Sirene ambulans pengantar jenazah RMP (17), korban tewas dalam aksi pembacokan brutal pelajar Kota Bogor, terdengar nyaring. Jelang sore, pukul 15:00 WIB, jasad almarhum tiba di Musala Al Muttaqin, tepat bersebelahan dengan rumah duka. Puluhan warga sekitar, kerabat, saudara, hingga keluarga besar korban hanya bisa menyaksikan sosok almarhum yang dikenal ceria terbungkus dalam peti mati berselimut kain hijau. Isak tangis keluarga dan kesedihan menyelimuti Kompleks BPT di Kelurahan Babakan, kemarin. Di rumah duka, banyak kerabat yang takziah dan mengiringi almarhum ke tempat peristirahatannya di Taman Pemakaman Umum (TPU) Blender, Kebonpedes, Kota Bogor. Tak ada yang menyangka, RMP tewas dengan cara mengenaskan. Kabar duka soal kematian RMP membuat keluarga syok berat. Sepupu almarhum, Rian Fadhlurrahman (27), mengaku bersama ibunda RMP langsung mendatangi lokasi kejadian. “Syok, kaget. Percaya nggak percaya, sosok di balik kain yang sudah berlumuran darah itu adalah adik sepupu saya. Sampai nyesak saya lihatnya. Kok ada orang yang sekejam itu sampai membunuh adik saya dengan cara seperti itu,” ungkapnya. Di mata keluarga, sosok almarhum dikenal ceria dan rajin. ”Anaknya mau kerja, walaupun masih sekolah. Makanya saya suka kasih uang sama dia sekadar buat jajan. Dia orangnya baik, makanya saya nggak nyangka waktu dengar dia meninggal dalam keadaan seperti itu,” tutur Rian kepada Metropolitan, Kamis (7/10). Rian menuturkan, sebelumnya almarhum sempat bercerita pada teman dekatnya. “Dia bilang, lagi ada masalah. Tapi nggak cerita jelas apa masalahnya. Dia sempat ngomong gini, ’A, gua lagi diincar sama orang’. Sudah gitu saja,” ujar Rian menirukan cerita teman dekatnya. Namun, curhatan itu tak digubris hingga hari nahas tiba. Tubuh RMP terbujur kaku, bersimbah darah di Taman Palupuh, Tegalgundil, Kecamatan Bogor Utara, Rabu (6/10) malam. Rian yang ikut mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) pun dibuat penasaran dengan kronologi kejadian. Kala itu, ia coba mencari tahu apa yang terjadi sebelum aksi pembacokan brutal itu terjadi. ”Waktu olah TKP, diceritakan ibu warung tempat dia nongkrong. Seperti ada ribut-ribut. Kan banyak tuh katanya yang nonton waktu live Instagram. Nggak lama dari ribut-ribut waktu live, baru terdengar suara cekcok. Nggak lama, terdengar suara seperti orang lagi digorok. Duh, saya nyesak banget kalau nyeritainnya lagi,” jelas Rian. Berdasarkan keterangan polisi, RMP meregang nyawa setelah celurit menghujam tubuhnya. Hasil autopsi menunjukkan ada tiga bagian tubuhnya yang disabet senjata tajam. “Tengkuk belakang, kaki, dan bagian dada yang terbuka lebar membuat korban meninggal dunia,” ungkap Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Dhony Erwanto. Dhony menjelaskan kejadian berdarah itu bermula saat korban RMP bersama rekannya P (18) pergi nongkrong ke Jalan Palupuh Raya, Kelurahan Tegalgundil, Kecamatan Bogor Utara, Rabu (6/10) sekitar pukul 21:00 WIB. Kemudian tiba-tiba datang tiga unit sepeda motor dengan total enam orang menghampiri keduanya. Tanpa basa-basi, satu dari enam orang tersebut, yakni RAP (18), turun dari sepeda motor dan langsung mengayunkan celurit terhadap korban RMP. Nahas, korban tidak bisa menghindari ayunan senjata tajam tersebut hingga jatuh terkapar. Sementara, rekannya P berhasil melarikan diri dari para pelaku. “Satu orang berhasil melarikan diri karena sempat lari ke tempat jualan. Kalau korban ini tidak tahu bagaimana bisa didapati pelaku lalu dianiaya,” ujar Dhony kepada wartawan, Kamis (7/10). Atas pembacokan ini, korban meninggal dunia sebelum dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, mengaku Tim Opsnal Sat Reskrim Polresta Bogor Kota langsung melakukan penyelidikan atas kejadian tersebut, tak lama usai pembacokan. Tak butuh waktu lama, petugas mendapatkan informasi bahwa pelaku melarikan diri ke kediaman rekannya yang berada di wilayah Kelurahan Tanahbaru, Kecamatan Bogor Utara. Petugas pun langsung melakukan penggerebekan dan mendapati pelaku beserta barang bukti celurit yang digunakan untuk menganiaya korban. “Alhamdulillah, hanya dalam waktu tujuh jam setelah kejadian, kita berhasil melakukan pengungkapan dengan menangkap para pelaku. Dengan tersangka utama yaitu RAP, pelajar warga Tanahsareal,” katanya. “Kita berhasil mengamankan satu buah celurit dan satu unit sepeda motor yang digunakan pelaku untuk mengejar korban,” terangnya. Sementara itu, anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor, Akhmad Saeful Bahri, menilai peristiwa pembacokan terhadap pelajar itu tepat menjadi momentum mengevaluasi maraknya taman yang tidak ditunjang sarana prasarana seperti lampu penerangan. “Jadi cenderung remang-remang, yang malah dijadikan tempat maksiat dan tindak kriminal. Perlu adanya penambahan SDM (Sumber Daya Manusia, red) untuk polisi taman,” kata pria yang akrab disapa ASB itu. Untuk itu, ASB meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengevaluasi sejumlah taman. Terutama taman yang ada di sekitar lingkungan sekolah seperti Taman Palupuh untuk dijadikan PSU (Prasarana, Sarana, dan Utilitas) umum yang bermanfaat. Tak hanya itu, ASB juga meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mengevaluasi kinerja dan fungsi pengawasan Kantor Cabang Dinas (KCD) sebagai kepanjangan tangan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jabar yang cenderung tidak mau berkoordinasi dan komunikasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Bogor. “Kalau sudah begini, daerah yang pasti kelimpungan,” ujarnya. Ia juga menilai perlu kembali ditingkatkan kepedulian masyarakat yang cenderung apatis saat ini. Koordinasi aparatur keamanan bersama RT dan RW kembali harus ditingkatkan dengan mengajak peran serta seluruh lapisan masyarakat, baik Organisasi Kepemudaan (OKP), Organisasi Masyarakat (Ormas), dan Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika). “Kalau pembiaran ini didiamkan, bisa jadi pembenaran pelenyapan nyawa generasi muda adalah hal yang biasa di masa puber. Jangan sampai terjadi,” tandasnya. (far/d/rez/feb/run)