Senin, 22 Desember 2025

Ayo Bergerak untuk Semeru

- Senin, 6 Desember 2021 | 10:30 WIB

Desember 2021. Malam Minggu di Dusun Sumbersari, Kecamatan Lumajang, berubah kelabu. Hawa panas di Desa Supiturang terasa menyengat kulit. Langit tertutup awan gelap disertai hujan abu. “Pletak... pletak...” semburan material abu vulkaniknya sa­ling bersahutan di atas genteng rumah warga yang jaraknya lima kilometer dari puncak Semeru. Warga yang tinggal di kaki Gunung Semeru langs­ung berhamburan ke luar rumah. Jantung berdegup kencang. “Allahu Akbar! Allahu Akbar!” suara takbir itu terus terucap sambil berlarian. Sore itu, langit bergemuruh. Kerikil-kerikil menghujam bumi. Hu­jan pasir tak terhindarkan. Lahar panas Gunung Semeru dengan cepat bergerak me­nerobos apa pun yang terlin­tas. “Kejadiannya luar biasa. Saya sudah pasrah. Saya pikir tidak akan selamat,” ucap Manaf, warga Dusun Sum­bersari yang berhasil selamat dari kejaran larva pijar Semeru. Pria 54 tahun itu tak meny­angka kampungnya akan ha­bis dilumat abu vulakanik Mahameru. Dusunnya kini sudah hilang terkubur lumpur. Gundukan pasir setinggi dua meter menutup rumahnya yang ada di kaki Gunung Se­meru. Rumah warga luluh lantak oleh muntahan lahar panas. Tak ada yang tersisa, selain abu vulkanik yang masih mengelu­arkan hawa panasnya. Badan Nasional Penanggu­langan Bencana (BNPB) me­rilis ada 14 warga yang dinya­takan meninggal dunia. Ter­masuk Mbok Um, warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Tubuhnya ditemukan tergela­tak di pinggir jalan dengan luka bakar akibat lahar panas Semeru. Desa Curah Kobokan memang menjadi salah satu desa yang terdampak sangat parah. Sebagian besar bangu­nan rumah warga di sana am­bruk ketika terkena erupsi Gunung Semeru. Kesaksian Amin, Gunung Se­meru erupsi sekitar pukul 14:00 WIB. Sebelum meletus, lang­it terlihat cerah lalu dua kali petir menyambar di atas Pun­cak Jonggring Saloko. “Jeda tiga menitan itu angin kencang, batu-batu turun dari gunung kena atap rumah. Terus gelap lalu tiba-tiba lava pijar sudah sampai ke permu­kiman,” ujarnya. BNPB menyatakan bahwa jumlah korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru, Lu­majang, Jawa Timur, sebanyak 14 orang. Sementara itu, korban yang luka berat dan ringan akibat letusan Gunung Semeru ber­jumlah 56 orang. “Per pukul 17:30 WIB ini jum­lah korban meninggal dunia terdata hingga saat ini berjum­lah 14 orang,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, In­formasi dan Komunikasi Ke­bencanaan BNPB Abdul Mu­hari dalam konferensi pers virtual yang dipantau dari Jakarta, Minggu (5/12) malam. Ia menjelaskan korban luka berat di RSUD Haryoto ber­jumlah delapan orang, RSUD Pasirian 16, RS Bhayangkaran tiga orang, Puskesmas Penang­gal delapan orang. Sehingga total korban luka berat yaitu 35 orang. Untuk korban luka ringan sejumlah 21 orang, to­tal korban luka berat maupun ringan yakni 56 orang. “Angka ini juga berkurang dari rilis yang kita keluarkan siang tadi, sejumlah 69 orang. Artinya, angka 56 orang ini adalah hasil dari informasi juga langsung dari Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang saat ini sedang berada di lapangan,” jelasnya. Berdasar data BNPB, jumlah penduduk yang terdampak akibat awan panas dan abu vulkanik adalah 5.205 jiwa, dengan 1.300 orang berada di pengungsian. Dari jumlah tersebut, masih ada sembilan jiwa yang masih dalam proses pendataan sta­tus korban. Pemerintah Ka­bupaten Lumajang, Jawa Timur, membutuhkan bantuan te­naga sukarelawan mengeva­kuasi warga di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh. Korban terdampak letusan Gu­nung Semeru membutuhkan pertolongan. “Kami sangat membutuhkan tambahan relawan untuk mem­bantu evakuasi warga pada besok Minggu, 5 Desember 2021. Dan evakuasi pada ma­lam ini sudah tidak bisa dila­njutkan karena hujan abu vulkanik yang turun cukup deras,” kata Bupati Luma­jang Thoriqul Haq. Menurutnya, selain hujan abu vulkanik cukup deras, guguran awan panas yang turun juga menjadi kendala evakuasi warga di Dusun Kamar Kajang. Bahkan, sembilan orang di­kabarkan masih belum dite­mukan. “Kepala BPBD Kota Probo­linggo sudah datang dan saya ucapkan terima kasih. Saya juga berkoordinasi dengan bupati dan wali kota Malang untuk meminta bantuan untuk bergerak ke Pronojiwo,” kata­nya. Bupati yang akrab dipanggil Cak Thoriq itu mengatakan bahwa medan untuk meng­evakuasi cukup berat dan gu­guran awan panas juga belum dingin. Sehingga dapat mem­bahayakan keselamatan rela­wan kalau dipaksakan untuk mengevakuasi pada Sabtu malam. “Saat ini Pemkab Lumajang bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Lumajang dan para relawan tengah melaku­kan pertolongan atau mem­bantu evakuasi warga yang terdampak bencana alam tersebut,” ujar Thoriq. Sementara itu, Palang Merah Indonesia (PMI) mengirimkan sejumlah bantuan untuk kor­ban erupsi Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12). Bantuan tersebut berupa ke­butuhan dasar dikirimkan PMI dari gudang darurat nasional di Jakarta dan gudang regional Gresik. PMI juga mengerahkan relawan untuk melakukan kaji cepat (asesmen, red) ke­butuhan serta evakuasi masy­arakat sekitar. Ketua Umum PMI Muhammad Jusuf Kalla menerangkan, tim logistik PMI telah mengirimkan bantuan tersebut pada Sabtu (4/12) malam. Untuk melen­gkapi respons yang sudah diberikan, rapat koordinasi digelar PMI Pusat dengan PMI Provinsi Jawa Timur pada Minggu (5/12). “Kami sudah menyiapkan se­jumlah langkah dalam respons erupsi Gunung Semeru ini, yang utama kita mengirimkan kebutuhan dasar dulu, sesuai hasil kaji cepat. Kemudian evakuasi, layanan kesehatan, dan juga pendampingan pen­gungsi,” terang Jusuf Kalla dalam keterangan tertulis, Minggu (5/12). (jp/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X