RUMPIN - Hujan deras mengguyur wilayah Kecamatan Rumpin pada Rabu (28/8) menyebabkan kerusakan infrastruktur jembatan Paranje di Desa Cibodas, Kecamatan Rumpin. Pergerakan tanah membuat bagian jembatan nyaris terputus.
Pantauan Metropolitan, akses jembatan Paranje yang merupakan penghubung utama dua desa yaitu, Rabak dengan Cibodas belum bisa dilalui kendaraan minibus seperti biasanya. "Jadi sebelumnya jembatan ini sudah retak bagian tengahnya, keretakan itu dibagian terjadi sudah beberapah bulan kebelakang dan sekarang kejadian longsor, "ungkap warga sekitar Erni Yulianingsih kepada Metropolitan, kemarin.
Erni mengatakan, kejadian tersebut membuat kendaraan roda 4 tidak bisa melintas, jadi warga hatus memutar mencari jalan lain ke jalan Cikadus yang kondisinya jelek. "Kejadianya kemarin sore saat hujan. Kalau sudah seperti ini mobil tidak bisa lewat, kasian kalau ada warga yang sakit harus melewati jalan yang lebih jauh dan rusak, "tambahnya.
Kapolsek Rumpin Kompol Akhmad Wirjo mengatakan Jembatan Paranje mengalami longsor akibat faktor alam, karena saat hujan deras sehingga air kali itu besar. "Dan memang sebelumnya Jembatan Paranje ini sudah mengalami retak sehingga mulai ada gejala, pas ada air jembatan ini longsor, "terangnya.
Wirjo menambahkan, dari kejadian tersebut tidak ada korban jiwa dikarenakan saat kejadian sedang hujan jadi aktivitas warga atau kendaraan tidak ada yang melintas. Kalau untuk roda empat ditutupkarena bebannya berat dan bisa membahayakan. “Jadi kendaraan roda 4 ini kita alihkan ke arah Desa Rabak Gobang dan tembusnya Kecamatan Ciampea, ini bisa untuk kendaraan roda 4. Namun untuk sepeda motor bisa karena beban kendaraannya kecil," katanya.
Sementara itu, Jembatan Paranje diprediksi akan terjadi longsor susulan mengingat kontur tanahnya yang labil. Hal ini dikatakan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bogor Soebiantoro ketika meninjau lokasi kejadian, kemarin. “Mengenai kerusakannya sangat parah dan kemungkinan akan ada longsor susulan,” kata Kadis PUPR Bibin Subiantoro.
Ia mengaku, pihaknya masih melakukan indetifikasi tingkat kerusakannya sebagai pertimbangan untuk perbaikan. “Memakai bronjong dimungkinkan, tetapi untuk selanjutnya akan menghalangi kegiatan jika penanganan permanen dilakukan di tahun ini,” pungkasnya. (sir/c/nal/els)