Laporan : NUR ARIFIN (Wartawan Harian Metropolitan)
METROPOLITAN - Matahari memancarkan sinarnya. Tapi tidak begitu cerah. Suara aliran air terdengar jelas. Hamparan pasir vulkanik Semeru yang Sabtu (4/12) lalu menimbun rumah warga, berubah jadi genangan air. Rabu (8/12) dini hari, banjir bandang menerjang Desa Sumberwuluh, wilayah yang ikut terdampak parah pasca-letusan Gunung Semeru. Suasana di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih mencekam. Beberapa kampungnya terdampak langsung awan panas guguran. Tak terkecuali Kampung Kamarkajang. Malam itu, Selasa (7/12), hujan deras mengguyur wilayah Sumberwuluh dan sekitarnya, sejak sekitar pukul 07:00 WIB. Saat itu, Firmansyah, warga Kampung Kamarkajang, tengah menengok kondisi rumahnya yang sudah dipenuhi abu vulkanik. Hening. Suasana kampungnya begitu sunyi. Hanya ada beberapa kepala keluarga yang kembali ke rumahnya untuk mengamankan harta benda. Firman memilih tetap berada di rumah. Ia berniat menginap malam itu. Namun, jelang jam 12 malam, gemuruh air tetiba mengusik sunyi. Firman manangkap isyarat bahaya. Ia bersama sejumlah warga yang masih berada di perkampungan langsung tancap gas meninggalkan lokasi dan kembali ke pengungsian. Pagi harinya, Rabu (18/12), Firman kembali mengecek rumahnya. Kagetnya bukan main. Rumahnya kini tergenang air bah yang turun dari Gunung Semeru. ”Semalam kan hujan habis Isya. Air naik pelan-pelan. Tapi tiba-tiba besar. Seram. Kondisi rumah-rumah memang sudah kosong ditinggal ngungsi. Kita juga cuma ngecek-ngecek di sini. Pas air mulai besar, kita langsung tinggal,” ungkap Firman saat mengecek kondisi rumahnya. Firman menuturkan, banjir sebetulnya sudah menenggelamkan beberapa rumah di kampungnya sejak erupsi pertama terjadi, Sabtu (4/12). Namun, rumahnya masih terbilang aman lantaran berada paling jauh dan dibatasi jalan. Banjir itu disebutnya menjadi yang terparah selama 20 tahun sepanjang ia menempati wilayah tersebut. ”Ini terparah selama 20 tahun saya di sini. Ini tuh jalan raya tadinya. Bisa ke Malang, tembusnya ke jembatan yang putus. Kemarin kan Jokowi (presiden, red) lewat sini. Lewat jalan ini. Nggak apa-apa, belum banjir. Mulai banjir, semalam. Sampai ke rumah-rumah yang di pinggir jalan ini,” sahut warga lainnya, Rafi, sambil menunjukkan kondisi jalan yang sudah tak tampak tergenang banjir. ”Batas jalan itu pohon-pohon ini,” sambungnya. Samijan menjadi warga yang rumahnya ikut tergenang banjir. Ia menyebut banjir juga membawa material vulkanik. Tak ada barang-barang yang bisa diselamatkan. Kasur dan perabotnya mengambang di permukaan. Saat mengecek rumah, ia hanya menyelamatkan anjingnya yang juga terjebak di antara luapan air. ”Di sini kan ada sungai, tapi alirannya rata tertimbun erupsi. Jadi banjirnya sekarang meluap ke rumah warga,” ungkap pria dua anak itu. Samijan berharap bencana ini segera berakhir. Ia juga meminta ada solusi soal keberlangsungan hidup warga terdampak untuk ke depannya. Bukan hanya rumah warga yang terendam air. Banjir bandang juga membuat satu mobil relawan tak berkutik. Kendaraan operasional yang hendak mengevakuasi warga di Kampung Kamarkajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terjebak. Informasi yang dihimpun, mobil relawan tersebut datang ke Kamarkajang jelang Magrib. Saat itu, kondisi jalan sudah tertutup pasir namun tak terlalu dalam. ”Datangnya sekitar Magrib. Rencana mau evakuasi warga yang masih ada di kampung,” ujar salah seorang warga, Rafi. Jalur yang dilewati mobil tersebut merupakan jalan raya. Namun, kondisinya sudah sedikit tertutup pasir material vulkanik. Saat itu, kondisi sedang hujan. Nahas, saat akan meninggalkan lokasi, mobil tersebut terganjal batu ketika melaju. Sementara, air mulai meluap dan mengalir di jalan raya yang dilintasi. Makin lama makin deras. ”Jadi bannya memang sudah berat jalan di pasir. Pas mau ninggalin lokasi, keganjal batu. Jadi nggak bisa maju,” ungkapnya. Lantaran luapan air kian deras, mobil tersebut terpaksa ditinggalkan. Sedangkan, relawan yang ada di mobil tersebut pergi menyelamatkan diri. ”Ya akhirnya ditinggal, karena makin deras juga. Padahal itu jalan raya, tapi air tumpah ke situ semua. Yang ada di mobil itu semuanya nyelamatin diri,” jelasnya. Pagi hari saat dicek kembali, mobil tersebut ternyata nyaris rata tertimbun material banjir, pasir, dan lumpur. Rumah-rumah di sekelilingnya juga dalam kondisi serupa. Aliran air masih membanjiri rumah-rumah warga. Kepala Desa Sumberwuluh Abdul Aziz mengatakan, banjir bandang terjadi akibat hujan deras yang mengguyur desa setempat pada Selasa (7/12) malam dan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tertutup material lahar dingin Gunung Semeru. Ia mengatakan, luapan air yang membawa material lumpur tersebut mengakibatkan jalan raya dan rumah warga di Dusun Kamarkajang mengalami banjir dengan kedalaman 50 hingga 100 sentimeter. ”Seluruh badan jalan dan rumah-rumah di sepanjang jalan itu banyak terpendam lumpur akibat DAS tertutup material lahar Gunung Semeru,” tuturnya. Untuk penanganan awal, lanjutnya, pihak TNI/Polri dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan evakuasi warga dan membuat aliran air untuk mengurangi debit air yang menggenang di dusun tersebut. Kemudian membersihkan material lumpur yang menutupi jalan raya dan rumah warga. ”Sudah dilakukan pengalihan aliran air bersama seluruh anggota TNI/ Polri dan BPBD, sehingga diharapkan genangan air bercampur lumpur bisa berkurang,” tandasnya. (fin/feb/run)