Muhammad Fajar Syaparuddin sebelumnya bekerja sebagai pegawai di lembaga pesantren selama puluhan tahun. Tak puas hanya bekerja saja, Fajar -sapaanya- memutuskan berhenti dan memilih menjadi petani jambu kristal sejak 2011. Pengalaman menanam tanaman buah tersebut didapatkannya dari ayahnya yang memang membuka usaha budidaya tanaman hortikultur seperti jambu dan pepaya.
Di Awal usahanya, Fajar menggelontorkan modal hingga Rp4 juta untuk membeli peralatan dan perlengkapan pertanian, bibit hingga mengolah kebun yang berlokasi di Desa Bantarsari, Kecamatan Rancabungur. Fajar sendiri menanam jambu kristal di atas lahan seluas seribu meter persegi.
Fajar mengatakan, jambu kristal yang ditanamnya mempunyai keistimewaan lebih dibandingkan jambu batu pada umumnya. Dari segi rasa, jambu kristal yang benar-benar matang menyerupai buah pir, daging buah berwarna putih bersih, berbobot 300 gram per buah, bertekstur renyah, manis serta memiliki kadar air rendah dan garing. “Kelebihan lain yang terdapat pada jambu ini ialah jumlah biji dalam satu buah yang tergolong sedikit. Hanya tiga hingga delapan persen dari keseluruhan ukuran buah,” ungkapnya.
Ia menjual jambu kristal seharga Rp25.000 per kilogram. Awal pemasaran jambu kristal yang dikembangkannya langsung dijual di pasar-pasar lokal di daerah Bogor. Setelah usahanya mulai menanjak dari hasil produksi serta kapasitas dan kualitas buah, dia pun melebarkan pemasarannya ke super market dan sebagainya.
“Setiap minggu saya bisa menjual lima kuintal dari 400 pohon. Saat ini saya bekerja sama dengan tujuh petani dengan luas lahan sebesar lima hektar. Dengan sistem kerja sama itu, saya mampu memenuhi permintaan konsumen pasar lokal se-Jawa Barat dan supplier supermarket. Dengan kapasitas produksi seperti itu, saya mampu meraup untung Rp105 juta,” ungkapnya.
(jn/sal/mg1)