METROPOLITAN - Selama 22 tahun koran ini menyuguhkan karya jurnalistik sejak pertama kali terbit pada 2 November 1998. Tahun berganti, Radar Bogor tetap pada komitmennya: menjaga integritas dan peka terhadap perkembangan zaman. Hal inilah yang ditekankan CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu dalam helatan peringatan HUT ke-22 Radar Bogor di Graha Pena, Jalan KH Abdullah Bin Nuh, kemarin. Radar Bogor selama ini telah melakoni tugasnya di dunia pers. Menjadi watch dog bagi pemerintah. Kebijakan yang berjalan juga diiringi dengan profesionalisme kru Radar Bogor. Sejak awal Hazairin memastikan agar para wartawan berlaku profesional. Di sisi lain, peran sebagai ”anjing penjaga” juga merambah ke bidang lainnya. Hal tersebut demi memperkuat tonggak media dalam menghadapi tantangan zaman. Menurut dia media seharusnya tetap fleksibel dalam menempatkan dirinya di tengah semua kalangan. ”Dalam perkembangannya, Radar Bogor sebenarnya bukan sebagai media yang hanya mengandalkan integritas dan fungsi medianya. Tetapi kami juga konsen dalam kegiatan-kegiatan sosial,” ujar Hazairin dalam sambutan di depan para tamu HUT ke-22 Radar Bogor. Bang HS --sapaan akrab Hazairin Sitepu-- menuturkan kegiatan sosial yang dilakoni Radar Bogor Group tak hanya sebatas di Bogor. Namun juga ke seluruh Indonesia. Beberapa kali, tim Radar Bogor ulur tangan dalam membantu korban bencana. Menyalurkan bantuan, hingga membantu proses evakuasi hingga pemulihan. ”Kegiatan lainnya juga banyak. Misalnya, kantor kami sudah menjadi sentral kegiatan-kegiatan Bogor Sahabats yang menggabungkan orang-orang segala jabatan kultur dan budaya. Kami juga sudah membuat gerakan 5 juta biopori, Festival Merah Putih, dan Bogorku Bersih,” terangnya. Beruntungnya, beberapa kegiatan itu disambut baik oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Tak segan, menjadi salah satu program pemerintahan yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Sebut saja, Festival Merah Putih dan Bogorku Bersih. Oleh karena itu, Bang HS menganggap keberadaan media cetak seperti Radar Bogor masih sangat dibutuhkan. Demokrasi memang sudah sejak dulu ada. Akan tetapi, demokrasi tidak akan bisa selalu baik jika tak ditopang oleh keberadaan pers. Selain itu, media hadir untuk menyeimbangkan perspektif pemerintahan. ”Kita tidak mau diatur oleh pespektif media sosial (medsos) bagi pemerintahan. Makanya kita hadir dan berjibaku untuk memberikan produk tepercaya kepada masyarakat,” tegasnya. Wali Kota Bogor, Bima Arya juga mengaku bangga dengan kehadiran Radar Bogor. Menurutnya, tidak banyak yang bisa bertahan lama sejauh ini. Ia telah mendapati berbagai media yang tumbang selama masa kepemimpinannya di Kota Bogor menjabat dua periode. Tak tanggung-tanggung, Bima pun bersama timnya kerap melakukan survei kecil-kecilan terhadap media habit (kebiasaan) warga Kota Bogor. Hasilnya, selama tiga tahun terakhir Radar Bogor menempati posisi pertama sebagai media yang paling banyak dibaca masyarakat Bogor. ”Namun, ada satu hal yang menarik. Posisi atau ranking itu sama dari tahun ke tahun. Angkanya (persentase) menurun. Hal itu juga diikuti media lainnya. Malah yang tidak membaca koran semakin banyak. Polanya sama, semakin banyak nonton tivi tapi tidak baca koran,” ungkapnya, mengulas perkembangan tahun 2018 silam. (rb)