Pandemi belum usai, warga kembali diminta waspada dengan maraknya kasus Demam Berdarah Dengue alias DBD. Meski jumlahnya turun dibanding tahun lalu, nyamuk ganas mematikan itu telah merenggut belasan warga Kabupaten Bogor. TERAKHIR, dua warga Nanggung yang harus mengembuskan napas terakhir akibat penyakit ini. Sebanyak 16 warga Desa Nanggung, Kecamatan Nanggung, harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang akibat terjangkit DBD. Kepala Puskesmas Nanggung dr Baringin Manik mengatakan, sudah dua warga Kampung Banarsabrang meninggal dunia akibat DBD. Keduanya meninggal saat menjalani perawatan di RSUD Leuwiliang. ”Ada sekitar 16 warga Desa Nanggung yang dirawat akibat terkena DBD. Meninggal dunia dua orang, sembuh sepuluuh orang, dan yang masih dirawat ada empat orang,” terangnya. Baringin menjelaskan adanya kasus DBD diakibatkan kelembapan udara akibat musim pancaroba lantaran seringnya musim hujan pergantian cuaca hingga menyebabkan perkembangbiakan nyamuk DBD. ”Kami dari puskesmas bersama jajaran Muspika Nanggung dan kepala desa beserta juru pemantau jentik (jumantik) langsung turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan epidemiologi, sekaligus penyuluhan dan melakukan fogging di Kampung Banarsabrang. Khususnya di semua RT kami lakukan fogging secara simultan,” jelasnya. Namun, Baringin meminta masyarakat tetap waspada dan melakukan pencegahan sesuai prosedur 3M karena musim hujan masih melanda sejumlah wilayah. ”Ya saya mengimbau warga untuk waspada dan selalu melakukan penambahan dengan cara menguras, mengubur barang bekas yang bisa menjadi tempat bersarangnya nyamuk, dan menutup rapat tempat penampungan air,” imbaunya. Sementara itu, Kepala Desa Nanggung Sodik mengaku saat ini pemerintah langsung melakukan koordinasi lintas sektoral guna mencegah dan melakukan fogging di setiap rumah warga untuk penanggulangan penyebaran DBD. Diketahui, dua orang meninggal yakni Nisa (50) dan Aeni Jahro yang merupakan ibu rumah tangga. ”Dua orang ibu rumah tangga itu meninggal saat dilarikan ke RSUD Leuwiliang untuk dirawat. Namun nahas, nyawanya tidak tertolong akibat keganasan nyamuk DBD,” sesalnya. Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor Agus Fauzi tak menampik dengan maraknya warga terjangkit DBD. Dari awal tahun hingga November 2021 sudah ada belasan warga yang meninggal. Tak ayal, ia pun meminta masyarakat tetap waspada. Ia menilai musim hujan saat ini menjadi salah satu kondisi rentannya terjadi DBD. “Kewaspadaan harus ditingkatkan. Apalagi di musim-musim hujan seperti ini biasanya kasus DBD meningkat. Harus terapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), jaga lingkungan dengan baik,” tegas Agus. Berdasarkan data yang ada, kasus DBD sepanjang 2021 atau sampai 17 November 2021 sebanyak 1.025 kasus. Angka tersebut lebih sedikit dibanding kasus di tahun sebelumnya pada periode yang sama, sebanyak 1.296 kasus. “Kasus meninggal ada belasan dari awal tahun,” terang Agus. Agus mengklaim pihaknya sudah melakukan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat. Dengan mengedukasi dan sosialisasi akan pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. “Jadi memang daerah kita itu endemik DBD ya. Kalau endemik itu kan memang setiap tahun pasti ada DBD. Nah, bicara lingkungan dan perilaku tidak sehat, itu memang menjadi salah satu penyebab tidak langsungnya DBD. Kami sudah lakukan upaya, melakukan sosialisasi, mengedukasi masyarakat dengan menggerakkan tenaga di puskesmas,” paparnya. “Puskesmas melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Pentingnya 3M, menjaga lingkungan yang bersih. Itu harus dilakukan,” imbuh Agus. Jika mendapati kasus tersebut, ia mengaku akan langsung bergerak menuju lokasi kejadian melalui tenaga kesehatan di puskesmas. Jika sudah ada kasus, sambungnya, pertama pihaknya akan melakukan penyelidikan epidemiologi dengan mendatangi lokasi di mana DBD itu terjangkit. “Setelah itu, kami lakukan pemeriksaan jentik. Kalau positif, dilakukan penyemprotan atau fogging. Biasanya 100–200 meter dari lokasi pasien yang terjangkit,” katanya. “Seperti yang kasus di Nanggung pun, puskesmas sudah bergerak sebenarnya. Sudah ada kunjungan dan fogging juga. Tapi fogging memang hanya membunuh nyamuk yang besar. Kalau jentiknya itu harus pakai abate. Kami akan salurkan abate, untuk kemudian diberikan kepada masyarakat,” tandas Agus. (ads/c/mam/feb/run)