Minggu, 21 Desember 2025

Seluk-beluk Eri Sudarmono Merangkai Motor Bekas Jadi Replika Robot, Butuh 5 Motor dan 20 Tangki Bensin untuk Satu Bumblebee

- Kamis, 3 Februari 2022 | 10:20 WIB

Eri Sudarmono memilih material robotnya dari motor bekas karena khawatir curian kalau motor baru. Pesanan datang hingga dari Tiongkok dan Jerman yang relasinya terbangun sejak ia melukis. SEJAK muda, Eri Sudarmono gemar menonton film yang ada robotnya. Salah satunya sekuel Transformers. Sekuel itu pula yang menginspirasi pelukis dan pembuat dekor tersebut banting setir menjadi pembuat replika robot dengan bahan motor lawas. ­ Saat Jawa Pos berkunjung ke Er Art Studio miliknya di Bantul, Yogyakarta, pada Ka­mis (20/1) dua pekan lalu, Eri tengah mengawasi anak bu­ahnya bekerja. Mereka menda­pat pesanan untuk membuat robot dari Rachmat Gobel. Ia mendapat pesanan dela­pan robot yang katanya akan dipasang di sekolah milik anggota DPR yang juga dike­nal sebagai pengusaha terse­but. ”Waktu itu dikabari ajudan­nya bahwa bapak (Rachmat Gobel) akan berkunjung ke studio,” tutur Eri. Ketika berkunjung ke stu­dionya, Rachmat Gobel langs­ung tertarik dan menyerahkan desain semua robotnya ke­pada Eri. Masing-masing lima Bum­blebee, satu samurai, satu harimau, dan satu orang naik sepeda. Rahmat hanya ber­pesan delapan replika yang dipesannya itu berwarna biru. Salah satu robot yang sudah jadi adalah Bumblebee. Ka­rakter dari film Transformer yang dibuatkan spin-off-nya dan dirilis pada 2018 itu di­pajang di studionya. Tingginya tiga meter dan tidak terlihat bahwa itu mer­upakan rangkaian spare part motor. Tiga lainnya sudah dikemas dalam wadah kayu. Sementara itu, robot harimau sedang dikerjakan. Pada peng­erjaan robot jenis itu, terlihat semua bagian motor. Mulai tangki, sepatbor, hingga busi. Untuk robot harimau, gigi-giginya terlihat dari rantai motor. Pesanan Eri mengalir deras. Jika Anda memesan sekarang, pria kelahiran 29 Mei 1979 itu hanya bisa menyanggupi pengerjaan setelah Lebaran Idul Fitri. Kesibukan baru tersebut betul-betul dia syukuri. Sebab, awal pandemi, dia sempat menganggur. Tidak ada yang pesan dekorasi karena acara-acara dibatasi. Lukisan pun tak ramai. Padahal, dapurnya harus terus ngebul. Kegiatan merangkai spare part motor bekas menjadi replika robot sudah dilakukan setahun belakangan. Pria yang tinggal di Kabu­paten Bantul, Yogjyakarta, itu awalnya hanya menerima tantangan dari salah seorang pelanggan lukisannya. ”Re­plika robot pertama yang dibuat itu pengerjaannya satu bulan,” ujarnya. Itu cukup lama. Dia harus mengenali bahan apa yang cocok. Ternyata dia menemu­kan banyak motor tahun ’70-an di tempat barang rongsok.”Kalau motor baru, takutnya barang curian,” ucapnya. Dia preteli suku cadangnya, lalu disusun. Bongkar pasang terus dilakukan. Awalnya me­mang sulit. Hingga saat ini, dia tidak merasa sulit menemukan bahan baku. Hanya, bebera­pa kondisinya sudah tidak sempurna. ”Nanti kalau ba­hannya sudah habis, bisa pakai mobil,” ujarnya. Satu robot seperti Bumble­bee biasanya membutuhkan 5 motor dan 20 tangki bensin 20 buah. Dan, Bumblebee pertama yang dibuatnya mem­bawa berkah. Setelah diunggah di Insta­gram, respons positif terus mengalir. Pesanan silih ber­ganti datang. ”Sampai sekarang sudah dibuat lebih dari 50 robot,” tuturnya. Pengerjaan satu robot paling sulit memakan waktu sekitar tiga minggu. ”Tapi, sejauh ini tidak ada yang rumit atau permintaan yang aneh-aneh,” imbuh Eri. Dia membanderol satu re­plika robot sekitar Rp30 juta. Tambah rumit dan ha­rus menggunakan banyak motor lawas, harganya akan lebih mahal. ”Kalau mau pesan, nanti kasih DP (down payment) dulu berapa per­sen,” ucapnya. Untuk pengiriman, Eri bisa mencarikan. Dengan begitu, konsumen cukup menunggu replika robotnya di rumah. Hampir semua konsumen­nya berasal dari luar Yogya­karta. Ada Jakarta, Manado, bahkan dari luar negeri se­perti Tiongkok dan Jerman. ”Kemarin dari Australia dan Amerika ada yang telepon juga,” tutur pria yang pernah belajar di ISI Yogyakarta itu. Belum lama ini, dia ditelepon konsumennya di Jakarta. Kon­sumen tersebut memberikan DP sekitar Rp200 juta dan meminta dibuatkan robot. Konsumen itu tidak me­nyebut berapa replika robot yang akan dibuatkan. Waktu Jawa Pos berkunjung, Eri tengah menyelesaikan robot yang naik becak untuk kon­sumen tersebut. ”Padahal, sampai sekarang belum per­nah ketemu. Katanya cuma lihat di TV,” ucap Eri. Hingga sekarang, pesanan terbanyak datang dari Tiong­kok. Salah satu konsumennya memesan seratus buah re­plika robot. ”Sudah 30 yang saya kirim ke sana,” tuturnya. Sementara itu, konsumen dari Jerman sudah empat kali memesan. Relasi inter­nasionalnya memang ter­bangun sejak dia melukis. Dulu sebelum pandemi, sekitar 30-an lukisan bisa dikirim ke luar negeri tiap bulan. Laris manis pesanan replika robot itu tidak hanya dirasa­kan Eri. Sebanyak 14 karya­wannya juga merasakan. Sebagian di antara mereka merupakan karyawan yang dulu membantu Eri dalam bisnis dekor. ”Untuk penga­wasan, saya punya ide, lalu mereka bantu. Tetap saya tunggui,” ungkapnya. Eri selalu menyampaikan ke karyawannya bahwa semua pekerjaan harus dilakukan secara serius. Setiap pesanan harus dibuat dalam detail yang baik. Meski pengerjaannya tidak bisa cepat, yang penting konsumen puas. Apresiasi juga datang dari Menparekraf Sandiaga Uno. Belum lama ini, Eri berbincang lewat layanan video call dengan Sandi. Selain mendapat uca­pan selamat atas karyanya, Eri diminta bertemu ketika nanti ke Jakarta. ”Pak Sandi juga bilang kalau nanti mau buka di Jakarta akan dibantu,” ucapnya. (feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X