Senin, 22 Desember 2025

Penyandang Tunarungu Peraih Lulusan Terbaik di Amerika

- Rabu, 28 Oktober 2020 | 12:45 WIB

Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Perumpamaan itu menggambarkan perjuangan Panji Surya Sahetapy, penyandang tunarungu yang memiliki mimpi membangun Indonesia menuju inklusif. Ia mampu lulus dengan predikat cum laude di Amerika. PANJI Surya Sahetapy merupakan salah satu insan tuli yang mengembangkan dirinya hingga berkuliah di Amerika demi membangun Indonesia menuju inklusif. Dalam konteks perjuangan Surya, ia ingin berkontribusi untuk membangun Indonesia yang ramah bagi penyandang disabilitas. Hal itu dipicu pengalamannya saat bersekolah sejak TK hingga SMP.­ Pada awalnya, pemuda be­rusia 26 tahun itu masuk jen­jang TK dan SD di sekolah khusus bagi penyandang disa­bilitas pendengaran. “Aku masuklah sekolah tuli SD itu dan ada beberapa guru yang mengatakan tidak ada mata pelajaran bahasa Inggris se­hingga aku keluar dari sana dan tetap berusaha sampai SMP, masuklah aku ke sekolah umum,” cerita Surya meng­gunakan bahasa isyarat belum lama ini. Melalui web seminar bertajuk ‘Disabilitas Muda untuk Indonesia Inklusi’, Surya mengatakan bahwa ia ingin belajar bahasa Inggris karena sejak kecil ia kerap menda­pati tamu yang datang ke ru­mahnya dengan bahasa asing tersebut, tetapi ia tidak menger­ti. Namun, ketika Surya masuk SMP umum, ia merasa ada banyak hambatan, tidak se­perti sekolah khusus penyan­dang disabilitas pendengaran. “Kemudian aku sempat ikut home schooling (sekolah di rumah) dan terlibat dengan komunitas tuli banyak sekali. Ternyata banyak sekali kesem­patan pendidikan yang aku lihat sangat berbeda antara teman tuli dan teman dengar,” ucapnya. Dari bertemu teman-teman tuli lainnya, Surya pun ingin tahu bagaimana rupanya pen­didikan yang layak dan baik bagi penyandang disabilitas di negara-negara lain. “Aku mau kuliah di luar negeri,” imbuh putra dari Dewi Yull dan Ray Sahetapy itu. Seiring berjalannya waktu, Surya pun pernah tidak dite­rima salah satu universitas yang ada di Inggris, tetapi ia tidak menyerah dan mencoba lagi. Hingga akhirnya ia berhasil bersekolah di Rochester Insti­tute of Technology (RIT), Na­tional Technical Institute for the Deaf, Amerika Serikat dan mendapatkan gelar diploma (D3) pada 2019 jurusan Kebi­jakan Publik dengan predikat cum laude. Ia pun melanjutkan pendi­dikannya untuk meraih sar­jana (S1) di RIT demi bisa kembali untuk membangun Indonesia. “Dan aku sangat berharap nantinya ketika aku pulang ke Indonesia, aku bisa bawa pulang banyak hal ter­kait sistem pekerjaan yang ada di sini sama seperti atau di sini (Indonesia) bisa lebih maju,” harap Surya. Terkait menemukan moti­vasi, Surya terpantik usai ber­temu dua atau tiga teman tuli lainnya yang lebih dewasa darinya dan mereka tidak bisa membaca. “Lalu aku merasa seperti ‘Aduh malas sekali ya’ dan aku berpikir aku harus berusaha dan harus mendukung bagaimana caranya. Seandai­nya aku mau mendukung te­man-teman tuli, aku juga harus mengembangkan diriku sen­diri,” ujarnya lewat aplikasi Zoom. Karena itu, ia termoti­vasi untuk mengembangkan dirinya sendiri. Dengan tam­bahan tekad ingin hidup se­cara mandiri, ia pun berusaha untuk mencari lingkungan yang positif dan mendukung se­perti bertemu dengan teman-teman tuli lain, profesional dalam bidang tertentu serta orang lain. Namun, ia juga menyadari tidak mudah mencari tempat dan lingkungan yang positif untuk mendukung penyandang disabilitas. “Kalau seandainya tidak ada motivasi dari orang lain, kita dari pribadi kita ha­rus memotivasi diri kita sen­diri,” tuturnya. Selain itu, ma­syarakat harus bisa menyesu­aikan diri atau beradaptasi juga kepada lingkungan. Dari perjalanan mengembang­kan diri, yang terpenting bagi Surya adalah jangan menung­gu kesempatan untuk datang. “Tapi yang paling penting adalah ketika ada kesempatan, kita tidak hanya menunggu kesempatan datang. Kita harus terus berusaha mencari ke­sempatan,” katanya dalam web seminar Klobility. Surya meyakini jika terus menunggu kesempatan untuk datang, seseorang akan sulit untuk berkembang. Karena itu, Surya menambahkan agar jangan lupa untuk membuat target atau tujuan. “Aku mem­buat semacam tujuan yang aku bisa capai ke depannya. Apakah waktunya pas atau tidak atau mungkin aku butuh waktu untuk belajar lagi. Yang penting adalah aku harus selalu bersiap dan berproses,” imbuhnya. Ia menyadari setiap penyan­dang disabilitas memiliki mo­tivasi yang berbeda-beda, tetapi penting untuk mengembangkan diri dengan bantuan teknologi, internet maupun buku. “Sebetulnya dengan situasi korona ini juga berdam­pak pada semua orang, tetapi tetap kita harus belajar ber­sama dengan bantuan tekno­logi untuk mengembangkan diri,” ucap Surya. Pada akhirnya, semua orang bisa mengembangkan diri secara bersama-sama untuk membangun Indonesia yang lebih baik dan ramah disabi­litas. (kom/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X