Senin, 22 Desember 2025

Eks Napi Bom Panci Ledakkan Diri, Keluar Penjara, Polisi Disikat

- Kamis, 8 Desember 2022 | 10:01 WIB
PENGAMANAN: Anggota Brimob berjaga di kawasan Astana Anyar, Kota Bandung, pasca-ledakan yang diduga bom bunuh diri, Rabu (7/12).
PENGAMANAN: Anggota Brimob berjaga di kawasan Astana Anyar, Kota Bandung, pasca-ledakan yang diduga bom bunuh diri, Rabu (7/12).

Bom bunuh diri yang dilakukan Agus Sujatno menjadi pengingat bahwa aktivitas jaringan terorisme masih aktif. Walaupun dari sisi intensitas menurun, aksinya bisa sewaktu-waktu mengintai. AGUS Sujatno melakukan bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar pada Rabu (7/12) pagi. Ia menerobos masuk dan mengacungkan sen­jata tajam saat diadang anggota sebelum meledakkan bom. Se­belas orang menjadi korban dalam peristiwa itu. Sepuluh orang di antaranya adalah anggota polisi, dimana satu orang dinyatakan mening­gal dunia. Satu orang korban adalah warga sipil. Para korban yang selamat langsung men­jalani perawatan di rumah sakit. Polisi langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan mengamankan se­jumlah barang bukti, di anta­ranya satu unit motor bebek dan belasan kertas bertuliskan protes penolakan terhadap Rancangan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (RKU­HP) yang baru disahkan. Diketahui, Agus terafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung atau Jawa Barat (Jabar). Aksi yang dilakukannya itu bukanlah yang pertama kali. Pada 2017 lalu, ia terlibat dalam kasus bom panci di kawasan Cice­ndo. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pela­ku pernah dipenjara empat tahun dan baru bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusa Kambangan pada September 2021. Agus juga menjalani program deradikalisasi. Namun, ia termasuk narapidana (napi) teroris yang sulit didekati atau diajak komunikasi. Bahkan, keluar dari penjara, Agus jadi lebih nekat melakukan aksi terornya. “Hasil pemeriksaan sidik jari dan kemudian kita lihat dari face recognition, identik identitas Agus Sujarno biasa dikenal Agus Muslim,” terang Listyo. ”(Agus, red) Dalam tanda kutip masuk kelompok merah. Proses deradikalisasi (ter­hadap Agus, red) membutu­hkan teknik dan taktik ber­beda. Masih susah untuk diajak bicara. Cenderung menghindar walaupun sudah melaksanakan aktivitas,” la­njutnya. Listyo mengaku sudah meng­instruksikan kepada seluruh jajarannya agar kasus ini se­gera dituntaskan, termasuk menyelidiki kelompok yang terafiliasi dengan pelaku. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keama­nan (Menko Polhukam) Mah­fud MD menilai kasus ini membuktikan bahwa jaring­an teroris masih hidup, meski dari sisi aktivitasnya sudah menurun. Hal ini perlu disi­kapi dengan peningkatan kewaspadaan. ”Saya harap juga kita semua waspada. Waspada itu satu aparat. Kita punya polisi, densus, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan lain-lain mening­katkan kewaspadaan. Karena ternyata jaringan teroris itu masih ada, meskipun secara kuantitatif sebenarnya sudah menurun,” katanya usai me­nengok korban di Rumah Sakit (RS) Immanuel. ”Sejak 2018 sampai sekarang itu sudah jarang terjadinya. Sekali-kali terjadi tetapi ma­sih ada,” lanjutnya. Di satu sisi, ia menilai per­lu satu kesamaan pandangan mengenai upaya tindak tegas yang dilakukan berkaitan dengan kasus terorisme an­tara penegak hukum dengan masyarakat. Aksi terorisme ini tidak bisa dikaitkan dengan agama apa pun, karena ini adalah musuh kemanusiaan. Mahfud menyebut bahwa terorisme ini berkaitan dengan ideologi. Upaya yang dilaku­kan pemerintah dalam men­gatasinya adalah dengan deradikalisasi. Program itu penting karena sel-sel ja­ringan teroris masih hidup, meskipun sempat terkesan sudah seperti mati. ”Jaringannya masih hidup, seperti sudah mati gitu. Pa­dahal selnya masih bergerak. Dan kalau sudah bergerak, biasanya cepat,” ujarnya. Peningkatan Pengamanan dan Jangan Sebar Infor­masi Palsu Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo me­minta masyarakat tidak cemas dan memercayakan penanga­nan kasus ini kepada pihak kepolisian. Di sisi lain, semua area publik dan markas po­lisi akan mengalami pening­katan pengawasan. ”Kami tingkatkan kewaspadaan di polsek dan satuan masing-masing. Insya Allah akan diatensi, dilakukan pening­katan pengamanan area pu­blik,” tegas Ibrahim. Sementara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil pun se­belumnya meminta masy­arakat tetap tenang menang­gapi peristiwa bom bunuh diri ini. “Kalau dari saya hanya satu, masyarakat Kota Bandung, masyarakat Jabar, harap tenang. Situasi aman terken­dali,” ucap Ridwan Kamil. Sementara itu, Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengimbau masyarakat tidak menyebarkan foto korban atau informasi yang tak jelas. ”Saya berharap masyarakat tidak menyebarkan foto atau hoaks. Jangan resah dan takut seperti yang diharapkan pelaku,” pintanya. Korban Meninggal Dunia saat Mengadang Pelaku Aiptu Anumerta Sofyan langsung dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukahaji, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Ia gugur saat mencoba men­ghalau pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar. Upacara pemakaman yang dipimpin Kasatbinmas Pol­restabes Bandung AKBP Sut­orih dihadiri keluarga almar­hum dan dipenuhi kerabat dan tetangga. Aiptu Sofyan mening­gal dunia sekira pukul 10:00 WIB setelah menjalani pera­watan intensif. Sebelum peristiwa terjadi, Sutorih mengungkapkan ba­hwa almarhum sempat mengadang pelaku yang ma­suk Mapolsek Astana Anyar saat menggelar apel pagi. ”Pelaku memaksa masuk dan dihalangi babinsa. Kebetulan almarhum menghalangi supaya tidak masuk (ke Mapolsek Astana Anyar, red). Pelaku bawa senjata tajam, Aiptu So­fyan mundur. Dan saat dido­rong, langsung meledak ka­rena bawa bom bunuh diri. Beliau seorang pahlawan ka­rena beliau menghalang,” tun­tas Sutorih. (radar bandung/ feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X