RUMPIN - Tidak adanya pilihan jalur jalan alternatif yang dekat dan mulus, memaksa warga di Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin dan Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, melintasi jembatan gantung di atas Kali Cikaniki bernama Jembatan Kantalarang.
Jembatan yang jadi sarana penghubung warga dari dua kecamatan ini dibangun dengan dana hasil swadaya murni masyarakat. Meski terlihat lapuk dan membahayakan, tetap terus digunakan sebagai lintasan aktivitas warga.
”Ya mau gimana lagi? Setiap hari warga terpaksa melewati jembatan gantung yang sudah rapuh di makan usia ini untuk aktivitas mereka,” kata seorang warga yang mengurusi keberadaan jembatan gantung, Rosyid (50).
Jembatan Kantalarang yang berada di Kampung Kantalarang, RT 02/05, Desa Leuwibatu itu menjadi satu-satunya akses warga sekitar untuk melakukan berbagai aktivitas.
Selain digunakan warga pergi ke Pasar Leuwiliang, jembatan yang terbuat dari bahan batang kayu yang dirakit/ digabungkan menggunakan tali besi ini juga dipakai anak-anak yang hendak sekolah. ”Jembatan ini dibangun atas kesadaran warga membuat akses lebih mudah menuju ke Pasar Leuwiliang,” ujarnya.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada perhatian dari pemerintah untuk akses penting warga tersebut. ”Kalau jembatan ini tidak dirawat pasti perekonomian warga terputus. Kasihan juga anak-anak yang ke sekolah. Tapi untuk beli tali besi, saya harus pergi ke sana ke mari meminta sumbangan.” tuturnya dengan nada lirih.
Sementara itu, siswi SMA Siti Nurlaeni (16) mengaku terpaksa melewati jembatan tersebut untuk lebih cepat ke sekolah. Meski harus sangat ekstra hati-hati, ia tetap berjuang menyeberangi jembatan tersebut. ”Saya berharap pemerintah segera membantu warga di sini dengan membangun jembatan yang layak. Sebab, tidak ada lagi jalur alternatif menuju sekolah,” pungkasnya.
(sir/b/sal/py)