Senin, 22 Desember 2025

Boleh Cicip Soto SBY di Warung Makan Bu Sugiyati Pacitan, Ada Juga Lodeh Tempe Lord Didi

- Rabu, 6 April 2022 | 10:20 WIB

Dari sekian kuliner di Kabupaten Pacitan, Warung Makan Bu Sugiyati menjadi yang paling masyhur. Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selalu mampir kalau berada di Pacitan. Godfather of Broken Heart, Didi Kempot, pun punya menu favorit di sana. MESKI sudah lebih dari seperempat abad berdiri, rumah makan milik Sugi­yati di Jalan Maghribi, Paci­tan, tidak banyak berubah. Jendela kayu plus pintunya masih utuh. Begitu pula tem­bok yang usang karena sudah puluhan tahun tak dicat ulang. Namun, justru kekunoan itulah yang menjadi kekua­tan Sugiyati untuk menarik pelanggan. Banyak pengun­jung yang berdatangan untuk menikmati kuliner. Mereka ketagihan memakan soto yang menjadi produk utama di Warung Makan Bu Sugi­yati. Beroperasi pukul 15:00 sampai 23:00 WIB, Warung Makan Bu Sugiyati tak pernah sepi pembeli. Yang datang kebanyakan rombongan. Pelat kendaraan non-AE mendominasi. Hal itu me­nandakan bahwa mereka merupakan pelancong dari luar kota. “Saya tidak begitu menge­nal pemilik warung. Yang saya tahu cuma ini sotonya Pak SBY,” ungkap Nuraini, warga Sidoarjo. Perempuan itu sengaja menyempatkan diri untuk makan di Warung Makan Bu Sugiyati. Dia dalam perjala­nan pulang dari silaturahmi di rumah keluarganya. Untuk mewawancarai sang empu warung, Jawa Pos mesti menunggu. Pengunjung yang datang seakan-akan tak ada habisnya. “Tak ceritani, Mas. Tapi, sik tak ngladeni siji iki,” celetuk perempuan 81 tahun tersebut. Sugiyati sebenarnya tidak sendirian. Ada dua anak dan menantu yang membantu meladeni pembeli. Namun, sebagian pelanggan yang manja tetap meminta di­layaninya. ‘Milih soto opo kikil, Mas. Lek kesuwen jupuk dewe wae’. Kata-kata sambutan itulah yang mungkin dikan­geni pelanggan. Ungkapan yang disampaikan secara ketus justru menyemangati pembeli untuk kembali lagi. Kapok lombok, dalam istilah Jawa. Sudah tahu cabai itu pedas, tapi masih saja di­konsumsi. Soto racikan Sugiyati me­mang khas. Semangkuk soto itu tidak hanya terdiri atas kuah bening, daging ayam suwir, serta taburan seledri, loncang, dan bawang merah goreng. Kacang tanah goreng yang hadir di soto Sugiyati memberikan sen­sasi klethus-klethus saat kita mengunyahnya. “Belum tahu rasanya kalau belum mencicipi,” ungkap Sugiyati yang tak setuju so­tonya disamakan dengan karya orang lain. Jawa Pos pun sempat men­cicipi soto yang dihidangkan di meja. Kuahnya segar, tidak berminyak. Tak heran jika SBY menjulukinya soto te­renak se-ASEAN. Pembuatan kuah soto dan kecap, menurut Sugiyati, merupakan hal terpenting dalam proses memasak di warungnya. Produksi kecap dilakukan sendiri dan sela­lu terbarukan dalam dua hari sekali. Sugiyati mengha­biskan 10 kilogram gula un­tuk membuatnya. Selain memproduksi kecap, Sugiyati menangani sendiri pengolahan daging. Ada 17 ekor ayam yang dipotong setiap hari. Setelah dipotong, lalu direbus, daging ayam-ayam itu disuwir untuk di­jadikan campuran soto. Orang-orang ‘besar’ juga pejabat yang jadi pelanggan ikut mengerek nama warung tersebut. Apalagi SBY dan keluarganya selalu meny­empatkan diri untuk berkun­jung jika pulang ke Pacitan. Foto-foto aktivitas SBY dan keluarga ketika mengunjungi Warung Makan Bu Sugiyati terpaku di dinding. Dokumen itu menjadi legitimasi ter­sendiri buat Warung Makan Bu Sugiyati. Orang nomor satu negeri ini pernah makan di lokasi itu. Adanya foto tersebut tentu membuat pelanggan warung semakin banyak dan me­luas. Dalam ingatan kolektif masyarakat, Warung Makan Bu Sugiyati pun berubah menjadi warung (soto) SBY. “Saya tidak keberatan di­namai soto SBY. Saya tak bisa menutupi jasa Pak SBY,” ungkap Sugiyati. Menurutnya, bukan hanya keluarga SBY yang mem­beli soto di warungnya. Ba­nyak tamu SBY yang juga memesan makanan di warungnya. Mereka pena­saran dengan kuah soto Su­giyati yang dikenal maknyus. “Banyak pejabat dan orang terkenal yang mampir ke sini,” kata Sugiyati percaya diri. Perempuan itu lantas me­nyebut sejumlah pejabat dan politikus yang berkiprah di Jatim dan nasional. Ada nama besar pelanggan lain yang membuat Sugiyati bangga. Ternyata musisi cam­pursari (alm) Didi Kempot juga menyukai masakan ibu empat anak tersebut. Namun, bukan soto yang digemari Lord Didi (sebutan Didi Kem­pot) seperti halnya SBY, me­lainkan lodeh tempe yang dibumbui kunir yang nyantol di lidah pelantun Stasiun Balapan itu. Menurut Sugiyati, Didi Kem­pot sebenarnya hanya mam­pir sekali di warungnya. Pem­belian lodeh lebih banyak dilakukan pesuruhnya. Setiap kali ke Pacitan, musisi asal Solo itu selalu meminta di­belikan lodeh tempe. “Hingga saat ini, lodeh tempe Didi Kempot juga banyak dibeli,” ungkap Su­giyati. Dia menjelaskan bahwa sebenarnya ada satu menu lagi yang menjadi andalan di warungnya. Yakni, kikil. Bumbunya yang meresap dan teksturnya yang halus menjadi buruan pencinta kuliner. Warung Makan Bu Sugi­yati memang warung serba-ada. Bukan hanya soto, kikil, dan lodeh tempe. Sugiyati bersama keluarganya juga menyiapkan sejumlah ma­sakan lainnya seperti kari ayam, tumis tempe, ayam goreng, dan aneka jajanan. Rasa asin, manis, dan pe­dasnya pas. Sugiyati bercerita bahwa warungnya tak ujug-ujug berdiri. Tempat makan yang mengandalkan nuansa ke­sederhanaan itu dibangun sekitar 1983 oleh orang tua Sugiyati. Dulu menunya bu­kan soto. Saat awal berdiri, warung tersebut melayani lebih ba­nyak warga di desa. Menunya lodeh dan ayam. “Setelah diberi kesempatan untuk mengurus, saya beri­nisiatif meracik soto,” kata Sugiyati. Soto buatan Sugiyati tidak langsung menarik perhatian pelanggan. Bahkan, ada yang sempat mencibirnya. Namun, Sugiyati yang sudah diwan­ti-wanti untuk terus bekerja keras tetap percaya diri dan tak putus asa. Dia tetap ber­jualan soto di warungnya. Hingga kini, Sugiyati masih aktif di warung. Meskipun, sudah ada anak dan me­nantu yang membantunya. “Siapa saja bisa meracik bahan. Namun, untuk me­masak dan mengolah daging, saya tetap turun tangan,” jelas Sugiyati. Lebih Tertarik pada Go­rengan dan Sate Jeroan JIKA SBY menyukai soto, beda lagi dengan keponakan­nya, Indrata Nur Bayuaji. Pria yang kini menjabat bupati Pacitan itu lebih suka dengan gorengan dan sate jeroan yang dijual di Warung Makan Bu Sugiyati. Jajanan itu sel­alu menjadi sasaran Aji (sa­paan Indrata Nur Bayuaji) saat bertandang ke warung tersebut. Saat diwawancarai Jawa Pos, Aji mengaku sudah lupa be­rapa kali singgah di warung milik Sugiyati tersebut. Itu saking seringnya politikus Demokrat itu ke sana. “Banyak teman yang juga saya ajak ke sana,” kata Aji. Menurutnya, rasa masakan Sugiyati memang top mar­kotop. Bumbunya cukup terasa. Meski menu andalan­nya soto, Sugiyati berhasil menyuguhkan makanan lain yang rasanya juga tak kalah. Aji menjelaskan bahwa ke­beradaan Warung Makan Bu Sugiyati memang menarik wisatawan. Meski ukuran warungnya kecil, kuliner di warung itu berhasil mengun­dang banyak wisatawan. Menurutnya, ada banyak hal yang membuat orang tertarik pada soto karya Su­giyati. Salah satunya adalah rempah-rempah yang dipro­duksi secara khusus. Ada resep rahasia yang mem­buat soto lebih bening dan terasa kuahnya. (jp/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X