Menikah merupakan momen sakral yang diharapkan setiap pasangan jadi yang pertama dan terakhir dalam hidup. Tentunya, banyak orang yang mempersiapkannya dengan serius dan matang. Berbagai hal pun dilakukan setiap pasangan kekasih untuk bisa mengingat momen tersebut. SEPERTI yang dilakukan pengantin baru asal Kampung Pasirjambu, RT 02/03, Desa Pasirjambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Jika umumnya pengantin pria meminang pasangannya menggunakan emas, hal berbeda dilakukan pasangan Sigit Agus Setiawan dan Tiara Puspita Dewi. Selain memberi emas dan seperangkat alat salat, keduanya sepakat menjadikan ular piton sebagai mahar untuk mengikat janji suci mereka. ”Selain mahar cincin emas dan seperangkat alat salat, kami juga menjadikan ular piton jenis batik dan piton albino sebagai mahar pernikahan kami,” kata mempelai pria, Sigit Agus Setiawan, kepada Metropolitan, Kamis (21/1). Dipilihnya ular piton sebagai salah satu mahar pernikahan bukan tanpa sebab. Sigit mengaku awal kisah cintanya dengan Tiara Puspita Dewi berawal dari hobi keduanya yang sama-sama mencintai hewan reptil. Hingga suatu ketika keduanya ditemukan Tuhan lewat perantara pencinta reptil. ”Kami berdua awalnya bertemu karena ular. Karena kami sama-sama suka dengan dunia reptil, jadi kami ingin ada seekor ular yang menemani rumah tangga kita, dan menjadi pengingat kalau kita bisa bersatu karena ular,” ucapnya. Ular yang dijadikan sebagai mahar pernikahan oleh keduanya itu merupakan ular yang dipelihara mereka sejak dua tahun terakhir. Atau selama keduanya merajut kisah percintaan. Ular tersebut didapatkan keduanya dari peternak reptil seharga Rp2,7 juta. ”Ular ini kami berdua yang pelihara sejak awal kami pacaran dua tahun silam sampai saat ini. Makanya kami sepakat ular ini kami jadikan mahar pernikahan,” imbuhnya. Mulanya, kedua orang tua mereka tidak menyetujui jika ular peliharaannya itu dijadikan sebagai salah satu mahar pernikahan. Namun setelah diberi penjelasan dan pengertian oleh keduanya, akhirnya pihak keluarga pun menyetujuinya. ”Awalnya ditolak sama keluarga. ‘Buat apa ular dijadikan mahar pernikahan’. Tapi setelah kami jelaskan, akhirnya keluarga mengerti,” tuturnya. Sigit menilai apa yang dilakukannya bersama sang istri bukan semata-mata ingin menuai sensasi. Melainkan lebih kepada menghargai bagaimana cara takdir mempertemukan keduanya melalui kecintaannya terhadap reptil. ”Kami hanya ingin menghargai cara takdir mempertemukan kami, mulai dari masa pacaran sampai ke jenjang pernikahan. Karena walau bagaimanapun, baik saya ataupun istri sama-sama mencintai reptil, termasuk ular,” tutupnya. (ogi/c/rez/run)