Bencana Alam kembali menerjang Tanah Air. Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dilanda banjir bandang disertai longsor, pada Minggu (4/4) pagi. Sebanyak 839 warga dari Pulau Adonara, Flores Timur, terpaksa mengungsi. KORBAN meninggal dunia akibat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sepuluh kabupaten dan satu kota di NTT itu bertambah menjadi 68 orang. Angka itu merupakan jumlah keseluruhan dari sebelas daerah terdampak dan merujuk pada data mutakhir yang didapatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Senin (5/4) pukul 14:00 WIB. Di balik peristiwa itu, ada fakta mencengangkan. Salah seorang warga di Kelurahan Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Wenchy Tokan, mengatakan bahwa banjir bandang yang terjadi pada Minggu dini hari membuat banyak warga panik. Para warga tersebut panik karena tak sempat menyelamatkan diri. Wenchy bercerita awal mulanya hujan turun sangat deras pukul 23:00 WITA. Tak lama berselang, banjir dari perbukitan sekitar Kecamatan Adonara Timur menghantam rumah-rumah yang berada di pesisir sungai. Wenchy menambahkan, saat itu warga mayoritas masih terlelap tidur. ”Kami semua sangat-sangat panik. Bahkan kami temukan ada mayat ditemukan di laut masih di atas kasur, karena kebanyakan warga sedang tidur,” kata Wenchy Tokan. Ia juga memperkirakan setidaknya 50 rumah permanen maupun semipermanen hancur dan hanyut ke laut. ”Bangunan semua selesai (hancur, red) semua. Rumah permanen dan semipermanen, hanyut ke laut,” ucapnya. Tak hanya menyapu rumah, banjir bandang juga membuat dua jembatan beton yang menghubungkan antardesa juga terputus. ”Satu pembangkit listrik juga padam. Karena itulah warga Kelurahan Waiwerang maupun Desa Waiburak kini dalam kondisi terisolasi,” imbuhnya. Di wilayah itu, tim Basarnas mencatat tiga orang meninggal, empat orang luka-luka, dan lima dinyatakan hilang. Puluhan warga yang terdampak saat ini mengungsi di sebuah gedung sekolah dan sangat membutuhkan bantuan selimut serta susu untuk balita. ”Untuk sementara ini warga datangkan penanak nasi, masak untuk pengungsi. Besok baru diatur untuk membuat dapur umum,” jelasnya. Sementara itu, data terbaru dari BNPB menyebut korban meninggal bertambah menjadi 68 orang. ”Ini kumulatif dari beberapa wilayah yang ada,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (5/2) siang. Dari 68 orang meninggal dunia tersebut, 44 di antaranya merupakan warga Flores Timur, sebelas orang di Lembata, dua orang Ende, dan sebelas orang Alor. Selain itu, BNPB juga mencatat sebanyak 70 orang hilang, dengan rincian 26 orang di Flores Timur, 16 orang Lembata, dan 28 orang dari Alor. ”Ini adalah total yang kami dapatkan informasi terakhir, masih ada beberapa catatan orang yang hilang dalam pencarian,” tutur Radit. Radit menambahkan, banjir bandang dan longsor itu mengakibatkan 15 orang luka-luka dan sebanyak 2.655 jiwa mengungsi. Selain itu, BNPB juga mencatat sebanyak 25 rumah rusak berat, 17 rumah hanyut, 114 rusak sedang, 60 rumah terendam, dan 743 rumah terdampak. Selain itu, BNPB juga melaporkan sebanyak lima jembatan putus, 40 titik akses jalan tertutup pohon tumbang, satu fasilitas umum rusak, dan satu kapal tenggelam. Lebih lanjut, BNPB juga melaporkan hingga kini terdapat 20 dapur lapangan yang dibangun aparat TNI yang tersebar di beberapa titik. Antara lain Kabupaten Timor Timur Selatan dua titik, Flores Timur empat titik, dan Kabupaten Bima sepuluh titik. (bbc/ cnn/rez/run)