Kasus penyebaran Covid-19 di Kota Bogor semakin lama semakin mengkhawatirkan. Dalam sepekan terakhir, kasus positif di Kota Bogor mengalami lonjakan cukup drastis. Di mana rata-rata terdapat penambahan sebanyak 70 kasus per harinya. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor bahkan sampai mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menerapkan lockdown. KKota Bogor Zainal Arifin menilai Pemkot Bogor harusnya berani mengambil langkah tegas dengan menutup kembali Kota Bogor seperti yang dilakukan pada awal pandemi. Apalagi munculnya kasus reinfeksi di Kota Bogor juga menjadi isyarat bagi Pemkot Bogor untuk mengambil kebijakan konkret dalam menghentikan penyebaran ini. ”Kalau menurut saya, pemerintah harus berani tutup semua akses. Paling tidak selama Januari nanti. Itu lebih aman daripada kita membuka dengan segala protokol kesehatan,” kata Zainal kepada Metropolitan.id, Senin (28/12). Lokasi wisata dan lokasi yang berpotensi menyebabkan penularan, sambung Zainal, baiknya ditutup semua. Sehingga potensi penularan benar-benar bisa ditekan karena tidak ada kegiatan di luar rumah. ”Tutup saja semua. Tutup. Kebun Raya tutup, sudah. Jangan berpikir, itu lebih bagus itu (meningkatkan ekonomi, red). Daripada kita membiarkan kan. Kalau dibiarkan pasti ada yang tertular. Yang menular kan pasti ada. Tidak mungkin nol penularan. Zero aman itu tidak mungkin,” tegasnya. Zainal menjelaskan ancaman bagi Kota Bogor sendiri saat ini adalah keberadaan para Orang Tanpa Gejala (OTG) dan orang yang tadinya positif tapi sudah dinyatakan sembuh. Sebab, mereka masih menjadi carrier bagi Covid-19 dan bisa menularkan kepada siapa saja jika berada di kerumunan. ”Justru itu yang berbahaya. Yang tidak mempunyai gejala justru bisa menularkan pada yang lain, kalau lengah. Terutama kalau misalnya tahun baru ada pesta barengan satu keluarga. Bukan tidak mungkin kena semua. Jangan main-main,” imbuhnya. Ia pun menggambarkan kondisi Kota Bogor sebenarnya saat ini sudah dalam tahap kritis. Di mana ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 mulai menipis. Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan bahwa para pasien Covid-19 di Kota Bogor ini sangat sulit mendapatkan akses fasilitas kesehatan (faskes). Untuk itu, ia berharap dengan dibangunnya rumah sakit darurat oleh Pemkot Bogor, akses terhadap pasien Covid-19 di Kota Bogor semakin membaik. ”Memang saya dengar ada rumah sakit darurat yang bakal disiapkan. Tapi pesan saya satu, permudah akses masyarakat untuk mencari itu. Maksudnya jangan dipersulit. Yang penting ada nomor WA (WhatsApp, red). Ini pemerintah, ada keluhan masyarakat, lapor. Segera itu aktif. Dijemput, dibawa ke rumah sakit. Aktif lah,” ungkapnya. ”Paling tidak jangan biarkan mereka telantar ya. Maksudnya kalau memang penuh ya bagaimana caranya dia (pasien, red) bisa kita bantu untuk mencari akses rumah sakit. Jadi rumah sakit di Kota Bogor e-SIR(Elektronik Sistem Informasi Rujukan, red)-nya harus kuat. Pokoknya pasien harus sudah masuk dulu, jangan ditolak,” sambungnya. Soal temuan kasus reinfeksi, Zainal menjabarkan bahwa kasus reinfeksi dan infeksi sama berbahayanya. Di mana saat ini masa kritis bagi pasien yang terpapar Covid-19 adalah tujuh hari pertama semenjak dinyatakan positif Covid-19. ”Jadi masa kritisnya itu seminggu pertama. Kalau mereka tidak berhasil melewati itu, maka akan menjadi berbahaya,” katanya kepada Metropolitan.id, Senin (28/12). Ia juga mengungkapkan bahwa terjadinya kasus reinfeksi ini disebabkan banyak hal. Bisa dikarenakan virus yang ada aktif kembali, atau terpapar lagi virus dari orang lain. Untuk itu, ia menilai meski protokol sudah dijalankan tapi pemerintah enggan mengambil kebijakan yang ketat, penularan akan terus terjadi. ”Pemerintah harus berani menutup semua lokasi kerumunan dan lokasi pariwisata. Karena keselamatan masyarakat, terutama Covid, lebih utama daripada hanya memutar roda ekonomi. Karena itu tidak main-main ya,” tegasnya. Menanggapi adanya usulan untuk menutup kembali Kota Bogor, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengaku belum bisa mengambil langkah itu. Meski ia sendiri mengakui kondisi Kota Bogor saat ini tengah dalam kondisi genting, pihaknya akan mengkaji terlebih dahulu usulan tersebut. “Kami akan mengkaji lebih komprehensif terkait kebijakan yang akan diambil ke depannya,” katanya. ”Pada prinsipnya, pemerintah daerah akan menyesuaikan kebijakan dan langkah dari pusat. Namun demikian, semua keputusan harus bersifat menyeluruh dan komprehensif, serta diambil pemerintah pusat,” sambungnya. Sebelumnya diberitakan, kabar mengejutkan datang di tengah tingginya angka kasus Covid-19 di Kota Bogor. Ketua Satgas Covid-19 Kota Bogor Bima Arya menyebut kasus reinfeksi mulai terjadi di Kota Bogor. Bima mengatakan, reinfeksi adalah terpaparnya kembali pasien yang sudah sembuh sehingga menyebabkan sakit. ”Sudah ada beberapa laporan reinfeksi. Maka dari itu saya mengimbau kepada masyarakat agar lebih berhati-hati,” katanya, Minggu (27/12). Terjadinya reinfeksi ini, jelas Bima, dikarenakan mutasi yang terjadi terhadap Covid-19. Tak hanya itu, kasus reinfeksi juga disebabkan pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh diduga tidak menerapkan 3M. ”Jadi memang virus Covid ini cepat bermutasinya dan imunitas itu kan tidak lama,” ujarnya. (dil/c/rez/run)