Pesta rakyat yang berlangsung serentak di 88 desa di Kabupaten Bogor telah selesai. Proses penghitungan suara calon kepala desa terpilih juga langsung digelar. Beberapa petahana ada yang berhasil mempertahankan singgasana, ada pula yang harus digeser pendatang baru. BERDASARKAN hasil quick count atau hitung cepat pemilihan kepala desa (pilkades)serentak yang dikutip Metropolitan dari web bogorkec.id, ada sejumlah petahana yang kembali memimpin desa. Desa Bojonggede salah satunya. Nama Dede Malvina kembali meraih suara tertinggi dengan perolehan 12.969 suara, melampaui Suhandi yang memperoleh 2.542 suara dan Madropi 4.109 suara. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil Berita Acara Penutupan Pemungutan Suara Pemilihan Kepala Desa Bojonggede, Minggu (20/12) malam. Dede Malvina meraih suara 13.172 suara, unggul dari dua kandidat lainnya. Yakni Suhandi nomor urut dua dengan 3.233 suara dan Madropi nomor urut tiga dengan perolehan 4.126 suara. Meski demikian, seluruh data belum semuanya selesai diinput. Artinya, hasil hitung cepat sebagaimana yang dimuat dalam grafis belum final dan atau resmi ditetapkan. Pengumuman resmi siapa kepala desa terpilih akan dibacakan langsung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, dalam hal ini Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD). Atas dasar itu, pemerintah pun meminta setiap calon kepala desa tetap menahan diri dan tidak merayakan pesta kemenangan. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang bisa menimbulkan klaster baru di Kabupaten Bogor. Seperti yang diungkapkan Wakil Gubernur Jawa Barat (Wagub Jabar) Uu Ruzhanul Ulum usai memantau proses pilkades serentak di Kabupaten Bogor, kemarin. Pria yang akrab disapa Uu itu meminta calon kepala desa yang kalah nanti agar legawa dan menghormati keputusan dari hasil akhir pilkades serentak ini. ”Semuanya harus legawa dan harus menghormati hasil akhir pilkades serentak ini. Harus siap menang dan siap kalah. Serta menjunjung tinggi keputusan dan hasil akhir, ”pintanya. Tak hanya itu, ia juga meminta calon kepala desa yang menang nantinya dapat menjadi pemimpin yang bisa mengayomi masyarakat, serta bersikap bijak kepada masyarakat. ”Jadilah pemimpin yang menjadi pengayom bagi masyarakat. Karena saat ini masyarakat butuh pemimpin yang bijaksana dalam membuat keputusan. Bukan hanya bersandar pada aturan yang ada, melainkan tetap bijaksana dalam mengambil keputusan,”katanya. Ia berharap kepala desa terpilih nantinya bisa meniru gaya kepemimpinan Rasulullah. ”Yang tidak membedakan-bedakan kelompok tapi mengayomi kepada semua lapisan masyarakat, serta tidak mengutamakan kelompok, ”harapnya. Meski secara umum kebijakan pilkades serentak merupakan wewenang Pemkab Bogor, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar merasa bertanggung jawab. ”Meski pilkades serentak kewenangan bupati Bogor, tapi kami pemerintah provinsi juga memiliki tanggung jawab. Karena Kabupaten Bogor masih wilayah kami,” ucapnya. Uu juga mengapresiasi keaktifan dan keikutsertaan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dalam mengawal prosesi persiapan hingga pelaksanaan pilkades serentak. ”Kami juga mengapresiasi keikutsertaan Kemendagri dalam memantau pilkades serentak ini. Karena ini kali pertama Kemendagri memantau langsung proses pilkades serentak ini,” ujarnya. Sementara itu, anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor Heri Aristandi meminta pemerintah dan panitia pilkades memerhatikan protokol kesehatan saat pengumuman pemenang. Sebab, pengumuman pemenang jadi salah satu waktu rawan pelanggaran protokol kesehatan. ”Pada saat pengumuman pemenang pilkades serentak, biasanya tim sukses dan para pendukung akan larut dalam euforia kemenangan. Dan ini tentu harus diantisipasi. Jangan sampai ada euforia kemenangan yang berlebihan terjadi, sehingga berujung pelanggaran protokol kesehatan, ”pintanya. Jika sampai euforia kemenangan terjadi dan berujung pelanggaran protokol kesehatan, ia meminta jangan segan untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan yang berlaku. ”Kalau ada kerumunan dan pelanggaran protokol kesehatan, kembalikan kepada aturan yang berlaku, yakni denda Rp50 juta. Standar aturannya seperti itu kan, atau gugurkan saja status kemenangannya,”tegasnya. Ia juga meminta pemerintah daerah dan panitia penyelenggara bisa bertindak tegas saat mendapati pelanggaran protokol kesehatan. ”Tetap harus diingatkan protokol kesehatannya. Panitia juga harus bisa bertindak tegas kalau ada euforia kemenangan yang melanggar protokol kesehatan,”desaknya. Di sisi lain, Heri memprediksi besar kemungkinan usai pelaksanaan pilkades serentak ini jumlah pasien Covid-19 bakal bertambah. Hal itu lantaran kurang terbukanya pemerintah dalam hal persiapan dan penanganan protokol kesehatan pada pesta demokrasi level desa tersebut. ”Kemungkinan itu (penambahan kasus Covid-19, red) saya kira pasti ada. Karena pilkades serentak ini terlalu dipaksakan, karena digelar di tengah pandemi Covid-19 dan langkah antisipasi penanganannya kurang terbuka,” katanya kepada Metropolitan. Tak hanya itu, sosialisasi kaitan panduan pelaksanaan pilkades serentak di tengah pandemi Covid-19 juga dinilai belum maksimal dan belum merata menyentuh 88 desa. ”Belum maksimal sosialisasinya. Apalagi dari pihak dinas sendiri tidak mengeluarkan buku panduan bagi para panitia pelaksana,” ucapnya. Di lain hal, sejumlah incumbent bertumbangan dalam pilkades serentak 2020 Kabupaten Bogor. Seperti di Kecamatan Cibungbulang. Dari empat desa yang menyelenggarakan pesta demokrasi enam tahunan itu dimenangi pendatang baru. Yakni Desa Girimulya, Sukamaju, Ciaruteunudik dan Situudik. Rinciannya, Desa Girimulya dimenangi Mardiman dengan 2.864 suara, Desa Sukamaju dimenangi Cucum Ratna Suminar dengan 3.425 suara, Desa Ciaruteunudik dimenangi Sanusi dengan 2.002 suara dan Desa Situudik dimenangi Mamat Sudin dengan nilai 2.101 suara. ”Ini hasil quick count dari empat desa yang ada di Kecamatan Cibungbulang. Incumbent saat ini kurang beruntung menjadi kepala desa kembali. Tetapi pendapat saya, siapa pun pemenangnya, hasil dari pilkades ini ada dinamika. Ada keinginan aspirasi dari warga yang ingin desanya lebih baik kembali,” kata Camat Cibungbulang Yudi Nurzaman. Meski begitu, ia pun mengapresiasi penyelenggaraan pilkades Cibungbulang periode 2020-2026 yang berjalan lancar. Ia mengingatkan siapa pun pemenangnya yang menjadi kepala desa terpilih tetap kondusif. ”Karena mereka yang menang adalah mereka yang dipilih warganya, dan kita bisa bekerja sama dengan Kecamatan Cibungbulang melaksanakan program-programnya yang sudah direncanakan pemerintah daerah,” katanya. Yudi menambahkan, antusias masyarakat dari hasil quick count yang masuk dari empat desa pemilih mencapai 81,24 persen, baik yang tidak sah maupun yang sah ikut menyampaikan aspirasinya datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) masing-masing. ”Meskipun tadi pagi cuaca sedikit gerimis, tapi cukup tinggi antusias masyarakat untuk datang ke TPS,” ungkapnya. Ia berharap sesuai visi-misi yang mereka kampanyekan, ini harus terwujud ke depannya melalui program dan kegiatan kerja mereka. Harus tertuang dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk tahun ke depan. Ia juga mengimbau agar kepala desa yang menang tidak terlalu berlebihan merayakan kemenangan, dan mau merangkul semua calon demi kemajuan desa. ”Inysa Allah kami pun akan melakukan pembinaan untuk para calon yang terpilih ini. Kami akan bimbing bagaimana membuat perencanaan enam tahun ke depan. Mudah-mudahan enam tahun ke depan Kecamatan Cibungbulang ini lebih baik kembali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ”pungkasnya. (ogi/ads/d/feb/rez/run)