METROPOLITAN - Buruknya pendataan penerima bantuan sosial (bansos) di Kabupaten Bogor membawa permasalahan baru. Seorang nenek bernama Arni (70) mendapatkan perlakuan kasar dari penyalur bansos, yakni ketua RT. Insiden tersebut terjadi di balai desa, Kampung Harapan, Desa Sukamaju, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Anak dari Arni, Naih (48), menjelaskan bahwa penganiayaan itu dilakukan pria bernama Asep Supriyadi yang merupakan ketua RT 02/07, Desa Sukamaju. Insiden itu terjadi pada Kamis (28/5) sekitar pukul 13:00 WIB. Naih mengaku bansos beras yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor itu tak sesuai harapan, yang seharusnya sang nenek mendapatkan 30 kilogram. Akibatnya, ketua RT menjadi sasaran kemarahan si nenek dan menganggap penyaluran baksos tak adil. “Awalnya sih tentang bansos beras yang dari bupati, per 30 kg. Tapi cuma dikasihnya satu karung (15 kg). Dipotong setengahnya. Memang sih yang dapat bukan ibu saya, tapi anak (adik saya, red), tinggal masih satu rumah satu KK,” bebernya. Nenek Arni juga dijanjikan bantuan uang tunai dengan alasan hanya mendapat bansos 15 kilogram. Nenek Arni tak tahan menunggu janji itu hingga akhirnya ditagih ke balai desa. Namun saat ditagih, ketua RT itu malah berbuat kasar terhadap Nenek Arni. ”Kalau memang untuk pemerataan (bansos, red) mungkin kebijakan RT-nya cuma harus konfirmasi dulu. Jadi yang dipotong bansos itu punya keluarga saya, ya wajarlah pasti teriak. Intinya dia (nenek saya, red) menuntut kenapa yang lain tidak dipotong dan alasannya kenapa dikasih uang,” terangnya. Atas kejadian itu, ia langsung membuat laporan ke Polsek Cibungbulang dan akhirnya kedua belah pihak dipertemukan untuk melakukan mediasi. Musyawarah pun berlangsung hingga dini hari dengan beberapa pihak, termasuk kepolisian. Alhasil, pelaku mengakui kesalahannya saat dilakukan pemanggilan dari mediasi itu. Dari pengakuannya, Ketua RT Asep mengaku khilaf saat menampar Nenek Arni. Sementara itu, Kapolsek Cibungbulang Polres Bogor Kompol Ade Yusuf menjelaskan bahwa kabar mengenai penganiyaan Nenek Arni (70) bermula karena meneriaki penyalur bansos atau ketua RT dengan sebutan maling. Ketua RT tersebut lantas emosi dan menampar pipi Nenek Arni hingga terjatuh. ”Arni dengan nada emosi menyebut dan menuduh Asep dengan sebutan maling karena disebut maling di depan orang banyak kemudian Asep mendorong pipi Arni sampai terjatuh,” ungkap Ade. (tib/feb/run)