METROPOLITAN - Sebuah pesawat yang membawa 133 orang jatuh di bagian selatan Tiongkok. Pesawat jenis Boeing 737-800, yang dioperasikan maskapai penerbangan China Eastern, sebelumnya sempat hilang dari radar dan ternyata dilaporkan jatuh kecelakaan. Pesawat tersebut terbang dengan rute domestik dari Kota Kunming ke Guangzhou ketika jatuh di sebuah bukit di Provinsi Guangxi. Tim penyelamat sudah berada di dekat lokasi kecelakaan, tetapi kondisi korban belum jelas. Kedutaan Besar RI di Beijing dan Konsulat Jenderal RI di Guangzhou berkoordinasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang data korban jatuhnya pesawat penumpang China Eastern Airlines. Pesawat itu dilaporkan jatuh di Daerah Otonomi Guangxi, Tiongkok, Senin (21/3) sore. ”Kami monitor terus kejadian sore ini (21/3). Kami terus koordinasikan dengan KJRI GZ (Guangzhou),” kata Wakil Kepala KBRI Beijing Dino R Kusnadi di Beijing, Senin (21/3). Sampai saat ini, pihaknya belum bisa memastikan ada atau tidaknya korban Warga Negara Indonesia (WNI) dalam pesawat nahas itu. ”Informasi penumpang belum dikeluarkan FAO (Kantor Urusan Luar Negeri, red) setempat,” ujar Dino. Pesawat Eastern Airlines dengan nomor penerbangan MU-5735 itu jatuh di perbukitan di Kabupaten Tengxian, Daerah Otonomi Guangxi, sekitar pukul 14:00 waktu setempat (13:00 WIB). Pesawat yang bertolak dari Kunming di Provinsi Yunnan menuju Guangzhou di Provinsi Guangdong itu jatuh dan terbakar di wilayah Guangxi. Pesawat tersebut mengangkut 132 orang, termasuk sembilan kru, yang sampai saat ini belum diketahui nasibnya. Foto dan gambar yang beredar media-media sosial Tiongkok menunjukkan kobaran api di atas perbukitan dan warga di sekitar lokasi menemukan puing-puing pesawat yang jatuh itu. Guangxi diapit Yunnan dan Guangdong di wilayah selatan Tiongkok yang berbatasan langsung dengan Vietnam. Kunming dan Guangzhou menjadi pintu utama penerbangan internasional tujuan Tiongkok selama masa pandemi Covid-19, termasuk penerbangan dari Indonesia. Para pengguna penerbangan internasional wajib menjalani karantina di kedua kota tersebut sebelum melanjutkan perjalanan ke kota-kota besar lainnya di Tiongkok, termasuk Beijing yang sampai saat ini belum membuka jalur penerbangan internasional secara langsung. Insiden tersebut merupakan kecelakaan udara terburuk pertama di Tiongkok sejak peristiwa jatuhnya pesawat di Yinchun, Provinsi Heilongjiang, pada 2010, seperti dilaporkan media setempat. Otoritas penerbangan Tiongkok pada 19 Februari merilis bahwa waktu penerbangan sipil yang aman berhasil melampaui 100 juta jam, catatan terbaik dalam sejarah industri penerbangan sipil Tiongkok. (jp/feb/run)