Senin, 22 Desember 2025

Ikan Gabus Naik Status, Dari Meja Makan ke Meja Kontes

- Kamis, 1 April 2021 | 09:55 WIB

Channa masuk mal. Beberapa tahun terakhir, ada jenis-jenis channa yang sedang naik daun dan menjadi buruan para pencinta ikan. Salah satunya adalah channa marulioides yellow. Saking ramainya peminat, kontes kecantikan ikan yang lebih dikenal dengan ikan gabus itu banyak digelar. BELASAN channa marulio­ides yellow berjajar di tank khusus pada Kamis (18/3). Tubuh ikan yang menyerupai torpedo itu sontak meliuk-liuk cepat setiap kali ada orang yang mendekat. Dorsalnya mengembang. Matanya yang merah menambah kesan ga­rang pada ikan predator ter­sebut. Namun, ikan yang dipajang selama tiga hari di Marvell Mall itu tidak sedang dijual, tetapi tengah mengikuti kon­tes di ajang Channa War Event Animal & Aquatic Land. Panggung-panggung seperti itulah yang memperkuat ke­san bahwa channa sudah naik strata. Jika dulu citra ikan tersebut lebih lekat dengan ikan kon­sumsi, kini mereka sudah beralih dari meja makan ke meja kontes. ”Channa maru­lioides yellow ini mulai ba­nyak digemari. Levelnya bisa menyalip channa barca dari India,” kata Andi Permana, salah seorang juri dalam kon­tes tersebut. Ada banyak faktor yang mem­buat channa marulioides yel­low itu pamornya meroket. Selain habitatnya asli dari perairan Indonesia, ikan itu memiliki warna tubuh oranye kekuningan pada bagian ba­wah. Sementara itu, bagian atas tampak berwarna domi­nan hitam. Matanya yang merah me­nyala membuat gabus yang satu ini mendapatkan julukan channa emperor. Bahkan, kata Andi, saking populernya, channa jenis itu sudah tidak sepadan lagi jika ditukar dengan arwana super-red. Kelasnya sudah lebih tinggi. Pria yang dapat dijumpai di Black Water Channa, Surabaya, tersebut mengungkapkan, dalam kontes channa yang dinilai adalah kelebihannya. Berbeda dengan cupang, di mana juri justru mencari ke­kurangan paling sedikit dari ikan. Ada enam kategori yang menjadi parameter dalam penilaian kontes. Pertama, kemampuan adaptasi dengan tempat baru. Hal itu terlihat selama tiga hari kontes dise­lenggarakan. Pada dua hari pertama, adaptasi menjadi pemeriksaan yang berkela­njutan. Berikutnya, penilaian men­tal ikan. Jika keeper telah mampu mengondisikan channa tersebut, tanpa di­beri stimulus tangan, channa itu langsung bergerak dengan sendirinya. Meski ada juga channa yang akan bergerak lincah ketika mengikuti gera­kan tangan dari sang keeper atau juri. Ketiga, warna. Soal warna ini bergantung dari subjekti­vitas juri. Ada yang menilai jika kuning cenderung oranye itu mendekati warna sem­purna. Namun, ada juga yang menilai kuning saja itu sudah kuat. Keempat, corak bunga putih pada tubuh channa. Kelima adalah bar. Dalam penilaian ini, bar ikan chan­na juga memiliki nilai tersen­diri. Bentuk hitam di tubuh channa harus simetris. Jika pada bagian kanan bar ber­jumlah tujuh, bagian kiri pun demikian. Lalu, ketebalan warna hitam tersebut juga jadi penilaian tersendiri. ”Karena itulah, warna men­jadi subjektif. Saya lebih me­nilai potensi warna ke depan­nya. Kan kontes bergantung size. Kalau yang sekarang, size yang dilombakan 20–25 cm. Tidak mungkin di ukuran itu warna kuning sudah solid,” paparnya. (jp/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X