Senin, 22 Desember 2025

Diterjang Air Bah usai Erupsi Semeru, Banjir Terparah selama 20 Tahun

- Kamis, 9 Desember 2021 | 10:40 WIB

Laporan : NUR ARIFIN (Wartawan Harian Metropolitan)

METROPOLITAN - Mata­hari memancarkan sinarnya. Tapi tidak begitu cerah. Su­ara aliran air terdengar jelas. Hamparan pasir vulkanik Semeru yang Sabtu (4/12) lalu menimbun rumah war­ga, berubah jadi genangan air. Rabu (8/12) dini hari, banjir bandang menerjang Desa Sum­berwuluh, wilayah yang ikut terdampak parah pasca-letusan Gunung Semeru. Suasana di Desa Sumberwu­luh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih mencekam. Be­berapa kampungnya terdampak langsung awan panas guguran. Tak terkecuali Kampung Ka­markajang. Malam itu, Selasa (7/12), hu­jan deras mengguyur wilayah Sumberwuluh dan sekitarnya, sejak sekitar pukul 07:00 WIB. Saat itu, Firmansyah, warga Kampung Kamarkajang, tengah menengok kondisi rumahnya yang sudah dipenuhi abu vul­kanik. Hening. Suasana kampungnya begitu sunyi. Hanya ada bebe­rapa kepala keluarga yang kembali ke rumahnya untuk mengamankan harta benda. Firman memilih tetap berada di rumah. Ia berniat menginap malam itu. Namun, jelang jam 12 malam, gemuruh air tetiba mengusik sunyi. Firman manangkap isyarat bahaya. Ia bersama se­jumlah warga yang masih be­rada di perkampungan langs­ung tancap gas meninggalkan lokasi dan kembali ke peng­ungsian. Pagi harinya, Rabu (18/12), Firman kembali mengecek rumahnya. Kagetnya bukan main. Rumahnya kini tergenang air bah yang turun dari Gunung Semeru. ”Semalam kan hujan habis Isya. Air naik pelan-pelan. Tapi tiba-tiba besar. Seram. Kondisi rumah-rumah memang sudah kosong ditinggal ngung­si. Kita juga cuma ngecek-ng­ecek di sini. Pas air mulai besar, kita langsung tinggal,” ungkap Firman saat mengecek kon­disi rumahnya. Firman menuturkan, banjir sebetulnya sudah menengge­lamkan beberapa rumah di kampungnya sejak erupsi per­tama terjadi, Sabtu (4/12). Namun, rumahnya masih ter­bilang aman lantaran berada paling jauh dan dibatasi jalan. Banjir itu disebutnya menjadi yang terparah selama 20 tahun sepanjang ia menempati wi­layah tersebut. ”Ini terparah selama 20 tahun saya di sini. Ini tuh jalan raya tadinya. Bisa ke Malang, tem­busnya ke jembatan yang putus. Kemarin kan Jokowi (presiden, red) lewat sini. Le­wat jalan ini. Nggak apa-apa, belum banjir. Mulai banjir, semalam. Sampai ke rumah-rumah yang di pinggir jalan ini,” sahut warga lainnya, Rafi, sambil menunjukkan kondisi jalan yang sudah tak tampak tergenang banjir. ”Ba­tas jalan itu pohon-pohon ini,” sambungnya. Samijan menjadi warga yang rumahnya ikut tergenang banjir. Ia menyebut banjir juga membawa material vul­kanik. Tak ada barang-barang yang bisa diselamatkan. Kasur dan perabotnya mengambang di permukaan. Saat mengecek rumah, ia hanya menyelamat­kan anjingnya yang juga ter­jebak di antara luapan air. ”Di sini kan ada sungai, tapi alirannya rata tertimbun erup­si. Jadi banjirnya sekarang me­luap ke rumah warga,” ungkap pria dua anak itu. Samijan berharap bencana ini segera berakhir. Ia juga me­minta ada solusi soal keber­langsungan hidup warga ter­dampak untuk ke depannya. Bukan hanya rumah warga yang terendam air. Banjir ban­dang juga membuat satu mobil relawan tak berkutik. Kendar­aan operasional yang hendak mengevakuasi warga di Kam­pung Kamarkajang, Desa Sum­berwuluh, Kecamatan Candi­puro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terjebak. Informasi yang dihimpun, mobil relawan tersebut datang ke Kamarkajang jelang Magrib. Saat itu, kondisi jalan sudah tertutup pasir namun tak ter­lalu dalam. ”Datangnya sekitar Magrib. Rencana mau evaku­asi warga yang masih ada di kampung,” ujar salah seorang warga, Rafi. Jalur yang dilewati mobil ter­sebut merupakan jalan raya. Namun, kondisinya sudah sedikit tertutup pasir material vulkanik. Saat itu, kondisi sedang hujan. Nahas, saat akan meninggal­kan lokasi, mobil tersebut ter­ganjal batu ketika melaju. Se­mentara, air mulai meluap dan mengalir di jalan raya yang dilintasi. Makin lama makin deras. ”Jadi bannya memang sudah berat jalan di pasir. Pas mau ninggalin lokasi, keganjal batu. Jadi nggak bisa maju,” ungkap­nya. Lantaran luapan air kian de­ras, mobil tersebut terpaksa ditinggalkan. Sedangkan, rela­wan yang ada di mobil tersebut pergi menyelamatkan diri. ”Ya akhirnya ditinggal, ka­rena makin deras juga. Padahal itu jalan raya, tapi air tumpah ke situ semua. Yang ada di mo­bil itu semuanya nyelamatin diri,” jelasnya. Pagi hari saat dicek kembali, mobil tersebut ternyata nyaris rata tertimbun material banjir, pasir, dan lumpur. Rumah-rumah di sekelilingnya juga dalam kondisi serupa. Aliran air masih membanjiri rumah-rumah warga. Kepala Desa Sumberwuluh Abdul Aziz mengatakan, ban­jir bandang terjadi akibat hujan deras yang mengguyur desa setempat pada Selasa (7/12) malam dan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ter­tutup material lahar dingin Gunung Semeru. Ia menga­takan, luapan air yang mem­bawa material lumpur terse­but mengakibatkan jalan raya dan rumah warga di Dusun Kamarkajang mengalami ban­jir dengan kedalaman 50 hingga 100 sentimeter. ”Seluruh badan jalan dan rumah-rumah di sepanjang jalan itu banyak terpendam lumpur akibat DAS tertutup material lahar Gunung Semeru,” tuturnya. Untuk penanganan awal, la­njutnya, pihak TNI/Polri dan Badan Penanggulangan Ben­cana Daerah (BPBD) melaku­kan evakuasi warga dan mem­buat aliran air untuk mengurangi debit air yang menggenang di dusun tersebut. Kemudian membersihkan material lum­pur yang menutupi jalan raya dan rumah warga. ”Sudah dila­kukan pengalihan aliran air bersama seluruh anggota TNI/ Polri dan BPBD, sehingga di­harapkan genangan air ber­campur lumpur bisa berkurang,” tandasnya. (fin/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X