METROPOLITAN - Jelang akhir tahun, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengebut berbagai proyek infrastruktur. Sayangnya, dari berbagai pekerjaan strategis, justru sebagian besar meleset dari target waktu pengerjaan atau mengalami keterlambatan. Sebut saja pekerjaan lanjutan revitalisasi Masjid Agung, pembangunan pedestrian Jalan Ir H Juanda, pembangunan Perpustakaan Daerah, hingga penataan kawasan Jalan Suryakencana. Semua diketahui saat dilakukan inspeksi mendadak (sidak) oleh inohong Pemkot Bogor. Diketahui, mulai dari Wali Kota Bogor Bima Arya, Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim, hingga Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah melakukan sidak ke berbagai pekerjaan fisik strategis milik Pemkot Bogor. Hasilnya, sebagian besar terdapat keterlambatan atau deviasi negatif. Wali Kota Bogor Bima Arya menyempatkan diri melakukan sidak ke beberapa tempat. Seperti sidak proyek Perpustakaan Daerah di eks gedung DPRD Jalan Kapten Muslihat, Kamis (21/10) siang. Saat meninjau proyek senilai Rp13,6 miliar itu, Bima Arya mendapati progres pekerjaan baru 72 persen. Diketahui, sejatinya sudah harus tembus 77 persen. “Saya lihat tahapannya on progres, 72 persen. Saya titip agar dipercepat, terutama untuk menutup atapnya karena mau musim hujan. Kalau sudah ketutup, kan pekerjaan di bawah bisa lebih cepat,” katanya. F1 juga sempat melakukan sidak ke lokasi proyek pembangunan pedestrian sepanjang 825 meter di Jalan Juanda, Kecamatan Bogor Tengah, mulai dari kawasan Bogor Trade Mall (BTM) hingga SMAN 1 Kota Bogor. Hasilnya, terdapat kemunduran dari target atau deviasi negatif sekitar 5 persen pada proyek dengan bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan pagu anggaran Rp6 miliar itu. “Hari ini pengerjaannya deviasi minus 5 persen. Kita titip untuk dikejar, dikebut. Saya tidak mau ada yang minus, semua harus positif. Semua harus sesuai jadwal. Kualitas harus terjaga. Saya titip tadi ke depan (pedestrian, red) ini jangan sampai ambles. Sebab, pedestrian di mana-mana kalau pengerasan tidak cukup maksimal, maka akan ambles,” katanya usai sidak, Senin (25/10). Tak hanya Bima Arya. Wakilnya, Dedie Rachim, pun menyempatkan diri sidak ke proyek Masjid Agung pada Selasa (19/10). Ia mendapati keterlambatan progres pembangunan yang meliputi penguatan kolom dan atap masjid yang baru 31 persen. Padahal, jika melihat rencana target, semestinya pada pertengahan Oktober ini progres pembangunan sudah menyentuh 40 persen. “Mestinya memang kisaran progres pengerjaan sampai pertengahan Oktober ini, diharapkan sudah di atas 40 persen. Tapi dari tinjauan di lapangan dan konfirmasi ke pemborong, ternyata pelaksanaan baru kurang lebih 31 persen,” katanya. Setali tiga uang, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah juga melakukan sidak ke lokasi pekerjaan penataan kawasan Suryakencana yang menelan biaya kurang lebih Rp30 miliar, Sabtu (23/10). Hasilnya, di sisa waktu sekitar dua bulan lagi, pekerjaan rupanya molor dan ada deviasi keterlambatan 11 persen dari target proyek yang dibiayai dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) itu. “Intinya harus ada mobilisasi tenaga kerja, karena ada beberapa pekerjaan yang belum dikerjakan. Ini masih ada deviasi keterlambatan dari proses pembangunan sekitar 11 persen,” jelas Syarifah. Hal itu pun sangat disayangkan Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto. Pihaknya terus memantau dan bakal melakukan evaluasi terkait proses pelaksanaan semua proyek fisik infrastruktur agar bisa selesai sesuai target yang ditentukan. Namun, harus tetap memerhatikan kualitas pekerjaan. Ia juga meminta kontraktor penyedia jasa untuk menambah jumlah pekerja dan peralatan demi mengejar keterlambatan dan mengebut pekerjaan serta bisa selesai sebelum deadline. Dari sekian proyek yang mengalami deviasi negatif, ia sendiri belum bisa mengambil kesimpulan apa yang menjadi alasan keterlambatan. Namun, Atang menilai Pemkot Bogor memang perlu melakukan evaluasi terkait proses pelaksanaan. Mulai dari proses tender hingga saat awal mulai pelaksanaan. “Selama ini, proses lelang, penentuan pemenang, dan start pelaksanaan awal pembangunan itu selalu semester kedua (tahun anggaran berjalan, red). Sehingga ini sangat berpotensi memicu keterlambatan. Harusnya dari hulu sudah selesai dulu. Misal tender di awal tahun. Jadi jangka waktu leluasa agar semua proyek fisik bisa maksimal dan selesai sebelum akhir tahun,” katanya saat ditemui Metropolitan.id di ruangannya, baru-baru ini. Ia juga mengakui hingga kini sangat sulit mendapati pekerjaan fisik infrastruktur yang diproses tender sejak awal tahun. “Ya harus dicari pangkal masalahnya. Kalau administrasi sebetulnya nggak bisa jadi alasan,” imbuh politisi PKS itu. Atang pun mencontohkan pada proyek lanjutan revitalisasi Masjid Agung yang terbengkalai hampir tujuh tahun lamanya dan selalu dianggarkan tiap tahun untuk penyelesaian sesuai Detail Engineering Design (DED)-nya. Namun, tahun ini saja baru terlaksana di semester kedua. Ia juga tak segan-segan menilai hal ini sudah menjadi kultur di Pemkot Bogor untuk menunda pekerjaan fisik di semester kedua tahun anggaran berjalan. “Artinya, administrasi tahun sebelumnya tinggal digunakan di awal tahun. Saya sih melihat ini kultur kerja yang memang terbiasa menunda pekerjaan. Kita tidak berharap ini terjadi. Di hulu selesaikan, tapi pelaksanaan harus terus dipantau dan diawasi juga secara periodik. Supaya terealisasi sesuai waktu pekerjaan tapi kualitasnya sesuai standar yang ditetapkan,” tegas Atang. (ryn/run)