METROPOLITAN - Terkait beredarnya video DF, warga Leuwiliang, Kabupaten Bogor, yang mengeluhkan jenazah ibunya sempat tertukar di ruang forensik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, membuat pihak rumah sakit angkat bicara. Kasubag Hukum dan Humas RSUD Kota Bogor Taufik Rahmat menjelaskan kronologi kejadian tersebut. Sekitar pukul 08:00 WIB pada 30 Desember 2020, Taufik mendapatkan informasi dari ajudan Direktur Utama RSUD Kota Bogor bahwa terdapat keluarga pasien yang meminta penjelasan perihal keberadaan jenazah. Taufik pun langsung menghampiri keluarga tersebut di bagian belakang RSUD Kota Bogor dan langsung bertemu lima anggota keluarga asal Leuwiliang, Kabupaten Bogor, tersebut. Keluhan keluarga itu, sambung Taufik, terkait pengambilan jenazah pasien Covid-19. Taufik pun membawa pihak keluarga ke ruang forensik untuk mengecek jenazah pasien berinisial W (44). ”Lalu saya sempat sampaikan edukasi juga hal yang mereka sampaikan. Dan pada saat itu sudah klir lah, sudah selesai. Keluarga sudah menerima penjelasan saya,” kata Taufik, Senin (4/1). Namun, saat hendak kembali ke ruangannya, Taufik ternyata dikejar-kejar keluarga korban sambil berteriak bahwa jenazah yang ada di ruang forensik bukan anggota keluarganya. Taufik pun langsung kembali ke ruang forensik dan menemui petugas untuk memastikan jenazah W. ”Jadi saya baru tahu ternyata hari itu ada beberapa pasien yang meninggal bukan satu orang pasien Covid yang sedang dibantu prosesnya,” jelas Taufik. ”Lalu setelah itu dalam kondisi keluarga kecewa, marah dengan pelayanan di RSUD, saya lalu mendampingi keluarga pasien untuk mengecek langsung jenazah almarhum di ruang Batutulis (ruang isolasi, red) dan itu ada di sana,” sambungnya. Mendapati jenazah yang masih ada di ruang isolasi, petugas pun langsung mengurus jenazah sesuai protokol Covid-19 dan diangkut ke Leuwiliang agar segera dikebumikan dengan menggunakan ambulans dan didampingi satu orang dari bagian pemulasaran jenazah. ”Lalu sekitar 20 menit, saya juga menyusul ke Leuwiliang sebagai bentuk tanggung jawab moril. Kemudian saya juga menyampaikan permohonan maaf dan belasungkawa atas kejadian itu. Dan pada saat pertemuan, pihak keluarga, terutama suaminya, memang sudah bisa menerima dan menyampaikan mudah-mudahan kejadian ini tidak terulang pada orang lain,” ungkap Taufik. Terkait mekanisme penanganan jenazah di RSUD, Taufik menjelaskan ada jenazah yang meninggal di malam hari, memang tidak bisa langsung diantarkan. Terlebih jenazah tersebut merupakan warga Kabupaten Bogor. ”Jadi penjelasannya begini, mekanismenya di RSUD itu kalau pasien meninggalnya tengah malam, kira-kira jam 12 lebih, dengan pertimbangan kalau tengah malam itu petugas pemakaman yang ada di TPU yang sudah ditentukan sudah tidak ada, makanya jenazah diamankan dulu di RSUD untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” jelas Taufik. Taufik melanjutkan, keluarga pasien yang berasal dari Leuwiliang memang lokasinya jauh sekali. Serta cuacanya tidak memungkinkan jika jenazah langsung dibawa ke Leuwiliang. ”Kemudian yang berikutnya, malam itu memang yang piket itu dari petugas pemulasaran tiap malam hanya satu orang, dan tidak memungkinkan kalau membawa peti. Minimal dua orang lah. Dan makanya baru pagi segera prosesi dilakukan. Tetapi jenazah di ruang perawatan sudah dibungkus dengan kain kafan,” pungkasnya. (dil/c/ feb/run)