METROPOLITAN - Lonjakan kasus Covid-19 di Kota Bogor berbanding lurus dengan meningkatnya anak-anak yang terpapar Covid-19. Dari data Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Bogor per 29 Juni 2021, tak kurang dari 132 anak di bawah enam tahun saat ini terpapar Covid-19. Sedangkan, anak hingga remaja 6–19 tahun, diketahui ada 512 orang kini tengah terpapar Covid-19. “Untuk yang di bawah enam tahun, terdiri dari 71 anak perempuan dan 61 anak laki-laki. Sedangkan usia 6–19 tahun itu ada 263 perempuan dan 249 laki-laki,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, dr Sri Nowo Retno, Rabu (30/6). Tak aneh, ketersediaan ruang rawat atau tempat tidur pasien Covid-19 untuk anak pun meningkat. Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor. Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Bogor, dr Ilham Chaidir, menyebut tak kurang dari sebelas pasien anak Covid-19 tengah dirawat di RSUD Kota Bogor. Jumlah itu kurang lebih membuat tingkat keterisian tempat tidur pasien anak sudah 50 persen. “Pasien Covid-19 anak ada sebelas orang yang mendapatkan perawatan. Secara umum, keterisian bed di RSUD untuk pasien dewasa 100 persen, ICU 100 persen, dan anak 50 persen,” ujarnya. Wali Kota Bogor Bima Arya pun sempat menyebut ada kenaikan jumlah pasien Covid-19 anak sebesar 18 persen. Menurutnya, ada beberapa penyebab, di antaranya saat ini tengah waktu liburan sehingga banyak anak berinteraksi di luar rumah. “Naik 18 persen, anak-anak. Anak-anak ini juga ada beberapa sebab. Mungkin pertama, karena musim liburan sehingga mereka banyak interaksi di luar. Kedua, karena varian baru yang lebih cepat menularkan kepada anak-anak,” jelas Bima Arya. Ketiga, sambungnya, disebabkan klaster keluarga yang belakangan juga meningkat. Ada orang tua yang bekerja di luar kota, kemudian menularkan pada anak-anaknya. “Data menunjukkan di Kota Bogor nomor satu klaster keluarga. Nomor dua itu klaster luar kota. Jadi kalau kita dalami lagi, klaster keluarga pun terpapar dari aktivitas ke luar kota,” paparnya. Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menargetkan penambahan 1.014 tempat tidur bagi pasien Covid-19 hingga akhir Juni 2021. Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, mengatakan bahwa rasio ketersediaan tempat tidur di Kota Bogor bagi pasien Covid-19 atau Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai 77,3 persen. Angka itu di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 60 persen, sehingga Retno menyebut bahwa Kota Bogor sudah dalam kategori waspada. “Batasan BOR itu 60 persen. Kalau 70 persen itu warning (peringatan, red). Kira-kira kasus kita tambah terus, kita harus tambah kapasitas tempat tidur,” kata Retno. Retno menuturkan, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi keterisian pasien Covid-19, yakni dengan melakukan konversi 30 persen tempat tidur di rumah sakit rujukan untuk dijadikan tempat tidur pasien Covid-19. Bila situasi terus berkembang, konversi tempat tidur bisa menjadi 50 persen khusus pasien Covid-19. Retno menjelaskan saat ini ketersediaan tempat tidur 858 unit. Target bila seluruh rumah sakit 30 persen, ketersediaan tempat tidur di Kota Bogor lebih dari 1.014 unit di akhir Juni. “Targetnya, akhir Juni seluruh rumah sakit itu sudah mempunyai ruang isolasi minimal 30 persen dari jumlah tempat tidurnya. Kita punya 1.100 tempat tidur. (Bila, red) Juli angkanya naik lagi, minimal bisa 35 persen. Jadi naik bertahap sesuai kebutuhan,” ujarnya. Langkah kedua, yakni menambah rumah pusat isolasi dan saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor hanya mempunyai satu di BPKP Ciawi dengan kapasitas seratus tempat tidur. Ia mengaku bahwa pemkot tengah mengajukan empat balai pelatihan milik kementerian untuk dijadikan pusat isolasi. “Bila balai latihan itu bisa dipinjam, kita bisa mempunyai tambahan sekitar 250 tempat tidur. Selain BPKP, yang sudah hampir penuh,” kata Retno. Retno menambahkan, antisipasi kapasitas tempat tidur terus dilakukan. Ia pun melihat tren angka Covid-19 Kota Bogor masih akan terjadi lantaran kasus di wilayah Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang masih relatif tinggi. (ryn/rez/feb/run)