METROPOLITAN - Di balik perubahan status Kota Bogor menjadi zona merah, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bertindak cepat. Pemkot berencana memberlakukan penerapan pembatasan secara lebih ketat atau bahkan ’lockdown’. Sebelumnya, kebijakan serupa sudah diterapkan RT hingga RW di wilayah Kota Bogor awal virus corona melanda. Sejumlah pintu masuk wilayah ditutup atau di-lockdown bagi warga asing. Namun, kebijakan tersebut dilonggarkan kembali menyusul penurunan kasus Covid-19 di wilayahnya. Kini, kasus Covid-19 di Kota Bogor kembali meningkat. Bahkan, dengan rata-rata penularan Covid-19 yang menyentuh seratus kasus per harinya dan kini hampir menembus 10 ribu kasus. Satgas Nasional Covid-19 bahkan menetapkan Kota Bogor masuk zona merah. Menanggapi tingginya angka penyebaran di Kota Bogor, Wali Kota Bogor Bima Arya menyebut hal itu terjadi disebabkan lemahnya sistem dan warga yang mulai abai. “Ini karena sistem lemah, warga abai. Sistemnya lemah, sistem 3T lemah. Kita kuatkan lagi, penelusuran kontak erat dan warga juga harus diingatkan lagi. Tapi mobilitas warga harus dikurangi,” kata Bima kepada Metropolitan.id setelah mengikuti rapat tertutup bersama Satgas Covid-19, Rabu (3/2). Ia menjelaskan rapat tertutup dilakukan untuk merumuskan rancangan kebijakan yang akan diambil di tengah kondisi yang semakin mengkhawatirkan ini. ”Besok (hari ini, red) akan prescon (jumpa pers, red). sekarang masih dirumuskan, tapi tadi sudah disepakati kita akan lakukan beberapa langkah signifikan untuk mengurangi mobilitas warga. Ya tapi detailnya besok ya,” ucapnya. Kebijakan yang akan diambil Bima Arya pun menimbulkan berbagai spekulasi. Sebab, jika berkaca pada daerah yang ada di sekitaran Kota Bogor. Seperti DKI Jakarta, wilayah tersebut sudah mewacanakan untuk melakukan lockdown. Namun, ketika ditanyakan apakah akan dilakukan lockdown di Kota Bogor, Bima mengaku belum mau berspekulasi. ”Kita lihat besok,” ujarnya. Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menjelaskan bahwa bentuknya penerapan pembatasan secara lebih ketat. “Misalnya pengalihan atau penutupan jalan, penerapan buka tutup, dan langkah-langkah lain yang akan disampaikan secara resmi besok (hari ini, red),” jelasnya. Tak seperti Kota Bogor, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor masih pikir-pikir jika harus menerapkan lockdown atau karantina wilayah di hari-hari tertentu. Hal itu menyusul masih kurang efektifnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Saya kira dengan kondisi seperti ini harus dipikirkan polanya seperti apa. Kan ekonomi juga bisa terpuruk kalau lockdown. Kalau kita disiplin, angkanya (Covid, red) tidak akan turun naik. Disiplin protokol kesehatan,” kata Bupati Bogor Ade Yasin, Selasa (2/1). Perempuan yang juga Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor itu menjelaskan efektif atau tidaknya PPKM tergantung pada perilaku masyarakat. Karena sudah terlalu lama dengan kebijakan pembatasan, Ade Yasin menduga masyarakat jenuh. Akibatnya, masyarakat menjadi tidak disiplin. “Efektif tidak efektif tergantung perilaku masyarakat. Mungkin karena sudah kelamaan, jenuh. Akhirnya masyarakat tidak disiplin, malas pakai masker,” ungkapnya. Untuk itu, Ade Yasin menilai perlu peran aktif satgas di tingkat bawah, mulai RT, RW, desa, hingga kecamatan kembali menegakkan protokol kesehatan di masyarakat. Tugas tersebut harus dijalankan satgas di tingkat bawah karena bersentuhan dengan masyarakat. “Ini tugas satgas mulai RT, RW, desa kembali menerapkan protokol kesehatan ke masyarakatnya. Minimal masker,” tandas Ade Yasin. (dil/cr1/c/fin/rez/run)