Masih ingat dengan Manik Marganamahendra. Mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia yang sempat viral karena aksinya menyebut DPR sebagai Dewan Pengkhianat Rakyat, saat melakukan aksi demonstrasi menolak RUU KUHP. Kini pria kelahiran 11 Desember itu jadi relawan Covid-19 di Bogor. Manik saat ini tergabung dalam relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bogor. Mahasiswa jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) angkatan 2015 itu kemudian membentuk gerakan ‘Bantu 1.000 Makanan Gratis’. Lewat gerakan tersebut, ia mengajak para dermawan untuk menyisihkan sedikit rezekinya, membantu para sopir angkot yang penghasilannya terkena dampak akibat Covid-19. ”Wabah Covid yang melanda sangat berdampak, khususnya bagi masyarakat prasejahtera dan masyarakat berpenghasilan harian. Ikhtiar ini dilakukan agar masyarakat terdampak, khususnya sopir angkot, bisa terpenuhi kebutuhan pangannya,” kata Manik. Kepedulian sosial lainnya yang dilakukan Manik adalah membantu para tenaga medis di rumah sakit. Dengan penggalangan melalui program ‘Foodtruck’, para pejuang medis itu mendapat bantuan makanan gratis. Manik menuturkan, tak banyak yang bisa dilakukannya untuk membantu sesama. Hanya dengan kemampuan yang dimilikinya, ia berharap bisa meringankan beban bagi mereka yang terdampak. ”Covid ini memukul kita semua. Sudah saatnya kita saling bantu,” ucapnya. Di sisi lain, Manik mengaku saat ini tengah fokus menjalani perkuliahannya yang tengah memasuki masa akhir studinya. Selama menempuh pendidikan tinggi di UI, ia menerima bantuan beasiswa dari program Coorporate Social Responsibility (CSR) PT Insight Investments Management (Insight) melalui Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM). Ia menyatakan bahwa beasiswa tersebut sangat membantu mendorong studinya selama kuliah. Ia menuturkan, menerima beasiswa tersebut sejak 2016 ketika dirinya masih duduk di semester kedua. Namun, kesibukan dalam berorganisasi sekaligus menjabat sebagai Ketua BEM UI pada 2019, membuat Manik harus menunda kelulusannya selama setahun. Saat ini, Manik mengaku sedang sibuk menyusun skripsi untuk menuntaskan masa kuliahnya. ”Beasiswa yang saya dapat kan paling lama empat tahun. Karena kegiatan saya yang sangat padat waktu itu, sehingga menunda kelulusan selama setahun. Sekarang saya fokus nyusun skripsi,” ujar alumni SMA Negeri 1 Kota Bogor tersebut. (kom/rez/run)