Senin, 22 Desember 2025

Alhamdulillah, Deni Jadi Perhatian Guru Mathlaul Anwar

- Kamis, 13 Agustus 2020 | 11:26 WIB

METROPOLITAN - Kisah miris yang dialami siswa kelas 10 Madrasah Aliyah (MA) Mathlaul Anwar Desa Suka­sari, Kecamatan Rumpin, Deni Mulyadi (14), terus men­jadi sebuah perbincangan hangat. Deni yang tinggal di rumah tidak layak bersama ibu dan neneknya tersebut memang hidup dalam kon­disi penuh kesulitan. Namun, ibu Deni yang ber­status janda tua itu tetap be­rusaha menyekolahkan anaknya mulai dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Semua tingkatan pendidikan Deni dilakukan di Mathla’ul Anwar, Kampung Barengkok, Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Kondisi ekonomi keluarga Deni yang memprihatinkan, termasuk kondisi rumahnya yang tidak layak huni dan berada di tanah milik peru­sahaan properti terkenal, diungkapkan pula oleh salah seorang guru di sekolah Mathla’ul Anwar bernama Asep Badrudin. Menurut mantan Wakil Kepala Sekolah MA Mathla’ul Anwar Bidang Kesiswaan itu, kondisi Deni dan keluarganya selalu men­jadi perhatian pihak sekolah, baik secara kelembagaan maupun individu melalui dewan guru. Asep menjelaskan bentuk perhatian dan bantuan dari Lembaga Pendidikan Yayasan Mathla’ul Anwar di antaranya telah membebaskan biaya sekolah serta membantu ke­butuhan Deni lainnya se­perti seragam, bahkan hing­ga diberikan uang saku. ”De­wan Guru juga banyak yang membantu secara pribadi sesuai kemampuannya ma­sing-masing. Bahkan ada juga yang memberikan se­peda untuk transportasi Deni bersekolah,” kata Asep. Ia menuturkan, namun ban­tuan dari pihak sekolah dan yayasan yang diberikan ke­pada Deni tidak akan men­cukupi kebutuhannya secara keseluruhan. Pasalnya, sam­bung Asep, perhatian mereka bukan hanya untuk Deni, tetapi juga untuk puluhan siswa/i lainnya yang kondisi kehidupan ekonominya ham­pir sama seperti Deni. ”Ter­kait metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau belajar daring pada masa pandemi Covid-19 yang harus dilakukan setiap lembaga pendidikan atau sekolah sebagai sebuah kebijakan dan arahan pemerin­tah,” beber Asep. Asep mengungkapkan bahwa pihak Yayasan Mathla’ul An­war telah menyesuaikan pe­nerapan metode sistem pem­belajaran tersebut dengan kemampuan siswa, dengan mempertimbangkan segala faktor seperti ekonomi, daya serap maupun psikologis siswa. ”Tak jarang siswa min­der bahkan malu dengan temannya akibat penerapan belajar yang belum pernah mereka lakukan melalui hand­phone. Hal itu dapat dimaklu­mi karena mereka sebelumnya tidak pernah belajar meng­gunakan alat canggih tersebut,” ujarnya. Namun dalam kondisi se­perti itu, lanjut Asep, pihak sekolah juga telah melakukan strategi pembelajaran khusus yang berbeda-beda. Seperti guru mendatangi langsung ke rumah siswa, membentuk kelompok belajar yang hanya beberapa orang yang rumah­nya berdekatan, atau diper­silakan siswa bertemu guru­nya langsung di sekolah untuk diberikan bimbingan di kelas. ”Siswa dan siswi dapat me­milih cara yang paling sesuai dengan kondisi mereka ma­sing-masing,” pungkas Asep. (mul/c/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X