METROPOLITAN - Kasus Covid-19 Kota Bogor terus mencetak rekor setiap harinya. Bahkan, pada Selasa (13/7), muncul 648 kasus per hari. Wali Kota Bogor Bima Arya pun menegaskan bahwa Kota Bogor kini masih dalam situasi krisis oksigen pada penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat ini. “Oksigen masih krisis. Saya harus sampaikan apa adanya. Dari lima titik stasiun (depot, red) semua kosong. Jadi kita bertahan ini satu sampai dua hari ke depan saja,” katanya kepada awak media. Kondisi ini, jelasnya, setelah ada bantuan Corpoorate Social Responsibility (CSR) tabung oksigen dari PT Pupuk Kujang Cikampek untuk penanganan Covid-19. Karena itu, tutur Bima, Kota Bogor tengah mempercepat pengadaan tabung oksigen melalui bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar). “Jadi kita bertahan dari CSR yang baru dapat dari PT Pupuk Kujang. Kita juga sedang mempercepat pengadaan tabung melalui bantuan Pemprov Jabar. Tetapi tidak mudah pasien (untuk dapat oksigen, red),” tuturnya. Ia menegaskan situasi saat ini belum aman dan masih mengkhawatirkan. Bima Arya pun mengakui sudah melaporkan hal itu dan berharap pemerintah pusat memberi perhatian khusus untuk menambah pasokan oksigen ke lima stasiun oksigen. “Sekali lagi, ini masih belum aman. Semua masih kondisinya mengkhawatirkan. Dan sudah kami laporkan. Kami harap pemerintah pusat memberi perhatian khusus untuk menambah pasokan oksigen ke lima titik stasiun di Kota Bogor,” terangnya. Apalagi, lanjut Bima Arya, pemerintah daerah diminta tetap waspada terhadap ketersediaan oksigen, termasuk tenaga kesehatan (nakes), tempat isolasi, dan lainnya. Bantuan Oksigen Amankan Kebutuhan RSUD Kota Bogor Dua Hari ke Depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor mendapatkan bantuan oksigen dari CSR PT Pupuk Kujang Cikampek untuk penanganan Covid-19 di Kota Bogor. Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Bogor, dr Ilham Chaidir, yang menerima langsung bantuan oksigen medis tersebut mengatakan bahwa total volume oksigen yang diterima seberat 3–4 ton. Oksigen ini langsung dipindahkan ke liquid oxygen tank dengan kapasitas 8–9 ton milik RSUD Kota Bogor. Menurutnya, oksigen tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan selama satu sampai dua hari. “Oksigen ini akan dipasok untuk pasien Covid-19 di Blok II dan III RSUD Kota Bogor, dengan gejala berat yang memakai alat-alat boros oksigen. Total ada 132 pasien,” bebernya di RSUD Kota Bogor, Selasa (13/7). Ia menjelaskan ada beberapa alat bantu pernapasan yang digunakan untuk perawatan pasien Covid-19. Seperti ventilator, High Flow Nasal Cannula (HFNC), hingga Non Rebreathing Oxygen Face Mask (NRM). Untuk penggunaan satu ventilator, ia menjelaskan bisa menghabiskan 25 liter oksigen per menit, HFNC 60 liter oksigen per menit, NRM 15 liter per menit, dan alat bantu pernapasan kanul dengan selang minimal menghabiskan 5 liter oksigen per menit. Ketika kondisi Covid-19 di Kota Bogor landai, oksigen yang tersedia bisa digunakan untuk satu pekan. Namun, saat terjadi lonjakan kasus Covid-19, persediaan oksigen hanya bisa digunakan untuk satu hingga dua hari. Karena itu, tegasnya, penggunaan oksigen untuk pasien disiasati menggunakan alat ventilator. Namun, pada kenyataan di lapangan tetap saja kebutuhannya tinggi akibat banyaknya pasien Covid-19. Di samping itu, banyak pasien Covid-19 yang datang ke RSUD Kota Bogor dalam kondisi sudah berat. Sehingga, lanjutnya, membutuhkan perawatan intensif dalam menangani pasien. RSUD Kota Bogor, sebutnya, juga telah berusaha mengantisipasi terkait persediaan oksigen sejak tahun lalu dengan menyediakan alat generator oksigen bantuan dari Pemprov Jabar. Dengan kapasitas produksi kurang lebih untuk 50 tabung oksigen per hari. “Namun, akibat pemakaian yang terus-menerus, hasilnya ikut terpengaruh tidak bisa maksimal. Karena dari dua generator, salah satunya mengalami kerusakan sehingga tidak beroperasi lagi. Dan saat ini kita masih menunggu teknisinya dari Prancis. Kondisi yang ada sangat serius, tapi kami tetap bertahan dan ikhtiar sekuat tenaga,” pungkasnya. (ryn/run)