Senin, 22 Desember 2025

Bencana Alam NTT Tewaskan 68 Jiwa, Mayat di Atas Kasur Ngambang di Laut

- Selasa, 6 April 2021 | 10:30 WIB
(TAGANA FLORES TIMUR FOR TIMOR EXPRESS)
(TAGANA FLORES TIMUR FOR TIMOR EXPRESS)

Bencana Alam kembali menerjang Tanah Air. Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dilanda banjir bandang disertai longsor, pada Minggu (4/4) pagi. Sebanyak 839 warga dari Pulau Adonara, Flores Timur, terpaksa mengungsi. KORBAN meninggal dunia akibat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sepuluh kabu­paten dan satu kota di NTT itu bertambah men­jadi 68 orang. Angka itu merupakan jumlah ke­seluruhan dari sebelas daerah terdampak dan merujuk pada data mutakhir yang didapatkan Badan Nasional Penanggulangan Ben­cana (BNPB) per Senin (5/4) pukul 14:00 WIB. Di balik peristiwa itu, ada fakta mencengangkan. Salah seorang warga di Kelurahan Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Wenchy To­kan, mengatakan bahwa ban­jir bandang yang terjadi pada Minggu dini hari membuat banyak warga panik. Para warga tersebut panik karena tak sempat menyelamatkan diri. ­ Wenchy bercerita awal mu­lanya hujan turun sangat deras pukul 23:00 WITA. Tak lama berselang, banjir dari perbukitan sekitar Kecamatan Adonara Timur menghantam rumah-rumah yang berada di pesisir sungai. Wenchy menambahkan, saat itu warga mayoritas masih terlelap tidur. ”Kami semua sangat-sangat panik. Bahkan kami temukan ada mayat di­temukan di laut masih di atas kasur, karena kebanyakan warga sedang tidur,” kata Wenchy Tokan. Ia juga memperkirakan se­tidaknya 50 rumah permanen maupun semipermanen han­cur dan hanyut ke laut. ”Bangu­nan semua selesai (hancur, red) semua. Rumah permanen dan semipermanen, hanyut ke laut,” ucapnya. Tak hanya menyapu ru­mah, banjir bandang juga membuat dua jembatan beton yang menghubungkan antar­desa juga terputus. ”Satu pembangkit listrik juga padam. Karena itulah warga Kelurahan Waiwerang maupun Desa Waiburak kini dalam kondisi terisolasi,” imbuhnya. Di wilayah itu, tim Basarnas mencatat tiga orang mening­gal, empat orang luka-luka, dan lima dinyatakan hilang. Puluhan warga yang terdam­pak saat ini mengungsi di sebuah gedung sekolah dan sangat membutuhkan ban­tuan selimut serta susu untuk balita. ”Untuk sementara ini warga datangkan penanak nasi, masak untuk pengung­si. Besok baru diatur untuk membuat dapur umum,” je­lasnya. Sementara itu, data terbaru dari BNPB menyebut korban meninggal bertambah men­jadi 68 orang. ”Ini kumulatif dari beberapa wilayah yang ada,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (5/2) siang. Dari 68 orang meninggal dunia tersebut, 44 di antara­nya merupakan warga Flores Timur, sebelas orang di Lem­bata, dua orang Ende, dan sebelas orang Alor. Selain itu, BNPB juga mencatat seba­nyak 70 orang hilang, dengan rincian 26 orang di Flores Timur, 16 orang Lembata, dan 28 orang dari Alor. ”Ini adalah total yang kami dapatkan in­formasi terakhir, masih ada beberapa catatan orang yang hilang dalam pencarian,” tu­tur Radit. Radit menambahkan, ban­jir bandang dan longsor itu mengakibatkan 15 orang luka-luka dan sebanyak 2.655 jiwa mengungsi. Selain itu, BNPB juga mencatat sebanyak 25 rumah rusak berat, 17 rumah hanyut, 114 rusak sedang, 60 rumah terendam, dan 743 rumah terdampak. Selain itu, BNPB juga mela­porkan sebanyak lima jem­batan putus, 40 titik akses jalan tertutup pohon tumbang, satu fasilitas umum rusak, dan satu kapal tenggelam. Lebih lanjut, BNPB juga melaporkan hingga kini ter­dapat 20 dapur lapangan yang dibangun aparat TNI yang tersebar di beberapa titik. Antara lain Kabupaten Timor Timur Selatan dua titik, Flores Timur empat titik, dan Kabu­paten Bima sepuluh titik. (bbc/ cnn/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X