Senin, 22 Desember 2025

Soal Jenazah Tertukar, RSUD Kota Bogor Minta Maaf

- Selasa, 5 Januari 2021 | 10:06 WIB
RSUD Kota Bogor. (FOTO : Varel-Magang/Metropolitan)
RSUD Kota Bogor. (FOTO : Varel-Magang/Metropolitan)

METROPOLITAN - Terkait beredarnya video DF, warga Leuwiliang, Kabupaten Bogor, yang mengeluhkan jena­zah ibunya sempat tertukar di ruang forensik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, membuat pihak rumah sakit angkat bicara. Kasubag Hukum dan Humas RSUD Kota Bogor Taufik Rahmat menje­laskan kronologi kejadian tersebut. Sekitar pukul 08:00 WIB pada 30 Desember 2020, Taufik mendapatkan infor­masi dari ajudan Direktur Utama RSUD Kota Bogor ba­hwa terdapat keluarga pasien yang meminta penjelasan perihal keberadaan jenazah. Taufik pun langsung men­ghampiri keluarga tersebut di bagian belakang RSUD Kota Bogor dan langsung ber­temu lima anggota keluarga asal Leuwiliang, Kabupaten Bogor, tersebut. Keluhan keluarga itu, sam­bung Taufik, terkait pengam­bilan jenazah pasien Covid-19. Taufik pun membawa pihak keluarga ke ruang forensik untuk mengecek jenazah pa­sien berinisial W (44). ”Lalu saya sempat sampai­kan edukasi juga hal yang mereka sampaikan. Dan pada saat itu sudah klir lah, sudah selesai. Keluarga sudah menerima penjelasan saya,” kata Taufik, Senin (4/1). Namun, saat hendak kem­bali ke ruangannya, Taufik ternyata dikejar-kejar kelu­arga korban sambil berteriak bahwa jenazah yang ada di ruang forensik bukan ang­gota keluarganya. Taufik pun langsung kem­bali ke ruang forensik dan menemui petugas untuk me­mastikan jenazah W. ”Jadi saya baru tahu terny­ata hari itu ada beberapa pa­sien yang meninggal bukan satu orang pasien Covid yang sedang dibantu prosesnya,” jelas Taufik. ”Lalu setelah itu dalam kon­disi keluarga kecewa, marah dengan pelayanan di RSUD, saya lalu mendampingi kelu­arga pasien untuk mengecek langsung jenazah almarhum di ruang Batutulis (ruang iso­lasi, red) dan itu ada di sana,” sambungnya. Mendapati jenazah yang masih ada di ruang isolasi, petugas pun langsung men­gurus jenazah sesuai protokol Covid-19 dan diangkut ke Leuwiliang agar segera dike­bumikan dengan mengguna­kan ambulans dan didampingi satu orang dari bagian pemu­lasaran jenazah. ”Lalu sekitar 20 menit, saya juga menyusul ke Leuwiliang sebagai bentuk tanggung jawab moril. Kemudian saya juga menyampaikan permohonan maaf dan belasungkawa atas kejadian itu. Dan pada saat pertemuan, pihak keluarga, terutama suaminya, memang sudah bisa menerima dan menyampaikan mudah-mu­dahan kejadian ini tidak te­rulang pada orang lain,” ung­kap Taufik. Terkait mekanisme penanga­nan jenazah di RSUD, Taufik menjelaskan ada jenazah yang meninggal di malam hari, memang tidak bisa langsung diantarkan. Terlebih jenazah tersebut merupakan warga Kabupaten Bogor. ”Jadi penjelasannya begini, mekanismenya di RSUD itu kalau pasien meninggalnya tengah malam, kira-kira jam 12 lebih, dengan pertimbangan kalau tengah malam itu pe­tugas pemakaman yang ada di TPU yang sudah ditentukan sudah tidak ada, makanya jenazah diamankan dulu di RSUD untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” jelas Taufik. Taufik melanjutkan, kelu­arga pasien yang berasal dari Leuwiliang memang lo­kasinya jauh sekali. Serta cuacanya tidak memungkin­kan jika jenazah langsung dibawa ke Leuwiliang. ”Kemudian yang berikutnya, malam itu memang yang pi­ket itu dari petugas pemula­saran tiap malam hanya satu orang, dan tidak memungkin­kan kalau membawa peti. Minimal dua orang lah. Dan makanya baru pagi segera prosesi dilakukan. Tetapi je­nazah di ruang perawatan sudah dibungkus dengan kain kafan,” pungkasnya. (dil/c/ feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X