Senin, 22 Desember 2025

Soal Jenazah Tertukar, Bima Semprot RSUD Kota Bogor

- Rabu, 6 Januari 2021 | 11:54 WIB
RSUD Kota Bogor. (FOTO : Varel-Magang/Metropolitan)
RSUD Kota Bogor. (FOTO : Varel-Magang/Metropolitan)

METROPOLITAN - Kela­laian penanganan Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor yang me­nyebabkan jenazah pasien positif tertukar, terus berlanjut. Kali ini Wali Kota Bogor Bima Arya turun langsung menang­gapi persoalan yang sempat membuat heboh masyarakat Kota Hujan. Menurut Bima, ada dua hal yang harus dievaluasi dari RSUD Kota Bogor berkaca dari kejadian ini. Pertama, yakni ruang perawatan tidak boleh dibiarkan kosong. “Ada dua yang harus dievaluasi. Pertama, adalah tidak boleh kosong ruang perawatan itu. Apalagi ada jenazahnya, itu tetap harus ada piket di situ,” kata Bima Arya kepada Met­ropolitan.id ketika ditemui di Balai Kota Bogor, Selasa (5/2). Kedua, lanjut Bima, nantinya begitu ada pasien Covid-19 yang meninggal dunia maka jenazah pasien harus segera diberi label. “Yang kedua, begitu jenazah meninggal, harus langsung dilabel. Di­berikan tag atau identitas supaya tidak tertukar. Itu eva­luasinya,” ucapnya. Soal alasan RSUD Kota Bo­gor yang kekurangan tenaga kesehatan (nakes), Bima tak menampik jika hal itu men­jadi kendala. Namun, saat ini pihaknya sedang melakukan proses rekrutmen nakes untuk RSUD. “Itu juga kosong karena ba­nyak nakes yang terpapar, kemudian jadi kurang. Jadi, saya minta tolong diatasi kesu­litan itu. Kan sekarang juga sedang dilakukan proses re­krutmen nakes oleh RSUD,” ujarnya. Diberitakan sebelumnya, wanita berinisial DF hampir saja menguburkan jenazah orang lain karena jenazah ibunya yang berinisial W (44) sempat tertukar saat hendak dibawa pulang dari RSUD Kota Bogor. DF menceritakan kronologi kejadian. Pada awalnya, ibu­nya dirawat di RSUD Kota Bogor sebagai pasien umum. W masuk RSUD Kota Bogor pada Jumat (25/12) lalu. Namun setelah dilakukan tes swab pada ibunya, Senin (28/12), ibunya tersebut di­nyatakan positif Covid-19 dan harus menjalani perawatan sesuai protokol kesehatan. “Baru dirawat dua hari, tepat­nya tanggal 30 Desember sekitar pukul 00:00 WIB, ibu dinyatakan meninggal,” ujar DF. Mendapatkan informasi bahwa sang ibunda tutup usia, DF pun langsung menda­tangi RSUD Kota Bogor untuk melihat jenazah ibunya untuk terakhir kalinya meski sudah dimasukkan ke peti mati. Tiba pada pukul 00:15 WIB, ternyata pihak keluarga di­buat bingung pihak RSUD terkait keberadaan jenazah ibunya. Sampai akhirnya se­kitar pukul 08:00 WIB, DF dan empat anggota keluarga lain­nya mendatangi ruangan forensik untuk memastikan jenazah ibunya sudah terurus dengan benar. Namun, sebuah peti mati yang berada dalam ruangan forensik, yang disebut berisi jenazah ibunya, nyatanya ti­dak dihiraukan karena me­rasa jenazah tersebut bukan jenazah ibunya. Didampingi pihak RSUD Kota Bogor, peti mati yang sudah tertutup rapat itu pun dibuka kembali dan benar saja jenazah yang ada di dalam peti mati tersebut adalah seorang laki-laki yang tak ia kenali. “Pas dibuka itu ter­nyata isinya laki-laki, ya saya kaget lah,” ujarnya. Ia pun seketika mencecar pihak RSUD Kota Bogor untuk mengetahui kebenaran di mana jenazah ibunya. Selama kurang lebih satu jam, para perawat dan petugas RSUD Kota Bogor pun terlihat ke­bingungan untuk menghada­pi masalah tersebut. Setelah ditelusuri seksama, ternyata jenazah sang ibunda diketahui masih berada di kamar isolasi. DF mengetahui hal tersebut setelah melihat seorang petugas berpakaian hazmat masuk gedung yang digunakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 sam­bil mendorong kereta keran­da mayat. Sekitar pukul 09:00 WIB, petugas tersebut pun keluar dengan jenazah yang sudah dikafani dan belum terbung­kus plastik. Mengetahui pro­tokol kesehatan untuk me­nangani pasien meninggal yang terkonfirmasi positif Covid-19, ia pun meminta petugas agar membungkus jenazah ibunya dengan plas­tik dan dimasukkan ke peti mati. “Ini kan penanganannya nggak jelas. Itu jenazah ibu saya berarti ada di ruang iso­lasi sejak tengah malam sam­pai pagi. Harusnya kan empat jam setelah dinyatakan me­ninggal sudah dikebumikan,” katanya. Sekitar pukul 10:00 WIB, akhirnya DF bisa pulang ke kampung halamannya di Leu­wiliang untuk memakamkan ibunya. Jenazah W dibawa menggunakan ambulans dan didampingi seorang petugas forensik berpakaian hazmat. Sesampainya di rumah duka, jenazah pun langsung dimakamkan warga yang di­minta menggunakan pakaian hazmat. “Saya harap kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi pihak RSUD Kota Bogor,” pintanya. Menanggapi hal itu, Ka­subag Hukum dan Humas RSUD Kota Bogor Taufik Rah­mat mengakui adanya kela­laian dalam penanganan je­nazah pasien Covid-19 atas nama W. “Dari ruang perawatan ke forensik yang memang komu­nikasinya yang harus diper­baiki oleh teman-teman kami di RSUD Kota Bogor, antara perawat yang tugas dengan bagian pemulasaran jenazah itu. Informasinya biasanya tidak tersampaikan. Misalkan ini pasien atas nama Bu W,” kata Taufik. (dil/b/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X