Jelang berakhirnya masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit di Kota Bogor mulai berkurang. Bahkan, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) mulanya sesak kini mulai lowong. PEMERINTAH Kota (Pemkot) Bogor mencatat angka keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) saat ini turun drastis, menyentuh angka 47,1 persen. Jumlah itu jauh di bawah standar organisasi kesehatan dunia (WHO) yakni sebesar 60 persen. Berdasarkan data harian, pada PPKM Level 4 Jumat (3/7), angka jumlah akumulatif kasus sembuh 31.100 kasus, dengan penambahan jumlah kasus terkonfirmasi positif 204. Jumlah itu bertambah 869, sejak diberlakukan perpanjangan PPKM Level 3 Selasa (3/8). Sedangkan rata-rata kasus sembuh per hari 400 kasus. Meningkatnya angka kesembuhan memengaruhi keterisian di 21 rumah sakit rujukan di Kota Bogor dengan 47,1 persen. Padahal, sebelum PPKM Darurat, BOR Kota Bogor menyentuh angka tertinggi 87,9 persen. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Minggu (8/8), secara akumulatif dari 21 rumah sakit rujukan pasien Covid-19 menyediakan 1.309, dan dari jumlah itu terisi 616 unit atau 47,1 persen. “Sudah jauh menurun,” kata Kepala Dinkes Sri Nowo Retno, Minggu (8/8). Namun, keterisian tempat tidur ruang ICU masih di atas 60 persen, yakni 71,0 persen dari 62 tempat tidur terisi 44 pasien. Sedangkan pada pekan sebelumnya sempat mencapai 90 persen atau hampir penuh. Untuk sebaran pasien Covid-19 yang dirawat asal Kota Bogor sebanyak 446 orang (56,2 persen), pasien asal Kabupaten Bogor 186 orang (30,2 persen), dan pasien dari dengan domisili kota lainnya 84 orang (13,6 persen). Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, saat ini jumlah keterisian tempat tidur rumah sakit sudah jauh lebih baik dibanding saat awal PPKM Darurat diterapkan. Jumlah penambahan kasus harian Covid-19 Kota Bogor saat ini juga sudah di bawah 200 pasien. “BOR kita 45 ya. Pokoknya awal PPKM itu 87. Sekarang alhamdulillah sudah turun sekali. Sudah tidak ada lagi antrean (lowong, red). Sudah relatif rendah, sekitar 47 kalau tidak salah per hari ini. Kita masih gaspol terus untuk menekan,” kata Bima. Salah satu strategi yang dilakukan Pemkot Bogor saat ini adalah percepatan vaksinasi dan mengejar target 50 persen warga Kota Bogor yang menjalani vaksin Covid-19 pada Agustus ini. “Saya sangat percaya, vaksin ini cepat maka Covid ini akan terus semakin ditekan,” ujar Bima. Capaian program vaksinasi Kota Bogor sudah mencapai 41 persen, dan diklaim menjadi salah satu daerah paling baik dalam penanganannya. “Itu termasuk beberapa kota yang cepat di Jawa Barat. Dan kita targetkan minggu depan sudah 50 persen, kalau vaksin lancar,” imbuhnya. Untuk itu, Bima optimis dengan berbagai upaya yang dilakukannya dapat menekan penyebaran Covid-19 untuk sampai ke PPKM Level 3 atau status risiko penyebaran sedang. “Kalau hitung-hitungannya ada di kementerian ya. Jadi kita lihat lah. Memang dari data membaik, tapi penambahan kasus cukup tinggi lah. Belum di bawah 150. Kalau sudah stabil di bawah 100, saya kira kita bisa lebih lega lagi,” ujarnya. Diketahui, PPKM bakal berlaku sampai Senin (9/8/2021). Nasib kelanjutan PPKM Level 4 akan ditentukan besok. Pemerintah sebelumnya memutuskan memperpanjang PPKM Level 4 mulai 2 Agustus 2021. PPKM Level 4 saat itu akan diteruskan selama tujuh hari. Setiap daerah menerapkan level PPKM yang berbeda. Provinsi di Pulau Jawa dan Bali ditetapkan meneruskan PPKM Level 4, sementara provinsi di luar Jawa dan Bali menyesuaikan keadaan penanganan Covid-19. Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat itu menyampaikan bahwa PPKM Level 4 membawa perbaikan terkait lonjakan Covid-19. Ia juga mengaku bahwa pemerintah berusaha mengurangi beban masyarakat akibat berbagai pembatasan mobilitas dan aktivitas sosial ekonomi, dengan percepatan dalam penyaluran bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Sosial Tunai (BST), dan BLT Desa. Kini kondisi lonjakan Covid-19 mengalami pergeseran. Pada Sabtu (7/8), Jokowi menyebut lonjakan corona mulai bergeser ke luar Provinsi Jawa dan Bali. ”Respons cepat, karena kelihatannya ini terjadi pergeseran lonjakan dari Jawa-Bali menuju luar Jawa-Bali,” kata Jokowi dalam rapat yang disiarkan dalam YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (7/8). Jokowi menyoroti wilayah luar Jawa-Bali lantaran semenjak 25 Juli 2021 mulai ada peningkatan kasus Covid-19. Ia mencatat sejumlah wilayah di luar Jawa-Bali berkontribusi 13.200 kasus Covid-19 atau 34 persen dari kasus baru secara nasional. Kemudian, Jokowi menyebut kenaikan kembali terjadi pada 6 Agustus 2021 ke angka 21.374 kasus atau 54 persen dari total kasus baru secara nasional. (rez/de/feb/run)