RUMPIN – Warga Kampung Haniwung, RT 09/03, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, urunan membangun sekolah di wilayah mereka. Padahal, dengan kekayaan tambang galian C yang bergerak di batu andesit tersebut, masyarakat tak perlu pusing memikirkan biaya pembangunan infrastruktur. Sebab, ada dana CSR dari perusahaan yang dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat. Namun sayangnya, manfaat tersebut tak kunjung dirasakan warga Rumpin. Kondisi ini diperparah karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor belum juga memberikan bantuan pembangunan sarana pendidikan itu.
Sekolah yang dibangun di atas luas tanah 200 meter itu dibangun menjadi dua ruang dengan ukuran 12x7 persegi, mengingat jumlah murid yang mencapai 40 orang. Sambil menunggu pengerjaan sekolah rampung dan bisa digunakan, untuk sementara para siswa melakukan kegiatan belajar mengajar di gubuk sempit dan reyot milik Usup (46).
Ketua RT setempat Dedy (41) mengatakan, sekolahan itu dibangun atas kesadaran sendiri. Bahkan, ia selalu berharap bantuan dari pemerintah yang cuma janji semata. Dana pembangunan sekolah tersebut sudah diajukan pada 2015. Namun hingga sekolah mulai dibangun, belum juga ada tanggapannya. “Saya dapat info lagi dari dinas terkait, anggaran akan turun pada 2018,” keluhnya.
Masih kata Dedy, bantuan yang ada cuma dari komunitas sosial. Itu pun dalam bentuk barang material dan menggaji tukang bangunan. Sedangkan untuk makan sehari-hari, Dedy dan warga urunan. Apalagi, untuk pembayaran tanah tersebut pihaknya masih punya utang ke pemilik lahan.
“Pembelian lahan tanah itu saya patungan dengan Pemdes Rabak. Harga tanah per meter Rp60.000. Sedangkan lahannya 200 meter. Jadi, harga tanah untuk sekolah Rp12 juta. Belum lagi saya harus memberi makan dan rokok untuk kuli bangunan. Saya bingung harus ke mana lagi cari bantuan,” tukasnya. (zos/kab/ram/py)