METROPOLITAN - Tim Rescue Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa punya pengalaman saat membantu korban bencana alam di Kabupaten Bogor. Mereka harus melewati jalur ekstrem saat menyusuri daerah terdampak longsor. Selain itu, mereka juga membantu pasien, terutama lanjut usia (lansia) dirujuk ke rumah sakit. Kondisi jalan pascabencana memang ekstrem. Jalur berbentuk perbukitan hutan ini sudah mengalami banyak keretakan dengan beragam kedalaman mulai dari setengah hingga satu meter. Selain itu ukuran jalan cukup sempit di mana hanya bisa dilalui satu arah dan terdapat jurang di sisi kanan dan kiri. Namun, tim harus selalu siaga.Koordinator Tim Rescue DMC Dompet Dhuafa, Adhe Indra Saputra, mengatakan, sejak minggu lalu tim sudah mulai menembus daerah terisolir di kawasan perbukitan di Bogor. “Kalau hujan, tim urung melanjutkan perjalanan sebab kontur tanah yang sudah retak harus terus diwaspadai. Bahkan warga setempat seperti di Desa Pasir Madang, Kec Sukajaya, menyebut zona ini berada di level siaga 1,” lanjut Adhe. Sebelumnya pada Selasa (21/1), tim DMC Dompet Dhuafa merujuk Idris (80 yang berada di pos pengungsian Kampung Ranca Bakti, Nanggung, Bogor ke RSUD Leuwiliang, Bogor. Salah satu personil tim DMC, Muhammad Faisal, pasien sudah mengalami sesak nafas selama satu tahun dan semakin memburuk kondisinya seminggu belakangan di pos pengungsian. Sebelumnya tim medis terlebih dulu membawa pasien lansia ke puskemas, namun pihak puskesmas mengeluarkan rujukan ke RSUD untuk perawatan lebih lanjut. “Jadi tadi sedang dilaksanakan pos medis di wilayah pos pengungsian Kampung Ranca Bakti. Lalu ada salah satu ketua pos bilang ada pasien lemas dan nggak kuat jalan, minta disamperi ke tendanya. Akhirnya saya dan dokter dari Puskesmas Nanggung mendatangi pasien. Setelah dokter cek dan periksa, pasien mesti dibawa ke puskesmas. Setelah di puskesmas dan dicek lanjutan, pasien diputuskan akan dirujuk ke RSUD Leuwiliang untuk perawatan lanjutan seperti cek dahak dan rontgen," ujar Faisal. Letak pos pengungsian yang cukup jauh di dalam hutan, tim medis beserta warga harus menandu pasien dengan berjalan kaki. Akses jalan ditempuh selama setengah jam dalam satu kali perjalanan cukup sulit dilalui mengingat banyak kondisi jalan yang retak akibat longsor. “Lumayan sulit aksesnya. Warga pengungsi katakan masih ada kemungkinan terjadi longsor susulan di daerah itu. Kalau mereka, pengungsi, mengistilahkan masih siaga satu. Tadi setelah sampai di jalur besar, pasien dirujuk menggunakan mobil ambulans Emergency Medical Rescue (EMR) milik DMC Dompet Dhuafa ke RSUD Leuwiliang,” tutup Faisal. (*/els)