Memiliki kekurangan fisik bukanlah halangan untuk berkreativitas. Kakek Mista, penyandang disabilitas asal Kampung Gunungseureuh, RT 02/06, Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, itu tetap gigih untuk bisa bertahan hidup. KAKEK 51 tahun itu memilih menjadi perajin bambu. Keterampilan menganyam bambu yang dimilikinya ia gunakan untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Kakek Mista menyulap bambu menjadi kipas dan boboko. Hasil dari karyanya ini pun ia jual ke tetangga untuk mencukupi kebutuhan perekonomiannya. ”Biasanya pada datang ke rumah untuk membeli kipas dan boboko dari bahan bambu. Kipas dijual satunya Rp7.000,” kata Kakek Mista. Untuk mendapatkan bahan baku bambu, ia mengaku ditolong warga sekitar yang membantu mengirimkan bambu ke rumahnya. Membuat kerajinan kipas dari bambu dibuat sendiri, dalam sehari bisa membuat dua buah boboko dan kipas. Ia berharap ada perhatian dari pemerintah akan para pelaku UMKM. Mengingat di tengah pandemi Covid 19, pesanan kipas dan boboko menurun. ”Kalau ada warga yang minta di ajarkan membuat kerajinan kipas dan boboko dari bahan bambu saya ajarkan,” ujar pria yang hidup sebatang kara ini. Sementara itu, Kepala Dusun (Kadus) 3 Desa Sadeng Tatang mengaku sudah melakukan pendataan siapa saja warga yang berhak mendapatkan bantuan UMKM. Namun, karena Kakek Mista tidak memiliki KTP, tidak bisa diajukan untuk mendapatkan bantuan UMKM. ”Saat itu Pak Mista tidak memiliki KTP, jadi dibantu dulu pembuatan KTP-nya. Setelah ada KTP, kita usaha untuk bisa di bantuan lewat program yang lain,” jelasnya. Anyaman bambu hasil kerajinan tangan Mista tersebut sempat dipamerkan di kantor Desa Sadeng. Bahkan, ke depan hasil kerajinan tangan Mista itu akan dijajakan di tempat Wisata Alam Gunung Seureuh (Waguruh) yang terletak di Desa Sadeng. ”Alhamdulillah, setelah KTP-nya diurus, mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bahkan rencananya ingin produksi kerajinan tangan Pak Mista ini akan dijual nanti di Waguruh,” pungkasnya. (ads/c/rez/run)