Senin, 22 Desember 2025

Rampok Bersenpi Beraksi di Tengah Keramaian

- Senin, 7 September 2020 | 09:36 WIB

METROPOLITAN - Aksi perampokan bersen­jata api (senpi) terjadi di Desa Cicadas, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor. Pelaku berjumlah lebih dari tiga orang tersebut diduga menembak korbannya di bagian kaki. Parahnya, aksi itu dilakukan para pelaku di tengah keramaian. Peristiwa itu terjadi di Jalan Raya Mercedes Benz, Jumat (4/9), sekitar pukul 20:00 WIB, tepat di depan sebuah bengkel ban. Tukang tambal ban, Hendri (20), menceritakan detik-detik peristiwa itu terjadi. Awalnya, korban yang mengendarai mobil Suzuki Carry merah ingin tambal ban karena kempis. Dalam mobil itu ada seorang pria dewasa yang belum diketahui identi­tasnya, lalu ada dua anak pe­rempuan yang diduga putri korban. ”Jadi mobilnya itu kempis ban belakang kirinya. Saya lagi posisi di dalam. Nah, teman saya lagi mau ngedong­krak,” katanya saat ditemui Metropolitan, Minggu (6/9). Lanjutnya, tiba-tiba datang dua motor berjumlah empat orang langsung mengham­piri mobil korban. Suara tem­bakan pun terdengar diduga letusan senpi pelaku. ”Saya masih di dalam, saya mau samperin nggak berani soalnya dia bawa pistol. Kata teman saya, si bapak sempat perta­hanin tasnya yang ada di dalam mobil,” ucap Hendri. Ia juga menceritakan, korban sempat dikeroyok dua pelaku. Hendri pun tak bisa berbuat banyak karena pelaku mem­bawa senpi. ”Cepat banget kejadiannya. Sekitar sepuluh menit, pelaku kabur. Korban teriak minta tolong, pas kelu­ar, kaki kanan bawah bapaknya berdarah. Anak-anaknya pada nangis,” imbuhnya. Korban langsung dilarikan ke klinik yang kebetulan ada si seberang jalan. Kondisi kaca mobil bagian tengah kiri pecah. Di dalamnya ter­dapat barang-barang bahan sembako untuk berjualan. Belum diketahui pasti keru­gian yang dialami korban. Namun, informasi yang dida­pat, korban mengalami ke­rugian uang senilai Rp200 juta. Perampokan tersebut me­nimbulkan kekhawatiran bagi warga sekitar lokasi. Pa­salnya, pelaku tak segan meno­dongkan pistol ke arah warga. Hendri menyebut pelaku juga sempat menodong seorang warga yang ingin mendekati lokasi. ”Ada tukang warteg di seberang. Dia mau nyeberang, dikira lagi ada orang berantem, mau misahin. Ternyata dito­dong pistol,” katanya. Para pelaku yang diduga berjumlah empat orang itu mengaku dari kepolisian dan menuding korban membawa narkoba. ”Pas ditodong, tukang wartegnya balik lagi. Saya juga posisinya di dalam beng­kel, nggak berani keluar,” ucap­nya. Di sisi lain, korban peram­pokan tersebut hingga kini masih syok. Korban yang di­ketahui bernama Haji Adam (50) itu mengalami luka di kepala dan kaki kanannya. Saat didatangi ke kediaman­nya di Kecamatan Gunung­putri, Kabupaten Bogor, Adam (50) hanya terkulai lemas, pada Minggu (6/9). Terlihat di kepalanya ada perban dan juga di betis kanan bawahnya. Kerabat korban, Lukman, menyebut korban kini masih butuh istirahat dan belum bisa dimintai keterangan. ”Masih istirahat, belum bisa dimintai keterangan. Hari ini baru selesai berobat,” katanya kepada Metropolitan. Saat ditanya soal luka tembak di bagian kaki, Lukman mem­benarkan hal tersebut. ”Dari lukanya terlihat begitu (ter­tembak, red),” terangnya. Namun ketika dikonfirmasi terkait uang yang diduga di­rampok, Lukman mengaku belum mengetahuinya. ”Saya belum tahu kronologinya, saya juga ke sini mau jengukin. Lain kali saja ke sini lagi,” ujar Luk­man. Sementara itu, pihak Polsek Gunungputri enggan mem­beri detail kronologi terkait perampokan tersebut. Kapol­sek Gunungputri Kompol Andriyanto juga tak bisa di­hubungi. ”Sedang dalam peng­embangan,” singkat Andri­yanto. Sementara itu, barang bukti berupa mobil korban terparkir di halaman Mapolsek Gunung­putri. Di lain hal, aksi peram­pokan yang dilakukan saat kondisi ramai itu mendapat perhatian dari Kriminolog dan Psikolog Kriminal, Reza In­dragiri Amriel. Ia menjelaskan, dalam kri­minologi, hal itu dikenal dengan istilah Bystander Effect. Artinya semakin ramai orang di satu lokasi, keinginan menolong korban kejahatan satu sama lain justru terpantul ke sana-sini. ”Berdasarkan Bystander Effect, bisa dikatakan bahwa tempat ramai justru ideal bagi kejahatan. Siapa pun yang butuh pertolongan, di tempat ramai justru dia tak tertolong,” katanya kepada Metropolitan, Minggu (6/9). Ia melanjutkan, saat terjadi kejahatan, di saat yang sama, setiap orang terdorong untuk menjauhi kemungkinan men­jadi sasaran senjata atau ke­jahatan. Terlebih bila pelaku kejahatan membawa senjata, bisa jadi menambah keper­cayaan diri mereka bertambah. ”Bisa saja mereka sudah mem­baca psikologi massa,” ungkap Reza. Memang saat kejadian pe­rampokan di Gunungputri, warga yang berada di dekat lokasi memilih menjauh ka­rena khawatir menjadi sasaran tembak pelaku. Terlebih pela­ku juga mengaku sebagai ok­num polisi. (cr3/e/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X