Desember 2021. Malam Minggu di Dusun Sumbersari, Kecamatan Lumajang, berubah kelabu. Hawa panas di Desa Supiturang terasa menyengat kulit. Langit tertutup awan gelap disertai hujan abu. “Pletak... pletak...” semburan material abu vulkaniknya saling bersahutan di atas genteng rumah warga yang jaraknya lima kilometer dari puncak Semeru. Warga yang tinggal di kaki Gunung Semeru langsung berhamburan ke luar rumah. Jantung berdegup kencang. “Allahu Akbar! Allahu Akbar!” suara takbir itu terus terucap sambil berlarian. Sore itu, langit bergemuruh. Kerikil-kerikil menghujam bumi. Hujan pasir tak terhindarkan. Lahar panas Gunung Semeru dengan cepat bergerak menerobos apa pun yang terlintas. “Kejadiannya luar biasa. Saya sudah pasrah. Saya pikir tidak akan selamat,” ucap Manaf, warga Dusun Sumbersari yang berhasil selamat dari kejaran larva pijar Semeru. Pria 54 tahun itu tak menyangka kampungnya akan habis dilumat abu vulakanik Mahameru. Dusunnya kini sudah hilang terkubur lumpur. Gundukan pasir setinggi dua meter menutup rumahnya yang ada di kaki Gunung Semeru. Rumah warga luluh lantak oleh muntahan lahar panas. Tak ada yang tersisa, selain abu vulkanik yang masih mengeluarkan hawa panasnya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis ada 14 warga yang dinyatakan meninggal dunia. Termasuk Mbok Um, warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Tubuhnya ditemukan tergelatak di pinggir jalan dengan luka bakar akibat lahar panas Semeru. Desa Curah Kobokan memang menjadi salah satu desa yang terdampak sangat parah. Sebagian besar bangunan rumah warga di sana ambruk ketika terkena erupsi Gunung Semeru. Kesaksian Amin, Gunung Semeru erupsi sekitar pukul 14:00 WIB. Sebelum meletus, langit terlihat cerah lalu dua kali petir menyambar di atas Puncak Jonggring Saloko. “Jeda tiga menitan itu angin kencang, batu-batu turun dari gunung kena atap rumah. Terus gelap lalu tiba-tiba lava pijar sudah sampai ke permukiman,” ujarnya. BNPB menyatakan bahwa jumlah korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, sebanyak 14 orang. Sementara itu, korban yang luka berat dan ringan akibat letusan Gunung Semeru berjumlah 56 orang. “Per pukul 17:30 WIB ini jumlah korban meninggal dunia terdata hingga saat ini berjumlah 14 orang,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers virtual yang dipantau dari Jakarta, Minggu (5/12) malam. Ia menjelaskan korban luka berat di RSUD Haryoto berjumlah delapan orang, RSUD Pasirian 16, RS Bhayangkaran tiga orang, Puskesmas Penanggal delapan orang. Sehingga total korban luka berat yaitu 35 orang. Untuk korban luka ringan sejumlah 21 orang, total korban luka berat maupun ringan yakni 56 orang. “Angka ini juga berkurang dari rilis yang kita keluarkan siang tadi, sejumlah 69 orang. Artinya, angka 56 orang ini adalah hasil dari informasi juga langsung dari Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang saat ini sedang berada di lapangan,” jelasnya. Berdasar data BNPB, jumlah penduduk yang terdampak akibat awan panas dan abu vulkanik adalah 5.205 jiwa, dengan 1.300 orang berada di pengungsian. Dari jumlah tersebut, masih ada sembilan jiwa yang masih dalam proses pendataan status korban. Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, membutuhkan bantuan tenaga sukarelawan mengevakuasi warga di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh. Korban terdampak letusan Gunung Semeru membutuhkan pertolongan. “Kami sangat membutuhkan tambahan relawan untuk membantu evakuasi warga pada besok Minggu, 5 Desember 2021. Dan evakuasi pada malam ini sudah tidak bisa dilanjutkan karena hujan abu vulkanik yang turun cukup deras,” kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq. Menurutnya, selain hujan abu vulkanik cukup deras, guguran awan panas yang turun juga menjadi kendala evakuasi warga di Dusun Kamar Kajang. Bahkan, sembilan orang dikabarkan masih belum ditemukan. “Kepala BPBD Kota Probolinggo sudah datang dan saya ucapkan terima kasih. Saya juga berkoordinasi dengan bupati dan wali kota Malang untuk meminta bantuan untuk bergerak ke Pronojiwo,” katanya. Bupati yang akrab dipanggil Cak Thoriq itu mengatakan bahwa medan untuk mengevakuasi cukup berat dan guguran awan panas juga belum dingin. Sehingga dapat membahayakan keselamatan relawan kalau dipaksakan untuk mengevakuasi pada Sabtu malam. “Saat ini Pemkab Lumajang bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Lumajang dan para relawan tengah melakukan pertolongan atau membantu evakuasi warga yang terdampak bencana alam tersebut,” ujar Thoriq. Sementara itu, Palang Merah Indonesia (PMI) mengirimkan sejumlah bantuan untuk korban erupsi Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12). Bantuan tersebut berupa kebutuhan dasar dikirimkan PMI dari gudang darurat nasional di Jakarta dan gudang regional Gresik. PMI juga mengerahkan relawan untuk melakukan kaji cepat (asesmen, red) kebutuhan serta evakuasi masyarakat sekitar. Ketua Umum PMI Muhammad Jusuf Kalla menerangkan, tim logistik PMI telah mengirimkan bantuan tersebut pada Sabtu (4/12) malam. Untuk melengkapi respons yang sudah diberikan, rapat koordinasi digelar PMI Pusat dengan PMI Provinsi Jawa Timur pada Minggu (5/12). “Kami sudah menyiapkan sejumlah langkah dalam respons erupsi Gunung Semeru ini, yang utama kita mengirimkan kebutuhan dasar dulu, sesuai hasil kaji cepat. Kemudian evakuasi, layanan kesehatan, dan juga pendampingan pengungsi,” terang Jusuf Kalla dalam keterangan tertulis, Minggu (5/12). (jp/feb/run)