METROPOLITAN - Aksi perampokan bersenjata api (senpi) terjadi di Desa Cicadas, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor. Pelaku berjumlah lebih dari tiga orang tersebut diduga menembak korbannya di bagian kaki. Parahnya, aksi itu dilakukan para pelaku di tengah keramaian. Peristiwa itu terjadi di Jalan Raya Mercedes Benz, Jumat (4/9), sekitar pukul 20:00 WIB, tepat di depan sebuah bengkel ban. Tukang tambal ban, Hendri (20), menceritakan detik-detik peristiwa itu terjadi. Awalnya, korban yang mengendarai mobil Suzuki Carry merah ingin tambal ban karena kempis. Dalam mobil itu ada seorang pria dewasa yang belum diketahui identitasnya, lalu ada dua anak perempuan yang diduga putri korban. ”Jadi mobilnya itu kempis ban belakang kirinya. Saya lagi posisi di dalam. Nah, teman saya lagi mau ngedongkrak,” katanya saat ditemui Metropolitan, Minggu (6/9). Lanjutnya, tiba-tiba datang dua motor berjumlah empat orang langsung menghampiri mobil korban. Suara tembakan pun terdengar diduga letusan senpi pelaku. ”Saya masih di dalam, saya mau samperin nggak berani soalnya dia bawa pistol. Kata teman saya, si bapak sempat pertahanin tasnya yang ada di dalam mobil,” ucap Hendri. Ia juga menceritakan, korban sempat dikeroyok dua pelaku. Hendri pun tak bisa berbuat banyak karena pelaku membawa senpi. ”Cepat banget kejadiannya. Sekitar sepuluh menit, pelaku kabur. Korban teriak minta tolong, pas keluar, kaki kanan bawah bapaknya berdarah. Anak-anaknya pada nangis,” imbuhnya. Korban langsung dilarikan ke klinik yang kebetulan ada si seberang jalan. Kondisi kaca mobil bagian tengah kiri pecah. Di dalamnya terdapat barang-barang bahan sembako untuk berjualan. Belum diketahui pasti kerugian yang dialami korban. Namun, informasi yang didapat, korban mengalami kerugian uang senilai Rp200 juta. Perampokan tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi warga sekitar lokasi. Pasalnya, pelaku tak segan menodongkan pistol ke arah warga. Hendri menyebut pelaku juga sempat menodong seorang warga yang ingin mendekati lokasi. ”Ada tukang warteg di seberang. Dia mau nyeberang, dikira lagi ada orang berantem, mau misahin. Ternyata ditodong pistol,” katanya. Para pelaku yang diduga berjumlah empat orang itu mengaku dari kepolisian dan menuding korban membawa narkoba. ”Pas ditodong, tukang wartegnya balik lagi. Saya juga posisinya di dalam bengkel, nggak berani keluar,” ucapnya. Di sisi lain, korban perampokan tersebut hingga kini masih syok. Korban yang diketahui bernama Haji Adam (50) itu mengalami luka di kepala dan kaki kanannya. Saat didatangi ke kediamannya di Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Adam (50) hanya terkulai lemas, pada Minggu (6/9). Terlihat di kepalanya ada perban dan juga di betis kanan bawahnya. Kerabat korban, Lukman, menyebut korban kini masih butuh istirahat dan belum bisa dimintai keterangan. ”Masih istirahat, belum bisa dimintai keterangan. Hari ini baru selesai berobat,” katanya kepada Metropolitan. Saat ditanya soal luka tembak di bagian kaki, Lukman membenarkan hal tersebut. ”Dari lukanya terlihat begitu (tertembak, red),” terangnya. Namun ketika dikonfirmasi terkait uang yang diduga dirampok, Lukman mengaku belum mengetahuinya. ”Saya belum tahu kronologinya, saya juga ke sini mau jengukin. Lain kali saja ke sini lagi,” ujar Lukman. Sementara itu, pihak Polsek Gunungputri enggan memberi detail kronologi terkait perampokan tersebut. Kapolsek Gunungputri Kompol Andriyanto juga tak bisa dihubungi. ”Sedang dalam pengembangan,” singkat Andriyanto. Sementara itu, barang bukti berupa mobil korban terparkir di halaman Mapolsek Gunungputri. Di lain hal, aksi perampokan yang dilakukan saat kondisi ramai itu mendapat perhatian dari Kriminolog dan Psikolog Kriminal, Reza Indragiri Amriel. Ia menjelaskan, dalam kriminologi, hal itu dikenal dengan istilah Bystander Effect. Artinya semakin ramai orang di satu lokasi, keinginan menolong korban kejahatan satu sama lain justru terpantul ke sana-sini. ”Berdasarkan Bystander Effect, bisa dikatakan bahwa tempat ramai justru ideal bagi kejahatan. Siapa pun yang butuh pertolongan, di tempat ramai justru dia tak tertolong,” katanya kepada Metropolitan, Minggu (6/9). Ia melanjutkan, saat terjadi kejahatan, di saat yang sama, setiap orang terdorong untuk menjauhi kemungkinan menjadi sasaran senjata atau kejahatan. Terlebih bila pelaku kejahatan membawa senjata, bisa jadi menambah kepercayaan diri mereka bertambah. ”Bisa saja mereka sudah membaca psikologi massa,” ungkap Reza. Memang saat kejadian perampokan di Gunungputri, warga yang berada di dekat lokasi memilih menjauh karena khawatir menjadi sasaran tembak pelaku. Terlebih pelaku juga mengaku sebagai oknum polisi. (cr3/e/rez/run)