METROPOLITAN.ID - Nonton drama Korea (drakor) Typhoon Family Episode 3 dan 4 di mana? Episode terbaru itu dapat disimak lengkap dengan subtitle bahasa Indonesia.
Drama Korea terbaru Typhoon Family kembali menyapa para pencinta KDrama dengan episode ke-3 dan ke-4 yang dijadwalkan tayang pada Sabtu–Minggu, 18–19 Oktober 2025, secara resmi di Netflix dengan subtitle Bahasa Indonesia (sub Indo).
Serial garapan tvN ini langsung mencuri perhatian sejak episode perdananya karena menghadirkan kisah keluarga bisnis di tengah badai krisis ekonomi 1997, suatu masa kelam yang nyata dalam sejarah Korea Selatan.
Tak hanya menegangkan, drama ini juga mengandung unsur romansa, intrik, dan perjuangan bertahan hidup di tengah tekanan finansial dan persaingan usaha.Indon
Baca Juga: Nonton Drakor Typhoon Family Episode 2 Sub Indo di Mana? Intip Spoiler dan Jalan Ceritanya
Typhoon Family digarap oleh sutradara kawakan Lee Na Jung. Drama ini dibintangi oleh dua aktor besar yang tak asing bagi penggemar layar kaca:
Lee Junho (2PM) sebagai Kang Tae Poong, pengusaha muda yang terpaksa mengambil alih bisnis keluarga setelah krisis menghancurkan hidup mereka.
Kim Min Ha, aktris berbakat yang melambung lewat Pachinko dan Pachinko 2 bersama Lee Min Ho, kini berperan sebagai O Mi Seon, akuntan jenius yang kelak menjadi partner bisnis sekaligus pendamping hidup Tae Poong.
Dengan total 16 episode berdurasi sekitar 70 menit, penulis naskah Jang Hyun menyusun cerita yang kompleks namun menyentuh.
Ia terinspirasi dari krisis moneter global tahun 1997, ketika banyak pengusaha Korea kehilangan segalanya akibat utang luar negeri dan kejatuhan pasar keuangan.
Sinopsis dan Spoiler Typhoon Family Episode 3–4
Dua episode terbaru Typhoon Family akan semakin memperlihatkan transformasi Kang Tae Poong dari anak manja menjadi pemimpin yang tangguh.
Baca Juga: Erin Akhirnya Buka Suara Usai Isi Gugatan Tersebae di Medsos, Tak Terima Dituding Boros
Pada episode-episode awal, diceritakan bagaimana Typhoon Trading Company, bisnis keluarga Tae Poong, mulai goyah. Perusahaan kecil itu menjadi korban gelombang krisis finansial IMF yang membuat banyak industri gulung tikar.