Senin, 22 Desember 2025

Waspada DBD Maut!

- Kamis, 18 November 2021 | 10:40 WIB

Pandemi belum usai, warga kembali diminta waspada dengan maraknya kasus Demam Berdarah Dengue alias DBD. Meski jumlahnya turun dibanding tahun lalu, nyamuk ganas mematikan itu telah merenggut belasan warga Kabupaten Bogor. TERAKHIR, dua warga Nang­gung yang harus mengembus­kan napas terakhir akibat penyakit ini. Sebanyak 16 warga Desa Nanggung, Keca­matan Nanggung, harus dila­rikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang akibat terjangkit DBD. Kepala Puskesmas Nanggung dr Baringin Manik mengatakan, sudah dua warga Kampung Banarsabrang meninggal du­nia akibat DBD. Keduanya meninggal saat menjalani perawatan di RSUD Leuwiliang. ”Ada sekitar 16 warga Desa Nanggung yang dirawat akibat terkena DBD. Meninggal du­nia dua orang, sembuh sepu­luuh orang, dan yang masih dirawat ada empat orang,” terangnya. Baringin menjelaskan adanya kasus DBD diakibatkan kelem­bapan udara akibat musim pancaroba lantaran seringnya musim hujan pergantian cuaca hingga menyebabkan perkembangbiakan nyamuk DBD. ”Kami dari puskesmas ber­sama jajaran Muspika Nang­gung dan kepala desa beserta juru pemantau jentik (juman­tik) langsung turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan epidemiologi, sekaligus peny­uluhan dan melakukan fogging di Kampung Banarsabrang. Khususnya di semua RT kami lakukan fogging secara simul­tan,” jelasnya. Namun, Baringin meminta masyarakat tetap waspada dan melakukan pencegahan se­suai prosedur 3M karena mu­sim hujan masih melanda sejumlah wilayah. ”Ya saya mengimbau warga untuk waspada dan selalu melakukan penambahan dengan cara menguras, men­gubur barang bekas yang bisa menjadi tempat bersarangnya nyamuk, dan menutup rapat tempat penampungan air,” imbaunya. Sementara itu, Kepala Desa Nanggung Sodik mengaku saat ini pemerintah langsung mela­kukan koordinasi lintas sek­toral guna mencegah dan melakukan fogging di setiap rumah warga untuk penang­gulangan penyebaran DBD. Diketahui, dua orang mening­gal yakni Nisa (50) dan Aeni Jahro yang merupakan ibu rumah tangga. ”Dua orang ibu rumah tang­ga itu meninggal saat dilarikan ke RSUD Leuwiliang untuk dirawat. Namun nahas, nya­wanya tidak tertolong akibat keganasan nyamuk DBD,” sesalnya. Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor Agus Fauzi tak menampik dengan maraknya warga ter­jangkit DBD. Dari awal tahun hingga November 2021 sudah ada belasan warga yang me­ninggal. Tak ayal, ia pun meminta masyarakat tetap waspada. Ia menilai musim hujan saat ini menjadi salah satu kondisi rentannya terjadi DBD. “Kewaspadaan harus diting­katkan. Apalagi di musim-musim hujan seperti ini bia­sanya kasus DBD meningkat. Harus terapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), jaga lingkungan dengan baik,” tegas Agus. Berdasarkan data yang ada, kasus DBD sepanjang 2021 atau sampai 17 November 2021 sebanyak 1.025 kasus. Angka tersebut lebih sedikit dibanding kasus di tahun sebelumnya pada periode yang sama, se­banyak 1.296 kasus. “Kasus meninggal ada belasan dari awal tahun,” terang Agus. Agus mengklaim pihaknya sudah melakukan upaya pro­motif dan preventif kepada masyarakat. Dengan menge­dukasi dan sosialisasi akan pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. “Jadi memang daerah kita itu endemik DBD ya. Kalau endemik itu kan memang se­tiap tahun pasti ada DBD. Nah, bicara lingkungan dan pe­rilaku tidak sehat, itu memang menjadi salah satu penyebab tidak langsungnya DBD. Kami sudah lakukan upaya, mela­kukan sosialisasi, mengedu­kasi masyarakat dengan meng­gerakkan tenaga di puskesmas,” paparnya. “Puskesmas melakukan peny­uluhan kepada masyarakat. Pentingnya 3M, menjaga ling­kungan yang bersih. Itu harus dilakukan,” imbuh Agus. Jika mendapati kasus terse­but, ia mengaku akan langsung bergerak menuju lokasi keja­dian melalui tenaga kesehatan di puskesmas. Jika sudah ada kasus, sam­bungnya, pertama pihaknya akan melakukan penyelidikan epidemiologi dengan menda­tangi lokasi di mana DBD itu terjangkit. “Setelah itu, kami lakukan pemeriksaan jentik. Kalau positif, dilakukan penyempro­tan atau fogging. Biasanya 100–200 meter dari lokasi pa­sien yang terjangkit,” katanya. “Seperti yang kasus di Nang­gung pun, puskesmas sudah bergerak sebenarnya. Sudah ada kunjungan dan fogging juga. Tapi fogging memang hanya membunuh nyamuk yang besar. Kalau jentiknya itu harus pakai abate. Kami akan salurkan abate, untuk kemu­dian diberikan kepada masy­arakat,” tandas Agus. (ads/c/mam/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X