Senin, 22 Desember 2025

17 Tahun Jadi Guru Honorer, Mulyadi Dapat S2 dari Senam

- Kamis, 26 November 2020 | 09:03 WIB

Selama 17 tahun, Mulyadi (43) dengan sabar dan tetap bersemangat mengajar meskipun hanya berstatus guru honorer. Tak ingin hanya berpangku tangan, guru olahraga SMAN 1 Citeureup itu pun cari sampingan sebagai guru senam di luar kelas demi menambah pundi-pundi. Siapa sangka, kegigihan dan keikhlasan mengajar sejak 2003 mampu membawanya sukses dapat gelar S2 di masa pandemi ini. MULYADI bukan tidak ingin ’naik pangkat’ jadi guru PNS. Namun, beberapa kali ikut tes, ia gagal melulu. Ba­hkan hingga delapan kali. ”Delapan kali tes tapi nggak pernah lolos. Yang K2, K3, CPNS, juga nggak lolos. Ya akhirnya kita sih ikhlas saja dan tetap ngajar olahraga buat anak-anak,” katanya saat ditemui Metropolitan.id, Rabu (25/11). Sering kali ia merasa kecewa karena tak kunjung jadi guru PNS. Namun kecintaan menga­jar membuatnya setia dalam keterbatasan itu. Baginya, kesukaannya dalam bidang olahraga, plus mampu mem­beri ilmu untuk generasi muda, dirasa sudah cukup membuatnya senang. ”Meskipun kondisi begitu, saya tetap senang. Apalagi saat siswa saya sukses. Ada yang jadi Kopassus, polisi, TNI hingga ada yang melanjutkan jadi atlet. Ada siswa saya jadi atlet menembak dan senam,”beber warga asli Ke­lurahan Paledang, Kota Bogor, itu. Ngajar hanya dengan status honorer sejak 2003, pria yang karib disapa Boy itu pun pu­tar otak. Keahliannya sebagai instruktur senam, lulusan Fakultas Ilmu Olahraga di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), itu pun mengajar senam di luar kegiatan kelas. Mulai dari senam ibu-ibu kompleks, lokasi wisata hing­ga staf kampus serta maha­siswa di IPB dan Universitas Pakuan. Siapa sangka, hal itu membawa alumni SMPN 6 Kota Bogor itu pada kesem­patan melanjutkan studi pas­casarjana. ”Saat sedang senam di Un­pak, ada yang nawarin, teru­sin S2 saja di sini. Ada ke­ringanan sembari tetap nga­jar senam. Saya ambil dan alhamdulillah tahun ini sele­sai, dapat gelar Mpd (Magis­ter Administrasi Pendidikan, red),” jelas bapak dua anak itu. Ia makin bangga lantaran tidak banyak guru honorer yang bisa melanjutkan studi S2. Sebab, menurutnya, boro-boro berpikir soal melanjut­kan studi, guru honorer sel­alu berkutat dengan keterba­tasan gaji hingga pertanyaan soal ’kapan saya jadi guru PNS’. Boy sangat sadar kesuksesan­nya meraih gelar S2 tak lepas dari kegigihan dan keikhlasan­nya dalam mengajar. Dalam pikirannya, status honorer tidak boleh mengganggu integritas­nya dalam mengajar. Apalagi olahraga merupakan hobi yang digeluti sejak SMP, yang juga mampu mendatangkan bea­siswa hingga bisa kuliah di UNJ. Ia pun ingin menularkan semangat tersebut pada anak-anak didiknya. Apalagi di tengah situasi pandemi, mem­buat proses belajar mengajar harus dilakukan secara daring. Padahal, mata pelajaran olah­raga identik dengan kegiatan fisik. ”Tes fisik tetap dilakukan dengan mengirimkan video,” paparnya. Selain itu, ia menginspirasi bagaimana dirinya berpikir keras agar bagaimana ilmu yang dimiliki bisa menjadi ladang pendapatan di luar kelas tanpa mengganggu proses belajar. ”Jangan patah semangat meskipun gagal tes guru CPNS misalnya, atau mengeluh keterbatasan gaji. Karena kan guru tetap punya kewajiban memberikan ilmu kepada anak-anak,” tegasnya. ”Sebab kita nggak akan per­nah tahu kapan perjuangan kita ’berbuah’. Siapa sangka, belasan tahun honorer, dari senam lah yang bawa saya dapat gelar S2. Tentu dengan ini saya ingin meneruskan karier jadi dosen. Intinya te­tap ngajar olahraga lah,” tun­tas Boy. (ryn/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X