itu yang meninggal,” katanya. Hal senada diungkapkan Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah. Diketahui bayi itu merupakan anak dari pedagang daging di pasar tersebut. Ia tertular ayahnya yang terkonfirmasi positif sehari sebelumnya dan harus meregang nyawa. Padahal, sang bayi tidak pernah keluar rumah. ”Informasi yang lalu, si bayi jarang dibawa ke luar rumah. Tapi bapaknya pernah bepergian ke luar daerah juga. Satu keluarga terjangkit,” kata Syarifah. Sementara itu, buntut terungkapnya klaster Pasar Cileungsi membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui PD Pasar Tohaga bertindak cepat. Mereka menutup sementara pasar tersebut untuk melakukan tes massal dan sterilisasi bangunan pasar. ”Dua hari ke depan akan ditutup sementara untuk sterilisasi pasar, untuk memutus penyebaran. Kami pikir ini tindakan bijak untuk kami tutup sementara,” kata Direktur Utama (Dirut) PD Pasar Tohaga, Haris Setiawan. “Ini juga dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran yang lebih masif. Selain penutupan pasar, kami juga lakukan pengetatan terhadap protokol Covid ini,” sambungnya. Haris mengaku sejauh ini baru beberapa pasar yang dilakukan tes massal, salah satunya Pasar Parungpanjang. Untuk itu, pihaknya tengah menyusun agenda untuk melakukan tes di pasar-pasar lain yang ada di PD Pasar Tohaga. ”Untuk rapid dan swab test di pasar-pasar lain, kami masih menunggu konfirmasi jadwal dari Satuan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor dulu,” ucapnya. Selain itu, ia mengaku pihaknya juga tengah mengevaluasi operasional dan waktu dibukanya pasar-pasar Tohaga di tengah situasi pandemi, yang sudah diterapkan sejak beberapa waktu lalu. Ia mengaku hal itu tengah dirapatkan jajaran direksi dan Badan Pengawas hari ini (kemarin, red) untuk segera membuat keputusan. ”Untuk waktu operasional pasar ke depannya, ini sedang kami rapatkan dengan direksi dan Badan Pengawas. Hari ini (kemarin, red) Insya Allah ada keputusan,” imbuhnya. Pasar-pasar di Kabupaten Bogor diketahui tetap beroperasi, dengan jam operasional tertentu dan penyesuaian Standar Operasional Prosedur (SOP) protokol kesehatan selama pandemi. Yakni hanya beroperasi sekitar delapan jam, buka sejak pukul 04:00 WIB dan tutup pukul 13:00 WIB. Sehingga lebih dari pukul 13:00 WIB tidak boleh lagi beroperasi, termasuk toko-toko yang satu lingkungan dengan pasar utama. Di sisi lain, penutupan sementara Pasar Cileungsi sejak akhir pekan lalu tidak hanya digunakan untuk sterilisasi pasar, namun juga dibarengi tes massal pada Minggu (31/5) lalu. Hasilnya, enam orang dinyatakan reaktif dari 57 orang yang dites cepat, mulai dari pedagang hingga pengunjung. ”Hasilnya enam orang reaktif, satu reaktif belum di-tracking swab test,” kata Ketua Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor yang juga Bupati Bogor, Ade Yasin. Sebab, pelaksanaan rapid test hari itu pun dibarengi juga swab test. Setidaknya ada 32 orang yang dilakukan tes swab, termasuk lima orang yang dinyatakan reaktif pada rapid test-nya. Secara umum, sambungnya, hingga Minggu (31/5) malam, kasus positif di Kabupaten Bogor membengkak menjadi 203 kasus, dengan 15 orang di antaranya terkonfirmasi meninggal dunia dan 49 orang lainnya dinyatakan sembuh, sedangkan 137 orang berstatus positif aktif. Lalu total kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 1.578 orang, dengan 377 orang di antaranya ODP aktif. ”Sementara total Pasien Dalam Pengawasan (PDP) berjumlah 1.587 orang, dengan 98 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia dan 376 orang masih berstatus PDP aktif,” tandas AY, sapaan karibnya. (ryn/c/rez/run)