Senin, 22 Desember 2025

Semakin Lama PJJ, Risiko Kecanduan Gadget makin Tinggi

- Senin, 5 April 2021 | 10:05 WIB
ILUSTRASI. (Dok. Metropolitan)
ILUSTRASI. (Dok. Metropolitan)

METROPOLITAN - Sudah lebih dari setahun sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) digelar akibat pan­demi Covid-19. Para pelajar dip­aksa menimba ilmu secara online atau daring menggunakan gawai, baik handphone ataupun laptop. ­ Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan mengaku mulai kha­watir anak-anak akan kecan­duan gadget jika PJJ terus dilakukan. Politisi Partai Gerindra itu pun mendorong digelarnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kabupaten Bogor pada Juli mendatang. “Ini tentunya jadi kekhawa­tiran kita semua, dan sekarang uji coba PTM Terbatas yang dilakukan adalah bagian dari ikhtiar kami untuk men­ghadirkan pendidikan ber­kualitas dan meminimalisasi kecanduan gadget di kalangan pelajar,” kata Iwan kepada Metropolitan.id, Minggu (4/4). Berdasarkan survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kepada 25.164 anak di 34 provinsi yang dirilis awal 2021, 79 persen anak tidak memiliki aturan penggunaan gawai atau gadget. Kemudian 34,8 persen anak mengguna­kan gawai 3–5 jam per hari, atau sekitar 25,4 persen peng­gunaan gawai lebih dari lima jam per hari. Dengan dimulainya uji coba PTM Terbatas di Kabupaten Bogor, Iwan menilai ikhtiar Pemerintah Kabupaten (Pem­kab) Bogor untuk memberikan pendidikan yang layak sudah mulai dijalankan. Uji coba PTM Terbatas di Kabupaten Bogor dilaksana­kan di 170 sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMA pada 9 Maret–10 April 2021, dengan proses yang ketat seperti skri­ning hingga kelengkapan sarana prasarana protokol kesehatan yang telah ditetap­kan Dinas Pendidikan (Disdik) sebagai panitia penyeleng­gara. Untuk mekanisme PTM Ter­batas, murid berada di sekolah maksimal dua jam atau 120 menit, pembelajaran maksimal dilakukan 20 murid, dan pen­gaturan ruang kelas sesuai protokol kesehatan, mulai dari posisi duduk hingga jarak antarbangku siswa selebar 1,2 meter. Selain itu, tidak ada pembukaan kantin di zona pendidikan. “Sejauh ini tidak ada ken­dala yang signifikan dalam pelaksanaan PTM Terbatas. Mayoritas sekolah yang jadi percontohan atau model telah memenuhi kriteria dan per­syaratan baik ketersediaan sapras maupun penunjang lainnya,” jelas Iwan. KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, dalam masa pandemi Co­vid-19, anak-anak terisolasi dan belajar dari rumah se­lama berbulan-bulan. Hal itu pun akan berdampak bagi mental anak-anak. Mulai dari mengalami kejenuhan, penurunan minat belajar, terpapar konten negatif akibat aktivitas penggunaan internet yang sangat tinggi, dan naiknya risiko kesehatan anak akibat aktivitas yang minim. Teknologi sendiri seperti pisau bermata dua. Di satu sisi memudahkan komuni­kasi dan menghilangkan jarak, namun kehadirannya juga memiliki ruang-ruang gelap. Di mana predator seksual, industri hoaks, dan industri pornografi menyasar anak-anak. Dunia digital merupakan ruang publik yang mungkin saja tidak aman dan tidak ra­mah bagi anak-anak. Padahal di masa pandemi ini, anak-anak kerap memegang gadget untuk mengisi waktu luang usai mengikuti PJJ secara daring. “Anak harus dijaga dari kemungkinan kejahatan di dunia maya, seperti perun­dungan siber, kejahatan sek­sual, dan penipuan. Karena semua aktivitas belajar dipin­dahkan ke rumah, maka pe­rundungan di dunia nyata berpindah ke dunia maya, selama pandemi KPAI mene­rima beberapa pengaduan siber bully oleh teman sekolah korban,” ujar Retno Listyarti lewat keterangan tertulis, Se­nin (27/7). Peran orang tua untuk men­dampingi dan mengawasi anak-anaknya dalam mengak­ses internet sangat penting dan diperlukan. Hal itu menjadi berat ketika para orang tua mulai keluar rumah untuk berkerja. Diperlukan kerja sama guru dan orang tua un­tuk mengedukasi dan mem­bantu anak mengakses inter­net dengan benar. “Akses internet yang mening­kat selama pembelajaran da­ring juga membuat anak mu­dah menumpahkan kegalau­annya melalui media sosialnya. Padahal perilaku tersebut memiliki potensi bahaya yang tinggi baginya, karena bisa ditangkap para predator anak di dunia maya, sehingga anak terancam mengalami eks­ploitasi seksual,” pungkasnya. (dil/b/fin/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X