Senin, 22 Desember 2025

Antre Berjam-jam dan Rela Berburu sampai Luar Kota, Saat Oksigen Tengah Diisi, Dikabari Bapak Sudah Tiada

- Kamis, 8 Juli 2021 | 10:20 WIB

Distribusi oksigen kerap tersendat sehingga ada yang harus antre enam jam atau berpindah-pindah sampai tujuh toko untuk isi ulang. Jalan Minangkabau Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan, macet parah. Bukan lantaran kendaraan yang membeludak, melainkan jalanan yang menyempit karena dipenuhi orang yang mengantre tabung oksigen di CV Rintis Usaha Bersama Oxygen Medical Depot, pada Senin siang (5/7). SALAH seorang yang antre, Ahmad (59), berada di lokasi itu sejak pukul 08:00 WIB. Pan­jangnya antrean dan panas terik matahari tak membuat­nya mundur. Ada anggota keluarganya yang lebih berharga dibandingkan kesemutan karena berdiri berjam-jam. ”Baru jam dua (siang, red) tadi dapat. Baru datang isi ulangnya,” ungkap­nya. Pria yang tinggal di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Se­latan, itu mengaku hampir tiap hari bolak-balik ke agen pengi­sian oksigen. Sebab, anggota keluarganya membutuhkan oksigen dalam masa isolasi mandiri. Sebenarnya dia sudah membawa anggota keluarga­nya tersebut ke rumah sakit (RS). Namun, kondisi di RS yang tak kondusif justru mem­buatnya stres. Akhirnya, dipu­tuskan untuk membawa pulang kembali. ”Di rumah sakit ka­tanya banyak yang berteriak-teriak. Mungkin karena penuh. Jadi pulang saja,” paparnya. Apa yang terjadi di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, itu mewakili apa yang terjadi di berbagai penjuru Indonesia pada hari-hari ini. Orang-orang antre membeli atau mengisi tabung oksigen karena ba­nyak yang harus menjalani isolasi mandiri. RS memang sudah kewalahan melayani pasien akibat lonja­kan kasus positif Covid-19 sejak Juni lalu. Itu juga me­micu krisis oksigen. Yang ter­jadi di RS dr Sardjito, Jogja­karta, jadi salah satu contoh. Ahmad mengaku nyaris setiap hari mengisi tabung oksigen ke agen terdekat. Biayanya terbilang murah. Hanya Rp18 ribu per 1 m³. Ada kenaikan sekitar Rp3 ribu dari sebelum­nya. Hanya, kekosongan oksi­gen di agen kerap membuat warga harus ekstrasabar menunggu barang datang. ”Yang naik banget sebenarnya tabungnya. Isinya mah murah. Tabungnya sekarang sudah jutaan,” keluhnya. Febri, salah seorang pegawai agen CV Rintis Usaha Bersama Oxygen Medical Depot, men­gatakan bahwa antrean se­perti Senin siang itu terjadi sejak sekitar sebulan lalu. Namun, kondisinya lebih ramai pada dua minggu terakhir. Dalam sehari, pihaknya bisa menghabiskan 20 tabung oksi­gen ukuran besar atau 6 m³. Soal kelangkaan, dia menga­mini. Stok sempat kosong karena banyaknya permin­taan. Pengiriman dari peru­sahaan pusat juga sempat terhenti selama seminggu. Ratusan kilometer dari Ja­karta, pembeli berdatangan ke Toko Ferdian di salah satu sudut Kota Semarang, Jawa Tengah, untuk mengisi tabung oksigen. Anik Kustanti, pemi­lik toko, mengatakan, lonjakan permintaan oksigen terjadi dua pekan terakhir. Tepatnya, sejak meledaknya jumlah kasus pasien positif Covid-19 varian Delta. Bahkan, Jumat (2/7) puluhan warga mengantre di depan tokonya untuk mengisi ulang. Jalan Sadewo Utara Blok E, Semarang Tengah, itu pun penuh sesak. Warga rela mengantre hingga berjam-jam untuk mengisi tabung gas berukuran 1 m³. ’’Saya juga takut waktu itu, Mas. Kan ma­lah menimbulkan kerumunan. Kondisinya juga semrawut karena banyak warga yang datang dan mengambil tabung gas itu berbarengan,” tutur Anik. Sejak saat itu, perempuan 37 tahun tersebut menerapkan model waiting list dengan nama dan nomor antrean. “Pagi waktu kami buka toko pukul 08:00 WIB setor tabung, sorenya bisa diambil,” imbuh­nya. Dalam kondisi normal, jelas Anik, toko biasanya melayani pengisian oksigen 20 tabung per hari. Pada masa sekarang, bisa sampai 60 tabung per hari. Bahkan, saat ada antrean panjang itu, bisa mencapai seratus tabung. Depot isi ulang oksigen mi­lik Anik melayani masyarakat umum tanpa syarat tertentu. Mau beli berapa pun dilayani. Asalkan, stok oksigen tersedia. Namun, lantaran stok isi ulang oksigen terbatas, Toko Ferdian hanya melayani isi ulang. Tidak ada kenaikan harga, Rp50 ribu untuk tabung 1 m³ dan Rp70 ribu untuk tabung 1,5 m³. Anik tak sampai hati menaik­kan harga jual oksigen. Sebab, banyak yang membutuhkan. Tak pantas rasanya meraup keuntungan di tengah pende­ritaan orang banyak. “Pernah ada anak muda yang sudah keliling sampai tujuh toko, terus ke sini sampai nangis-nangis minta tolong untuk isi oksigen buat bapaknya. Baru beberapa menit, dia dikabari bapaknya nggak tertolong,” ungkap ibu dua anak itu. Toko miliknya kini tidak melayani jual atau sewa tabung gas. Se­bab, harganya melonjak parah. Awal pandemi Covid-19 tahun lalu, dia menjual satu set tabung 1 m³ dan regulator seharga Rp900 ribu. “Sekarang Rp1,5 juta itu hanya tabungnya. Ka­lau komplet bisa Rp1,9 juta sampai Rp2,5 jutaan,” terang Anik. (jp/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X