PARUNGPANJANG - Nenek Imas (71) berjalan perlahan menuruni tangga di Stasiun Parungpanjang, Kecamatan Parungpanjang, kemarin. Tangannya menggenggam erat pegangan anak tangga agar langkahnya tetap kokoh. Ironis, tak ada petugas stasiun atau pun penumpang lain yang membantunya. ”Saya sebenarnya sudah tidak kuat (naik tangga, red),” kata Nenek Imas kepada wartawan, kemarin.
Stasiun Parungpanjang yang baru direnovasi dan diresmikan pada Mei 2016 sebenarnya mempunyai sebuah lift yang diprioritaskan bagi lansia, ibu hamil, ibu dengan balita dan penyandang disabilitas. Namun, sudah dua bulan terakhir, lift di stasiun tersebut rusak. Karena itu, Nenek Imas merupakan satu dari sekian penumpang lansia yang terpaksa menggunakan tangga di Stasiun Parungpanjang. ”Mohon maaf, lift untuk sementara tidak bisa digunakan. Terima kasih,” demikian bunyi tulisan yang tertempel di samping pintu lift.
Wakil Kepala Stasiun Parungpanjang Yodi Ismanto mengaku, pihak stasiun tak bisa memperbaiki lift secara sepihak. Sebab, stasiun berada di bawah Satuan Kerja (Satker)Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Begitu lift rusak, pihaknya pun sudah memberi informasi secara lisan maupun tertulis. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut dari Satker Ditjen Perkeretaapian. ”Liftnya rusak dari sebulan atau dua bulan lalu,” ungkap Yudi.
(kps/sal/mg1/run)