METROPOLITAN - Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Bogor, Nuradi, angkat suara soal adanya harga cabai rawit yang semakin meroket di sejumlah pasar tradisional di wilayah di Kabupaten Bogor. Termasuk di Pasar Cicangkal Rumpin dan Pasar Parung. Menurutnya, harga cabai rawit terus meroket dari Rp115 ribu hingga Rp120 ribu per kilogramnya. Ia menuturkan, cabai yang berada di sejumlah pasar di Kabupaten Bogor dikirim dari luar Bogor. Bahkan ada juga dari Blitar dan Kediri. “Harga cabai rawit saat ini memang seperti itu. Terlebih saat ini adanya cuaca yang kurang bagus, sehingga panennya berkurang. Naiknya hargai cabai tersebut bukan mendekati bulan puasa, memang karena cuaca,” beber Nuradi. Nuradi menyebut hargai cabai diperkirakan akan turun pada pertengahan April atau awal Ramadan. Sebab, bulan tersebut sudah memasuki musim panen. “Tingginya harga cabai kemungkinan akibat cuaca. Terlebih belum memasuki pada musim panen. Sehingga permintaan pasar itu pun tinggi,” ujarnya. Minggu kedua April, sambungnya, kemungkinan harga cabai akan turun. Namun, upaya dari Disperdagin akan tetap memonitor harga-harga cabai di sejumlah pasar di Kabupaten Bogor. “Upaya dari dinas sendiri hanya memonitor saja, karena itu bukan impor. Tapi kita hanya memantau dari PD Pasar Tohaga. Meski tinggi, tapi pasokan cabai stok aman,” ucapnya. Sebelumnya, harga cabai di Pasar Cicangkal Rumpin dan Pasar Parung mengalami kenaikan dari Rp120 ribu hingga Rp130 ribu perkilogramnya. Selain cabai rawit, kenaikan juga terjadi pada jenis cabai merah. Kenaikannya sudah hampir enam bulan. Tidak kunjung turun ke harga normal. (mul/c/els/run)