Masa kecil adalah masa paling bahagia bagi anak-anak. Bermain dengan teman sebaya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Namun apa jadinya jika sejak kecil kita sudah harus mencari nafkah. Hal itu seperti yang dirasakan Endriyanto. BOCAH sembilan tahun itu terpaksa menjadi tulang punggung untuk menghidupi keluarganya. Tidak tanggung-tanggung, Endriyanto harus menghidupi delapan anggota keluarganya dengan berjualan kue keliling. ”Jualan risol sama kue, keliling desa,” kata Endriyanto seperti dikutip dari akun YouTube TRANS7 OFFICIAL, Senin (22/6). ”Gemblong sama pastel, onde-onde,” sambungnya. Bekerja dengan keras memang akan membuahkan hasil yang setimpal. Begitu pula dengan Endriyanto. Jualan aneka kue itu memberikan keuntungan bagi Endriyanto. Meski kecil, namun itu sudah lebih dari cukup. ”Untungnya kadang Rp50 ribu, kadang Rp100 ribu,” ungkapnya. Saat ditanya uang keuntungan untuk apa, Endriyanto justru memberikan jawaban yang di luar pemikiran. Bagaimana tidak, hasil kerja kerasnya berjualan keliling itu uangnya digunakan untuk memenuhi dan membayar keperluan keluarganya. ”Buat Bude, buat bayar utang sama beli susu dedek (adik, red),” jawabnya dengan polos. Endriyanto juga menjelaskan alasannya sudah bekerja di usianya masih muda. Bukan mencari uang untuk kesenangannya, diakuinya ia bekerja untuk membantu orang tua. ”Karena biar membantu pengin orang tua lah,” jawab Endri saat ditanya alasan berjualan keliling. ”Karena sudah mengurusi Endri dari kecil,” lanjutnya. Endriyanto yang begitu menyayangi orang tuanya itu juga merasakan capek. Meski begitu, Endri tetap harus berjualan agar bisa membantu perekonomian keluarganya. ”Ya capek, iya (pulang sekolah, red), iya (tetap mau berjualan, red),” jawabnya. Sejak pulang sekolah sudah berjualan, tak membuat Endri melupakan pendidikan dan agamanya. Diakuinya, pelajaran selama di sekolah tidak terganggu meski Endri berjualan setiap harinya. Selain itu, ibadah Endri juga tetap terlaksana. ”Nggak (terganggu, red). Habis dagang ntar mandi salat ntar belajar kayak gitu,” paparnya. Hal itu juga dibuktikan dengan capaian nilai yang diraih Endri. Diakuinya, nilai pelajaran Endri bagus-bagus. ”Ya Alhamdulillah nilainya bagus-bagus,” kata Endri. Padahal Endri sudah mulai berjualan keliling sejak lebih dari satu tahun yang lalu. Makanan yang dijualnya pun ternyata hasil dari masakan sang bude, kakak dari orangtuanya. ”Sudah ada setahunan,” kata Endri. ”(makanan) yang bikin bude,” sambungnya. Melihat hal itu, pembawa acara menjadi penasaran uang hasil jualan akhirnya dibawa siapa. Tak disangka, uang hasil jualan Endri akan diserahkan semuanya ke sang bude. ”(Uang, red) Kasih ke Bude lagi, iya (semuanya, red),” jawabnya. ”Nggak (dapat apa-apa), nggak apa-apa, sudah dikasih orang. Nggak minta bude, nggak,” sambungnya. Lebih lanjut, Endri menjelaskan jika uang jajannya selama ini berasal dari uang pemberian dari pelanggannya. Sering kali para pelanggan dagangannya memberikan uang lebih untuk disimpan oleh Endriyanto. ”Pas jualan kadang ada yang kasih uang,” ungkapnya. Endriyanto memang sudah ditinggalkan oleh sang ayah sejak dia lahir. Belum berhenti sampai di situ, sejak tiga-empat tahun lalu, Endri kembali ditinggal oleh sang ibu. Bedanya sang ibu meninggalkan Endri sejak dia menikah lagi. Untuk itu, saat ditanya apakah pernah bertemu dengan sang ayah, Endri memberikan jawaban yang mengharukan. ”Enggak, ketemu nya ayah tiri. Enggak (lihat sejak kecil, fotonya pernah, (nama ayahnya) Asep,” jawaban polos Endri. Berbeda dengan sang ayah, Endri ingat kapan terakhir kali dirinya bertemu sang ibu. Dikatakan, terakhir kali Endri ketemu sang ibu saat dirinya masuk sekolah. ”Kalau ibu terakhir ketemu pas mau sekolah, kelas satu SD,” jawabnya. ”Terus pas mau sunat, pas Endri kelas tiga umur sembilan tahun,” sambungnya. (mer/rez/run)